Esai

Ala Lan Becik Iku Gandhengane, Kabeh Kuwi Saka Kersane Pangeran: Arti, Makna, dan Implementasi

Raden Gatotkaca (Foto: GALERI WAYANG JOGJA).

DISTINGSI.com – Pepatah Jawa “Ala lan becik iku gandhengane, kabeh kuwi saka kersane pangeran” (Baik buruk manusia itu karena keduanya itu tergantung kepada Tuhan Yang Kuasa) adalah pepatah Jawa yang sangat menarik. Dalam kearifan Jawa, temuan distingsi.com memang terdapat pepatah kuno yang mendalam, “Ala lan becik iku gandhengane, kabeh kuwi saka kersane pangeran.” Dalam terjemahan harfiahnya, pepatah ini menyatakan bahwa baik dan buruknya manusia, serta segala yang terjadi dalam hidup, bergantung sepenuhnya kepada kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pepatah ini bukanlah sekadar rangkaian kata-kata kosong, melainkan pantulan filsafat kehidupan yang telah diterapkan secara turun-temurun dalam budaya Jawa. Di balik keindahan bahasanya, tersembunyi makna mendalam yang merangkul pemahaman akan dinamika keberuntungan, takdir, dan tindakan manusia.

Pengertian/Arti Ala Lan Becik Iku Gandhengane, Kabeh Kuwi Saka Kersane Pangeran

Kata “ala” mencakup segala hal yang buruk atau tidak diinginkan dalam kehidupan. Baik itu bencana alam, kesulitan ekonomi, atau ujian kehidupan lainnya. Namun, di sisi lain, ada “becik” yang mencerminkan segala hal yang baik, indah, dan diharapkan.

Dalam pandangan Jawa, kehidupan adalah permainan antara ala dan becik. Terkadang kita dihadapkan pada kesulitan dan penderitaan, sementara pada saat lain, kita merasakan kebahagiaan dan kesuksesan. Namun, dalam setiap peristiwa, baik atau buruk, terdapat hikmah yang tersembunyi, dan semua itu merupakan bagian dari rencana yang lebih besar yang ditetapkan oleh Tuhan.

Kersane Pangeran: Kehendak Sang Pencipta. Dalam filosofi Jawa, “kersane pangeran” merujuk pada kehendak atau takdir Sang Pencipta, yang secara tak terduga mempengaruhi jalannya kehidupan manusia. Manusia, dengan segala usaha dan rencana mereka, hanya mampu berusaha semampu mereka, namun akhirnya keputusan terletak pada Tuhan.

Pepatah ini mengajarkan kita untuk menerima segala yang terjadi dalam hidup dengan lapang dada. Ketika dihadapkan pada kesulitan, kita harus tetap sabar dan percaya bahwa ada hikmah di baliknya. Begitu juga ketika meraih kesuksesan, kita harus tetap rendah hati dan tidak lupa bersyukur kepada Tuhan.

Makna Ala Lan Becik Iku Gandhengane, Kabeh Kuwi Saka Kersane Pangeran

Pepatah Jawa “Ala lan becik iku gandhengane, kabeh kuwi saka kersane pangeran” menyampaikan makna yang dalam tentang keseimbangan hidup, takdir, dan kepercayaan kepada Tuhan. Pertama, Keseimbangan Hidup. Pepatah ini mengajarkan bahwa dalam hidup ini, baik dan buruk adalah dua sisi yang saling terkait dan saling melengkapi. Kita akan mengalami berbagai macam pengalaman, termasuk kebahagiaan dan kesedihan, keberhasilan dan kegagalan. Namun, penting untuk memahami bahwa keduanya merupakan bagian alami dari perjalanan hidup.

Kedua, Takdir dan Keyakinan kepada Tuhan. Ungkapan “kabeh kuwi saka kersane pangeran” menegaskan bahwa segala sesuatu dalam hidup, baik yang kita anggap baik maupun yang kita anggap buruk, berasal dari kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini mengingatkan kita bahwa takdir kita telah ditetapkan oleh Tuhan, dan kita sebagai manusia harus menerima dengan lapang dada segala yang terjadi dalam hidup.

Ketiga, Ketegasan akan Keberadaan Tuhan. Ungkapan “kersane pangeran” juga menegaskan keberadaan dan kekuasaan Tuhan dalam menentukan nasib manusia. Ini menunjukkan pentingnya memiliki keyakinan yang kokoh kepada Tuhan dalam menghadapi segala cobaan dan kesulitan dalam hidup.

Dengan demikian, pepatah ini mengajarkan kita untuk hidup dengan keseimbangan, menerima segala yang terjadi dalam hidup dengan lapang dada, dan memiliki keyakinan yang kuat kepada Tuhan sebagai penguasa segala takdir. Ini merupakan pengingat akan pentingnya berserah diri kepada kehendak Tuhan dan menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan keberadaan-Nya.

Implementasi Ala Lan Becik Iku Gandhengane, Kabeh Kuwi Saka Kersane Pangeran

Implementasi dari pepatah Jawa “Ala lan becik iku gandhengane, kabeh kuwi saka kersane pangeran” dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu dalam menjalani kehidupan sehari-hari, bermasyarakat, maupun dalam menghadapi tantangan hidup. Berikut adalah beberapa contoh implementasi dari pepatah tersebut:

Pertama, Penerimaan akan Dinamika Hidup. Ketika menghadapi situasi yang sulit atau tidak menyenangkan dalam hidup, kita dapat mengimplementasikan pepatah ini dengan menerima bahwa baik dan buruk adalah bagian alami dari kehidupan. Misalnya, ketika mengalami kegagalan dalam karier atau hubungan, kita dapat melihatnya sebagai bagian dari proses belajar dan tumbuh, serta memahami bahwa setiap pengalaman memiliki hikmahnya sendiri.

Kedua, Toleransi dan Pengertian dalam Hubungan Sosial. Dalam hubungan antarmanusia, pepatah ini mengajarkan kita untuk memiliki toleransi dan pengertian terhadap orang lain. Kita dapat menghargai perbedaan pendapat, latar belakang, dan kehidupan setiap individu karena kita menyadari bahwa setiap orang memiliki nasib yang telah ditetapkan oleh Tuhan.

Ketiga, Keteguhan dalam Kepercayaan kepada Tuhan. Implementasi yang paling penting dari pepatah ini adalah dalam memperkuat keyakinan kepada Tuhan. Dengan memahami bahwa segala sesuatu, baik dan buruk, berasal dari kehendak-Nya, kita dapat memperkuat hubungan spiritual kita dengan Tuhan. Ini membantu kita untuk tetap tenang dan tabah menghadapi cobaan hidup, serta bersyukur atas segala berkah yang diberikan.

Keempat, Menjadi Manusia yang Bijaksana. Dengan memahami bahwa semua hal terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan, kita dapat mengembangkan sikap bijaksana dalam mengambil keputusan dan bertindak. Kita tidak akan terlalu terpengaruh oleh kemarahan atau kegembiraan berlebihan, melainkan lebih mampu menjalani hidup dengan sikap yang tenang dan penuh rasa syukur.

Dengan menerapkan pepatah Jawa ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjadi manusia yang lebih baik, memiliki ketenangan batin, dan menghadapi setiap tantangan dengan bijaksana dan tabah.

Pepatah Jawa “Ala lan becik iku gandhengane, kabeh kuwi saka kersane pangeran” mengajarkan kita untuk hidup dalam keseimbangan antara menerima kebaikan dan kesulitan dalam hidup. Ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu dalam hidup, baik atau buruk, adalah bagian dari rencana yang lebih besar yang ditetapkan oleh Tuhan. Dengan memahami dan menerima kehendak-Nya, kita dapat menghadapi setiap tantangan dengan ketenangan dan keyakinan bahwa di balik setiap ujian, ada pelajaran yang berharga untuk dipetik. (DST33/HI/Esai).

Tinggalkan Balasan

Exit mobile version