Artikel

Calistung Bagi Anak Usia Dini, Pentingkah?

Judul: Mengkaji Ulang Kebijakan Calistung Pada Anak Usia Dini

Jurnal: Jurnal Kajian dan Pengembangan Umat

Penulis: Yenny Aulia Rachma

Akreditasi: 

Url: https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/ummatanwasathan/article/view/1538

DESKRIPSI

Pendidikan bagi anak usia dini menjadi sangat populer ketika orang tua menyadari pentingnya pendidikan sedari dini bagi buah hatinya. Beberapa orang tua yang tidak mengetahui step dalam menangani pembelajaran khususnya bagi anak usia dini, akan memilih lembaga pendidikan anak usia dini yang kredibel untuk buah hati mereka belajar dan bermain. Berbagai hal diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik, hingga anak merasa nyaman berada di lingkungan sekolah. Karena banyak teman yang sepantaran dan beberapa hal lainnya.

Selain bermain, beberapa pendidikan anak usia dini juga mengajarkan calistung atau dikenal dengan baca tulis hitung. Setelah lulus sekolah  berharap bahwa anak sudah mengenal dan merangkai huruf. Lalu apakah tepat jika calistung sudah diajarkan sejak mereka dini?. Pembelajaran anak usia dini lebih menggunakan pendekatan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Dalam bermain anak akan menggunakan otot tubuhnya dan menstimulasi indera tubuhnya untuk mengeksplorasi dunia sekitar.Karena  dunia anak-anak adalah dunia bermain, maka dengan bermain anakanak akan menemukan dan mempelajari hal-hal baru atau keahlian baru tanpa disadari juga tanpa membebani anak(Nurani S Yuliyanti, 2016:87).

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia.Pada masa Golden Ages ini membuat  orang tua dan pengajar berlomba-lomba memberikan pengajaran melalui kegiatan akademik. (Yenny, 2019)

Beberapa orang tua menganggap dalam masa Golden Ages ini pengajaran harus dilakukan secara maksimal, supaya anak bisa tumbuh sebagaimana mestinya. Khususnya dalam bidang akademik, mereka beranggapan supaya kelak anak tidak tertinggal dengan rekan sejawatnya. Proses itu dirasa kurang tepat, karena terlalu mementingkan akademik seorang anak akan mengabaikan saat bermain anak. Bahkan ketika kebutuhan bermain anak berkurang maka akan mengganggu perkembangan anak dan tidak optimal.

INTERPRETASI

 Kenyataan di lapangan terjadi fenomena dimana pada lembaga pendidikan anak usia dini lebih menitikberatkan pada penguasaan kemampuan calistung (membaca, menulis, dan menghitung) dan pendekatanya berubah menjadi berorientasi pada penekanan pengetahuan calistung. Hal ini terjadi akibat adanya tuntutan dari setiap orang tua murid yang mengharapkan anaknya bisa membaca, menulis, dan menghitung setelah lulus dari Paud atau TK sebelumnya. 

Melihat kenyataan bahwa sekolah-sekolah dasar menerima siswa baru dengan cara seleksi umur dan Tes. Maka dari itu wajar jika orang tua akan menuntut guru Paud untuk mengajarkan calistung kepada anaknya. Selama  ini  Pendidikan anak usia dini  diartikan  sebagai  tempat untuk  mempersiapkan anak-anak memasuki masa  sekolah  yang  dimulai  di  jenjang sekolah  dasar (SD).  

Kegiatan  yang  dilakukan  di PAUD hanyalah  bermain dengan  mempergunakan  alat-alat  permainan edukatif.  Pelajaran  membaca,  menulis,  dan berhitung  tidak  diperkenankan  di  tingkat PAUD,  kecuali  hanya pengenalan  huruf-huruf  dan  angka-angka, itu  pun  dilakukan  setelah  anak-anak memasuki TK B. (Yenny, 2019) 

Berdasarkan Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini tertulis dalam pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “ Pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai enam tahun dan bukan merupakan pra syarat mengikuti pendidikan dasar. Selanjutnya pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan  usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian  rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2004:4)

Dari Pernyataan UU diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing dan mengasuh anak, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Konsep ini harus ada dalam setiap lembaga pendidikan khususnya yang menaungi pendidikan bagi anak usia dini.

Guru dan orang tua tidak boleh menjustifikasi seorang peserta didik yang belum dapat mencapai hal yang akan dituju. Mereka punya keistimewaan dan karakteristiknya masing-masing. Kendati demikian hal yang melatarbelakangi PAUD menerapkan sistem calistung dalam proses pendidikan karena beberapa SD menggunakan sistem seleksi calistung dalam proses penerimaan peserta didik. Hal ini yang membuat setiap lembaga PAUD berlomba-lomba untuk menuntun anak supaya ketika lulus dari PAUD memiliki kemampuan calistung.

EVALUASI

Pembenahan sistem dalam pendidikan harus dilakukan dalam semua elemen di lembaga pendidikan. Hal ini supaya tidak ada ketimpangan atau kejomplangan dalam lembaga pendidikan. Misalnya ketika esensi anak bersekolah di PAUD adalah bermain dan mengembangkan potensi motorik dan mengelola emosinya. Maka lembaga di atasnya yakni sekolah dasar juga harus menyesuaikan, dimana tidak memberikan tes masuk SD dengan calistung. Ketika sistem diperbaiki dari awal hingga akhir maka pembelajaran akan terasa menyenangkan dan tidak mengekang anak.

REKOMENDASI

Setiap lembaga pendidikan harus memahami ilmu dalam memanusiakan peserta didik. Memahami setiap karakter peserta didik serta tidak memaksakan sistem keseragaman pada peserta didik. Biarkan mereka mengeksplor hal yang mereka sukai dan yang menjadi minat mereka. Ketika anak enjoy belajar maka pembelajaran akan lebih mudah mereka terima. Salah satunya dilema pembelajaran calistung dalam sistem PAUD. Ketika anak sudah puas dengan waktu dan ruang bermainnya, tidak ada salahnya mengenalkan huruf. Yang pasti harus dikemas dengan metode, suasana dan media yang menyenangkan bagi mereka. 

Anisa Rachma Agustina

Tinggalkan Balasan