Nama : Anis Setyarini
Mahasiswa Prodi PIAUD INISNU Temanggung
Biodata buku “Membangun Paradikma Keilmuan Ketupat Ilmu”
Buku ini disusun oleh : Bapak Hamidulloh Ibda
Disunting oleh : Bapak Khamim Saifuddin & Moh. Syafi’
Diarahkan Oleh : Drs. KH. Muhammad Muzamil, KH. Hudallah Ridwan Naim, Lc. , KH. Yacub Mubarok, Kh. Muhammad Furqon Masyhuri, Dr. Sugi, M.Pd. , R. Andi Irawan, M.Ag.
ISBN : 978-623-96062-0-6
Cetakan : 1 Januari 2021
Tebal 14 x 21cm, xix+ 202 Halaman
Desain Cover : Wahyu Egi Widayat
Diterbitkan : YAPTINU Temanggung (Jl. Suwandi-Suwardi Km. 01 Madureso, Temanggung, Jawa Tengah)
Mengacu pada paradigma adalah kerangka berpikir atau model yang digunakan untuk memahami dan memproses informasi. Paradigma dapat diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan yang mendasari tindakan seseorang, dan dapat mempengaruhi cara berpikir dan bersikap dalam buku ini disebutkan bahwa paradikma menjadi bagian penting dalam membangun dan mengembangkan sebuah lembaga. Dalam konteks pendidikan anak usia dini (PAUD), paradigma pembelajaran baru mencakup: Pemetaan standar kompetensi, Merdeka belajar, Asesmen kompetensi minimal. Pendidikan Anak Usia Dini menurut perspektif islam mencakup prinsip mendahulukan penanaman aqidah, menuntun dan menuntut aktualisasi ibadah, pembinaan akhlak mulia danmelatih kemandirian serta prinsip keseimbangan antara dunia dan akherat serta prinsipkeseimbangan antara ilmu dan amal.
Dari pemaparan fungsi yang disebutkan dalam buku ini bisa disimpulkan Paradigma memiliki fungsi sebagai kerangka berpikir yang menjadi dasar seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Paradigma juga dapat diartikan sebagai model dalam teori ilmu pengetahuan yang sangat urgent dan penting. Ilmu pengetahuan memiliki relasi dengan berbagai hal. Ilmu pengetahuan merupakan sekumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis, menggunakan metode keilmuan, dan memiliki nilai guna tertentu. Ilmu pengetahuan memiliki fungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol.
Dalam buku ini ada kata Filsafat: Ilmu pengetahuan yang memiliki hubungan saling berkaitan dan melengkapi. Filsafat memberikan landasan bagi ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu pengetahuan memberikan data dan bukti untuk filsafat. Relasi agama ialah Ilmu pengetahuan dan agama dapat saling melengkapi dalam menafsirkan alam semesta. Keduanya dapat menjadi mitra dalam menata diri, berperilaku, bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan memaknai hidup. Islamisasi ilmu pengetahuan adalah proses memadukan ilmu agama Islam dengan ilmu umum menjadi satu ilmu yang tidak terpisahkan. Sementara, pengilmuan Islam adalah konsep yang bergantung pada penafsiran masing-masing tokoh ilmuwan dan institusi keilmuan. Dalam buku ini saya tertarik dengan salah satu nama yang disebut yaitu: Taha Jabir Al-Alwani beliau lahir pada tahun 1935 di Irak, Al-Alwani menerima ijazah sekolah menengahnya dari Universitas Al-Azhar di Kairo , Mesir pada tahun 1953 dan menerima gelar sarjananya dari Sekolah Tinggi Syariah dan Hukum pada tahun 1959. Ia melanjutkan pendidikan di sekolah tinggi tersebut dan memperoleh gelar master pada tahun 1968 dan gelar doktor dalam Usul al-fiqh pada tahun 1973.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya, Al-Alwani kembali ke Irak dan menjadi letnan di Cadangan Militer Irak. Ia mengajar di Akademi Militer Irak di Baghdad dan menjadi profesor di Fakultas Studi Islam selama 6 tahun. Ia kembali ke al-Azhar di Mesir dan meraih gelar doktor. Ia kemudian mengajar di Universitas Imam Muhammad ibn Saud di Riyadh , Arab Saudi selama 10 tahun sebelum ia memutuskan untuk berimigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1983 dan menetap di Virginia Utara selama 23 tahun.
Di sana, ia mempelajari sejarah beberapa kelompok agama, khususnya sejarah Yahudi dan memfokuskan perhatiannya pada Rabbi Yohanan ben Zakay , yang mendirikan pusat rabbinikal Yahudi yang terkenal di Yavne , yang dianggap sebagai pelopor Yudaisme Rabinikal, setelah penghancuran kuil Yahudi kedua. Ia menduduki jabatan pertama sebagai cendekiawan Islam di Washington Theological Consortium. Al-Alwani banyak bekerja pada proyek-proyek lintas agama. Ia memiliki jaringan luas dengan para cendekiawan dari berbagai agama. Karyanya mencerminkan posisi moderat dalam keilmuan Islam, termasuk monograf yang ia tulis menentang hukuman bagi orang yang murtad.
Ismail Raji al-Faruqi (1 Januari 1921 – 27 Mei 1986) adalah seorang cendekiawan Muslim dalam bidang studi Islam dan dialog antaragama. Ia dikenal melalui pemikirannya perihal islamisasi ilmu pengetahuan dan Urubah (Arabisme). Ia juga dikenal atas kritik-kritiknya terhadap politik Zionisme. Beliau adalah orang pertama yang mencetuskan gagasan islamisasi ilmu pengetahuan. Ismail Raji al-Faruqi lahir di Jaffa, Palestina pada tanggal 1 Januari 1921. Ayahnya, ‘Abd al-Huda al-Faruqi, adalah seorang hakim Islam (qadi). Al-Faruqi menerima pendidikan agama awalnya di rumah dan di masjid setempat. Pada tahun 1936, ia mulai bersekolah di Collège des Frères di Jaffa. Pada tahun 1941, ia lulus dari American University of Beirut. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di Indiana University, di mana ia memperoleh gelar Master dalam filsafat dengan tesis berjudul The Ethics of Reason and the Ethics of Life (Kantian and Nietzschean Ethics) pada tahun 1949. Ia juga meraih gelar Master kedua dalam filsafat dari Harvard University pada tahun 1951 dan gelar Ph.D. dengan tesis berjudul On Justifying the Good dari Indiana University pada tahun 1952. Ada beberapa metode mengajar dalam pendidikan Islam, antara lain adalah: metode ceramah, metode tanya jawab tentang piaud, metode tanya jawab tentang piaud dan eksperimen, metode kerja kelompok. Didalam buku juga disebutkan ada konversi peringkat akreditasi perguruan tinggi dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu dan daya saing perguruan tinggi. Konversi ini dilakukan menggunakan ISK untuk mengubah peringkat akreditasi dari sistem lama ke sistem baru. Konversi kurikulum merupakan bentuk implementasi dari kebijakan Kampus Merdeka yang diterbitkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Konversi kurikulum dilakukan dengan mengonversikan nilai dan jumlah SKS mata kuliah yang telah ditempuh dari kurikulum sebelumnya ke kurikulum baru. Tujuannya adalah untuk menghasilkan lulusan yang siap terjun di dunia kerja.
Model-model paradikma keilmuan yang disebutkan dalam buku ini memaparkan paradikma keilmuan dengan baik dan sangat jelas bahkan juga menarik. Bisa dijelaskan bahwa paradigma keilmuan adalah kerangka berpikir atau model yang terdiri dari kumpulan konsep, teori, metode penelitian, postulat, dan standar yang berkaitan dengan suatu bidang ilmu. Paradigma keilmuan dapat menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu. Umumnya, model pembelajaran yang diterapkan di satuan/lembaga PAUD adalah model pembelajaran area, sentra, sudut, dan kelompok. Uraian contoh kegiatan bermain yang ada dalam bahan ajar ini dapat digunakan pada model tersebut. Salah satu strategi pengajaran yang paling efektif untuk pendidikan anak usia dini adalah pembelajaran berbasis permainan. Bermain adalah cara alami anak-anak belajar tentang dunia di sekitar mereka. Bermain memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi, menciptakan, memecahkan masalah, dan mengembangkan keterampilan penting seperti komunikasi, interaksi sosial, dan kreativitas.
Anomali paradigma keilmuan adalah penyimpangan yang terjadi terhadap harapan yang ditimbulkan oleh paradigma yang mengatur ilmu pengetahuan normal. Anomali dapat dideteksi melalui analisis empiris dan merupakan dasar bagi sebagian besar penemuan dalam ilmu pengetahuan alam. Berikut adalah beberapa hal yang berkaitan dengan anomali dan paradigma keilmuan: Anomali dapat berupa fenomena yang tidak dapat diterangkan oleh teori yang dimiliki ilmuwan, anomali yang menumpuk dan kualitasnya semakin meningkat dapat menimbulkan krisis, risis akan menimbulkan pertanyaan terhadap paradigma, sehingga ilmuwan akan keluar dari sains normal, ilmuwan akan kembali pada cara ilmiah yang lama sambil memperluas cara-cara tersebut dan mengembangkan paradigma tandingan, paradigma tandingan yang berhasil akan melahirkan revolusi ilmiah, revolusi ilmiah adalah segala perkembangan nonkumulatif, yaitu paradigma yang lama diganti keseluruhan atau sebagian dengan yang baru, konsep pergeseran paradigma pertama kali diformalkan oleh fisikawan dan filsuf sains Thomas Kuhn.
Paradikma keilmuan integrasi-kolaborasi, collaboration of science/takatuful ulum/kolaborasi ilmu yang ada di buku membangun paradikma keilmuan ketupat ilmu diawal menceritakan proses perpindahan dri STAINU Temanggung sampai menjadi INISNU Temanggung. Paradigma keilmuan integrasi-kolaborasi adalah model paradigma keilmuan yang mengacu pada skema anyaman ilmu dan collaboration of science. Model ini juga dikenal dengan nama Ketupat Ilmu. Dalam ilmu pengetahuan, paradigma adalah teori atau pandangan besar tentang suatu bidang pengetahuan. Paradigma mempengaruhi bagaimana ilmuwan memahami dan mempelajari fenomena tertentu. Integrasi keilmuan adalah penggabungan struktur ilmu sehingga tidak ada lagi dikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Integrasi keilmuan diharapkan dapat hadir secara aktif dalam kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Paradigma integrasi-kolaborasi keilmuan dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) dapat diartikan sebagai penggabungan struktur ilmu sehingga tidak ada lagi pembedaan antara ilmu agama dan ilmu umum. Integrasi ilmu ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini secara holistik. Integrasi ilmu keislaman dengan ilmu pendidikan anak usia dini dapat memberikan manfaat besar dalam membentuk karakter dan moral anak-anak sejak dini. Integrasi ini juga dapat memperkuat identitas keislaman anak sejak usia dini. Paradigma Integras-interkoneksi yang mana antara agama dan ilmu pengetahuan saling berkaitan. Dengan mengintegrasikan segitiga keilmuan yaitu: hadlarah an-nash, hadlarah al-ilm, dan hadlaroh al-falsafah. Agama dan ilmu pengetahuan memiliki hubungan yang relevan bagi pendidikan perguruan tinggi. Konsep dasar paradigma PAUD adalah upaya untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh, sejak lahir hingga usia enam tahun. Konsep ini mencakup Pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani, Pengembangan seluruh aspek kepribadian anak, Pemberian kegiatan pembelajaran untuk menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak, Penguatan kompetensi dan pengembangan karakter yang sesuai dengan Dimensi Profil Pelajar Pancasila, Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan anak usia dini, di antaranya
Anak harus senang berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas sekolah, seperti berinteraksi atau bermain bersama murid lain
Pembelajaran dilakukan secara bertahap, dimulai dari yang kongkrit ke abstrak, dari konsep yang sederhana ke kompleks, dan seterusnya
PAUD lebih dititikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan seluruh kecerdasan majemuk
PAUD mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
Model pembelajaran yang umumnya diterapkan di PAUD adalah model pembelajaran area, sentra, sudut, dan kelompok.
Hampir mirip dengan yang diceritakan dibuku membangun paradikma keilmuan ketupat ilmu saya mencoba menemukan dasi sumber wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Ketupat atau kupat adalah makanan dari bahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda atau janur, atau ada juga yang menggunakan daun palmaa. Hidangan ini berasal dari Indonesia, yang dalam perkembangannya menyebar ke negara lain, seperti; Brunei, Malaysia, Singapura, dan Thailand selatan. Di Filipina juga dijumpai bugnoy yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda. Kupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, dan Kupatan yang dilaksanakan seminggu setelah lebaran. Berdasarkan buku Makna Ketipat dalam Upacara Telung Bulan di Denpasar karya Ni Made Yuliani dan I Ketut Wardana Yasa (2020), ketupat telah dipernalkan sejak jaman Hindu-Budha. Penyebutan kupat, akupat, dan khupat-kupatan tercantum dalam Kakawin Kresnayana, Kakawin Subadra Wiwaha, dan Kidung Sri Tanjung. Sebagai negeri agraris pada jaman Hindu-Budha, ketupat merupakan bagian dari bentuk pemujaan terhadap Dewi Sri. Dewi Sri adalah dewi tertinggi dan terpenting bagi masyarakat agraris salah satunya di Nusantara. Kemudian terjadi desakralisasi dan demitologisasi yang mana Dewi Sri tidak lagi dipuja sebagai dewi kesuburan dan pertanian tetapi hanya sebagai lambang dengan dipresentasikan dalam bentuk ketupat. Hingga akhirnya ketupat merupakan perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada era selanjutnya yakni era Kerajaan Demak ‘Kupat’ memiliki definisi arti dalam Bahasa jawa, yaitu ngaku lepat yang berarti ‘mengakui kesalahan’ atau laku papat (4 perilaku) yang juga melambangkan 4 sisi dari kupat, yaitu lebaran (pintu maaf), luberan (berlimpah), leburan (saling memaafkan), dan laburan (dari kata Labur; putih, yang berarti ‘bersih dari dosa-dosa’). Kupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan Kasultanan Demak pimpinan Raden Fatah awal abad ke-15. Bentuknya yang persegi empat bermakna “kiblat papat lima pancer,” sebagai keseimbangan alam yakni 4 arah mata angin yang bertumpu pada satu pusat. Kupat pertama kali muncul di tanah Jawa, diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga kepada masyarakat Jawa yang merupakan hasil perpaduan makan tradisional Tepo yang dibalut anyaman yang dapat ditemukan di Wengker sekitar Gunung Lawu. Sunan Kalijaga menjadikan kupat sebagai budaya dan filosofi Jawa. Kupat umumnya disajikan pada saat lebaran, Kupatan dll. Dalam perkembangannya, panganan ini menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara sebagai hidangan utama saat lebaran karena pengaruh Wali Songo dan murid-muridnya, seperti Malaysia yang dibawa prajurit Kesultanan Demak yang kemudian menetap di Semanjung Melayu. Dalam catatan Hermanus Johannes de Graaf, kemunculan ketupat di tengah masyarakat Jawa adalah bagian dari penyebaran agama Islam yang dibawa oleh Sunan Kalijaga. Pada masa itu, diketahui mayoritas penduduk di Jawa masih memeluk agama kepercayaan atau dikenal juga dengan nama Kejawen. Kemudian ketupat digunakan Sunan Kalijaga untuk melakukan pendekatan dakwah dalam sisi budaya. Sebab, ketupat dipercaya bisa menjadi alat yang lebih familiar untuk pendekatan dakwah, dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang kental pada saat itu. Ketupat dijadikan sebagai budaya dan filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai keislaman, sehingga ada akulturasi budaya antara keduanya. Baru setelah agama Islam mulai diterima secara luas, ketupat akhirnya melekat menjadi hidangan yang khas pada perayaan Islam, seperti lebaran idulfitri. Ketupat ilmu merupakan model paradikma keilmuan yang mengacu pada integrase dan kolaborasi, dengan sekema anyaman ilmu. Paradigma keilmuan adalah asumsi-asumsi dasar dan teoritis yang umum, yang menjadi sumber nilai, hukum-hukum, metode, dan penerapan dalam ilmu pengetahuan. Paradigma dalam ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai model atau kerangka berpikir, yang mempengaruhi bagaimana ilmuwan memahami dan mempelajari fenomena tertentu. Kata paradigma berasal dari bahasa Yunani, yaitu paradeiknynai, yang berarti “menunjukkan sisi demi sisi”. Dalam bahasa Inggris, kata paradigma telah digunakan sejak abad ke-15, yang berarti “contoh” atau “pola”.
landasan ontologis epistemologis dan aksiologis dan aksiologis paradikma ketupat ilmu dipaparkan sangat jelas, misalnya saja landasan ontologis. Landasan ontologis adalah bidang filsafat yang mempelajari hakikat keberadaan sesuatu berdasarkan hukum sebab akibat. Dalam konteks pendidikan, ontologi pendidikan membahas tentang hakikat pendidikan. Dalam kajian filsafat ilmu, pembahasan ilmu selalu dikaitkan dengan landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Ketiga landasan tersebut memberikan kerangka yang kuat untuk memahami dan membimbing pendidikan. Landasan ontologis esensialisme Landasan ontologi merupakan bidang filsafat yang mengkaji hakikat keberadaan sesuatu sesuai dengan tata hubungan yang sistematis berdasarkan hukum sebab akibat. Landasan ontologis adalah bidang filsafat yang mempelajari hakikat keberadaan sesuatu berdasarkan hukum sebab akibat dan tata hubungan yang sistematis. Ontologi juga merupakan azas untuk menentukan batas ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan dan penafsiran tentang hakikat realitas. Dalam filsafat, landasan berdirinya sebuah bidang ilmu memiliki tiga pilar, yaitu: Ontologis (objek ilmu), Epistemologi (metode ilmu), Aksiologis (tujuan ilmu). Aspek ontologi dalam ilmu pengetahuan hendaknya diuraikan secara: Metodis (menggunakan cara ilmu), Sistematis (saling berkaitan satu sama lain), Koheren (unsur-unsurnya harus bertautan), Rasional (berdasarkan pada kaidah berpikir yang benar), Komprehensif (melihat objek secara keseluruhan). Ontologi adalah cabang teori yang membahas hakikat dari sesuatu yang ada, baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Dalam konteks pendidikan, ontologi mendefinisikan hakikat pendidikan. Contoh ontologi yang ada di sekolah atau lembaga Paud yaitu bisa berupa memahami bahwa meskipun secara fisik sahabat berubah, tetapi ada sesuatu yang tetap ada dalam dirinya. Hal ini membuat kita mengenal dan tahu bahwa ia adalah sahabat kita, dan memahami bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk menyenangi kebajikan sebagai kebaikan spiritual. Manusia menyukai kejujuran karena baik, dan membenci kebohongan karena ia bertentangan dengan kejujuran. Secara fisik sahabat kita berubah (kemungkinan semakin tua, semakin gemuk, atau yang lainnya), tetapi ada suatu yang tetap ada dalam dirinya. Suatu hal yang tetap membuat kita mengenal dan tahu bahwa ia adalah sahabat kita (bukan orang lain) meskipun secara fisik berubah.
Landasan epistemologis adalah proses yang memungkinkan manusia mendapatkan pengetahuan, seperti logika, etika, estetika, dan kebenaran ilmiah. Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas secara mendalam tentang proses memperoleh ilmu, termasuk sumber, struktur, metode, dan validitas pengetahuan. Landasan yang ada dalam tataran epistemologi ini adalah proses apa yang memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni, apa yang disebut dengan kebenaran ilmiah, kebaikan moral, dan keindahan seni. Aspek-aspek terpenting yang dibahas dalam epistemologi adalah: Sumber pengetahuan, Metode pengetahuan, Kebenaran dan kriterianya, Cara mendapatkan kebenaran. Beberapa aliran epistemologi, yaitu: Rasionalisme, yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan manusia adalah pikiran, rasio, dan jiwa. Empirisme, yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia berasal dari pengalaman manusia sendiri. Kritisme (transendentalisme), yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia berasal dari dunia luar dan dari jiwa atau pikiran manusia sendiri. Landasan epistemologis dalam pengelolaan PAUD dapat dilihat dari visi, misi, tujuan, dan strategi, serta pengembangan kurikulum, SDM, dan kepemimpinan pendidikan. Dalam dunia pendidikan, epistemologi menentukan cara mendapatkan pengetahuan. Dalam filsafat, epistemologi merupakan salah satu dari tiga pilar ilmu pengetahuan, bersama dengan ontologi (objek ilmu) dan aksiologi (tujuan ilmu). Dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada anak usia dini, perlu memperhatikan tahap perkembangannya yang sesuai dengan umur dan kondisi anak. Landasan aksiologis Landasan aksiologis dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah nilai-nilai yang dikaji dalam aksiologi, yaitu cabang filsafat yang mempelajari nilai-nilai kebenaran, kebaikan, keindahan, dan religious.
Model paradigma keilmuan kolaborasi ilmu disebut dengan Ketupat Ilmu. Ketupat Ilmu adalah model paradigma keilmuan integrasi-kolaborasi dengan skema anyaman ilmu, collaboration of science, takatuful ulum. Paradigma keilmuan adalah kumpulan asumsi-asumsi dasar dan teoritis yang umum, yang menjadi sumber nilai, hukum-hukum, metode, dan penerapan dalam ilmu pengetahuan. Paradigma keilmuan dapat mempengaruhi bagaimana teori dikembangkan dan dipahami, serta apa yang dianggap sebagai teori yang valid. Kata paradigma berasal dari bahasa Yunani, yaitu paradeiknynai, yang berarti “menunjukkan sisi demi sisi”. Dalam bahasa Inggris, kata paradigma berarti “contoh” atau “pola”.Kolaborasi dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah kerja sama antara berbagai pihak yang terlibat dalam proses pendidikan, seperti guru, orang tua, siswa, dan komunitas sekolah. Kolaborasi ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti:
Kolaborasi antara PAUD dan keluarga untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak
Kolaborasi antara Direktorat PAUD dan UNICEF untuk melakukan bimbingan teknis transisi PAUD-SD
Kolaborasi antara guru untuk membuat rencana pelajaran, membahas masalah siswa, dan menentukan kemajuan siswa.
Kolaborasi dalam pembelajaran berbasis kesenian, seperti gerak dan lagu
Kolaborasi dalam pendidikan dapat memberikan manfaat, seperti:
Mengalami pengalaman belajar yang holistik
Mendapatkan dukungan yang konsisten
Meningkatkan harga diri
Membangun pemahaman terhadap perspektif orang lain
Membangun kepercayaan diri
Meningkatkan perhatian, motivasi, dan tingkat respons siswa.
Implementasi paradikma keilmuan integrase-kolaborasi poin 1 yaitu strategi pencapaian paradikma integrase-kolaborasi yang menerapkan konsep dan teori fungsionalisme structural Talcott parsons. mplementasi visi dan misi PAUD penting karena dapat:
Membentuk identitas PAUD
Menciptakan lingkungan pendidikan yang berkualitas dan inspiratif
Membentuk karakter peserta didik yang unggul dalam bidang IPTEK dan IMTAQ
Visi adalah kondisi impian seluruh pemangku kepentingan di PAUD, sedangkan misi adalah cara atau langkah yang ditempuh untuk mencapai visi. Visi adalah kondisi impian seluruh pemangku kepentingan di PAUD, sedangkan misi adalah cara atau langkah yang ditempuh untuk mencapai visi. Dalam menyusun visi dan misi PAUD, dapat melibatkan seluruh warga sekolah, seperti kepala sekolah, komite sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, perwakilan orang tua/wali peserta didik, dan perwakilan masyarakat di sekitar sekolah.
Indikator implementasi visi misi PAUD dapat berupa:
Guru yang aktif, kreatif, dan inovatif
Penerapan model pembelajaran yang efektif sesuai perkembangan anak
Anak didik mengamalkan nilai-nilai moral dan agama
Anak didik memiliki kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Inggris secara sederhana
Anak didik dibekali dengan berbagai kemampuan sesuai karakteristik anak usia dini
Anak didik dibekali dengan budi pekerti luhur dan terpuji
Anak didik diberdayakan potensi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, kecerdasan sosial, dan kecerdasan religius
Satuan PAUD yang berkualitas adalah satuan PAUD yang terus berkomitmen dan berupaya memenuhi elemen layanan. Kualitas layanan PAUD dapat berbeda-beda sesuai dengan konteks sumber daya dari setiap satuan PAUD. Visi adalah gambaran besar tentang apa yang ingin dicapai di masa depan, baik oleh seseorang maupun organisasi. Visi dapat berfungsi sebagai panduan umum yang mengarahkan tujuan dan aspirasi. Visi dapat memiliki fungsi, di antaranya: Menentukan langkah ke depan, Menginspirasi anggota, Memotivasi anggota agar memberikan kontribusi yang maksimal, Membuat organisasi tetap berjalan sesuai dengan apa yang pendiri cita-citakan. Visi biasanya berupa rangkaian kata yang ringkas dan jelas, umumnya hanya satu kalimat atau tidak lebih dari satu paragraf. Visi berbeda dengan misi. Misi adalah langkah, bentuk atau cara serta bagaimana untuk mewujudkan visi. Misi adalah pernyataan yang menjelaskan apa yang dilakukan untuk mencapai visi di masa depan. Misi menggambarkan tindakan, strategi, dan pendekatan yang diambil untuk mencapai tujuan jangka panjang. Misi dapat diartikan sebagai:
Langkah-langkah konkret yang diambil selama masa studi untuk mencapai visi
Tugas khusus yang dibebankan kepada seseorang atau sekelompok orang
Misi dan visi merupakan dua hal yang saling berhubungan dan mendukung satu sama lain. Visi adalah keinginan atau cita-cita perusahaan di masa depan, sedangkan misi adalah bagaimana perusahaan dapat mewujudkan cita-citanya tersebut. Contoh visi:
”membentuk anak yang cerdas, baik dan terampil berakhlak mulia, sholeh/sholihah sehingga terwujud anak yang kreatif dan mandiri.”
Contoh misi PAUD:
1.Melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan inovatif.
Mendidik anak secara optimal sesuai dengan kemampuan anak.
Menyiapkan anak didik ke jenjang pendidikan dasar dengan ketercapaian Kompetensi Dasar sesuai tahapan perkembangan anak.
Indikator Visi:
Kecerdasan Akademik
Peningkatan Prestasi Akademik
Persentase anak yang mencapai target kompetensi dasar sesuai tahapan perkembangan.
Jumlah anak yang menunjukkan peningkatan nilai pada asesmen atau penilaian formatif.
Pengembangan Karakter
Akhlak Mulia dan Sholeh/Sholihah
Persentase anak yang menunjukkan perilaku baik (ramah, jujur, sopan) dalam interaksi sehari-hari.
Jumlah kegiatan yang mendukung pengembangan akhlak mulia (misalnya, pembiasaan berdoa, sholat berjamaah).
Kreativitas dan Kemandirian
Kreativitas
Jumlah karya seni atau proyek kreatif yang dihasilkan anak.
Penilaian guru terhadap kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas yang memerlukan kreativitas.
Kemandirian
Persentase anak yang mampu melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan (misalnya, mengatur barang pribadi, makan sendiri).
Keikutsertaan dalam kegiatan yang mengajarkan kemandirian (misalnya, kegiatan outsourcings, praktek lapangan).
Keterampilan Sosial
Interaksi Sosial
Persentase anak yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.
Frekuensi anak menunjukkan kemampuan bekerjasama dan berkomunikasi dengan baik sesama teman dan guru.
Implementasi budaya dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya:
Meningkatkan pendidikan kebudayaan dan sejarah: Mengenalkan berbagai budaya di Indonesia dan menjaga keberagamannya.
Mendorong partisipasi masyarakat: Dalam kegiatan sosial budaya
Revitalisasi seni dan budaya: Upaya pelestarian agar budaya setempat tidak hilang atau punah
Implementasi budaya pendidikan karakter: Melalui pembiasaan rutin dan spontan
Implementasi kearifan budaya lokal: Sebagai sumber pembelajaran sejarah
Implementasi budaya di sekolah PAUD dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya:
Mengenali karakteristik anak, termasuk latar belakang budaya, bahasa, dan pengalamannya.
Membangun hubungan yang kuat dengan anak, keluarga, dan masyarakat
Menggunakan pengalaman anak dalam pembelajaran
Menggunakan berbagai sumber daya dalam pembelajaran, seperti bahan ajar, media, dan teknologi
Mengintegrasikan nilai-nilai moral dan etis dalam materi ajar.
Mendorong diskusi yang berfokus pada nilai dan etika.
Merumuskan visi, misi, dan nilai-nilai inti sekolah.
Mengidentifikasi potensi lingkungan sekolah sebagai sumber pembelajaran
Budaya sekolah dapat diidentifikasi melalui nilai, sikap, kebiasaan, dan tindakan seluruh personil sekolah. Beberapa nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam budaya sekolah, antara lain:
Kebiasaan hidup
Etika
Kejujuran
Kasih sayang
Mencintai belajar
Bertanggung jawab
Menghormati hukum dan peraturan
Menghormati orang lain
Demikian tugas mata kuliah falsafah kolaborasi ilmu saya buat dengan sebaik baiknya. Banyak kekurangan kesalahan saya mohon maaf sebesar-besarnya.