Esai

Een Leidersweg is een lijdensweg, Leiden is Lijden: Pengertian, Sejarah, Makna, dan Penerapannya

Mr. R. H. Kasman Singodimedjo, pencetus ungkapan "Een Leidersweg is een lijdensweg. Leiden is lijden" (Foto: Distingsi.com).

DISTINGSI.com – Dalam sebuah artikel, Rudi Hartono menulis bahwa Een Leidersweg is een lijdensweg. Leiden is lijden. Jalan memimpin bukan jalan yang mudah. Memimpin itu menderita. Ungkapan kuno Belanda itu diucapkan Kasman Singodimedjo saat dirinya bersama Mohammad Roem dan Soeparno berkunjung ke rumah Haji Agus Salim di Gang Tanah Tinggi, Jakarta, pada 1925 (Hartono, 2024). Sampai saat ini, hasil penelusuran redaksi ditingsi.com ditemukan bahwa yang populer dari ungkapan itu adalah Leiden is lijden atau memimpin adalah menderita.

Pencetus ungkapan itu adalah Mr. R. H. Kasman Singodimedjo, ia adalah Jaksa Agung Indonesia periode 1945 sampai 1946 dan juga mantan Menteri Muda Kehakiman pada Kabinet Amir Sjarifuddin II. Selain itu ia juga adalah Ketua KNIP yang menjadi cikal bakal dari DPR.

Pengertian Leiden is Lijden

“Leiden is Lijden” adalah ungkapan dalam bahasa Belanda yang secara harfiah diterjemahkan sebagai “Menderita adalah Menderita.” Ungkapan ini menggambarkan ide bahwa penderitaan adalah pengalaman universal yang tidak dapat dihindari.

Sayangnya, tidak ada catatan khusus dari ahli yang secara spesifik membahas tentang “Leiden is Lijden.” Namun, secara umum, para ahli mungkin menginterpretasikan ungkapan ini sebagai refleksi tentang sifat universal dari penderitaan manusia. Mereka mungkin mengaitkannya dengan konsep-konsep dalam filsafat atau psikologi, seperti penerimaan penderitaan sebagai bagian tak terhindarkan dari kehidupan manusia, atau sebagai panggilan untuk empati dan solidaritas terhadap mereka yang mengalami penderitaan.

Sejarah Leiden is Lijden

Di dalam sebuah buku berjudul Sejarah Tokoh Bangsa, dituliskan bahwa Kasman berkata, “Een ledersweg is een lijdensweg. Lieden is lijden.” (Bashri, 2011: 121-122). Asal mula ungkapan ini tidak sepenuhnya jelas, tetapi telah menjadi bagian dari budaya populer Belanda. Meskipun tidak ada catatan pasti tentang kapan dan bagaimana ungkapan ini muncul, ia mencerminkan pandangan tentang penderitaan dalam konteks kehidupan manusia.

Belanda adalah negara dengan sejarah yang kaya, termasuk masa-masa sulit seperti Perang Dunia II dan banjir besar. Selama periode-periode ini, masyarakat Belanda mengalami penderitaan yang mendalam, dan ungkapan seperti “Leiden is Lijden” mungkin mencerminkan semangat bertahan hidup dan ketahanan dalam menghadapi kesulitan.

Ungkapan “Leiden is Lijden” memiliki akar yang dalam dalam budaya Belanda dan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Belanda selama berabad-abad. Ini bukanlah sebuah kutipan dari sumber tertentu, tetapi lebih merupakan ungkapan yang berkembang dari pemahaman budaya akan sifat hidup yang tidak selalu mudah.

Meskipun tidak ada catatan pasti tentang asal-usulnya, ungkapan ini mungkin telah muncul sebagai hasil dari pengalaman sejarah Belanda yang penuh dengan tantangan dan penderitaan, seperti perang, penyakit, dan kesulitan ekonomi.

Belanda telah mengalami periode penderitaan yang signifikan selama sejarahnya, termasuk masa kekacauan politik pada Abad Pertengahan, penjajahan oleh bangsa asing, seperti Spanyol, dan Perang Dunia Kedua. Semua ini telah membentuk identitas nasional Belanda dan memengaruhi budaya serta cara pandang masyarakat terhadap hidup.

Dalam konteks budaya Belanda yang kental dengan filsafat Calvinisme, yang menekankan konsep penebusan melalui penderitaan, ungkapan “Leiden is Lijden” juga mencerminkan nilai-nilai religius yang dalam dalam masyarakat Belanda.

Secara keseluruhan, ungkapan ini menjadi bagian dari warisan budaya Belanda dan digunakan sebagai pengingat akan realitas hidup yang penuh tantangan, serta pentingnya menerima dan mengatasi penderitaan dengan bijaksana dan tabah.

Ungkapan “Leiden is Lijden” memiliki akar yang dalam dalam budaya Belanda dan telah menjadi bagian penting dari identitas nasional Belanda. Meskipun tidak ada catatan pasti tentang asal-usulnya, ungkapan ini tercermin dalam sejarah panjang Belanda yang penuh dengan penderitaan dan tantangan.

1. Penderitaan Sejarah

Belanda telah mengalami berbagai periode penderitaan dalam sejarahnya, termasuk periode penjajahan, peperangan, dan kesulitan ekonomi. Salah satu penderitaan terbesar Belanda adalah saat periode penjajahan Spanyol di abad ke-16, yang menghasilkan perang kemerdekaan yang panjang dan berdarah, yang dikenal sebagai Perang Delapan Puluh Tahun (1568-1648). Periode ini penuh dengan penderitaan rakyat Belanda dan menciptakan warisan nasional yang kuat dalam menghadapi kesulitan.

2. Budaya Calvinisme

Ungkapan “Leiden is Lijden” juga tercermin dalam budaya Calvinisme yang mendalam di Belanda. Calvinisme menekankan konsep penebusan melalui penderitaan, dan ini tercermin dalam pemikiran dan nilai-nilai masyarakat Belanda.

3. Perlawanan terhadap Penjajah

Kota Leiden, di Provinsi Holland Selatan, memiliki sejarah yang khusus dalam perlawanan terhadap penjajah Spanyol selama Perang Delapan Puluh Tahun. Ketika kota ini dikepung oleh pasukan Spanyol pada tahun 1574, rakyat Leiden mengalami penderitaan yang luar biasa, termasuk kelaparan yang parah. Namun, mereka tetap bertahan dan akhirnya berhasil mengusir penjajah Spanyol. Peristiwa ini memunculkan rasa solidaritas dan semangat perlawanan yang kuat di antara rakyat Belanda, dan kemenangan tersebut dirayakan setiap tahun pada hari “Leidens Ontzet” (Pembebasan Leiden).

4. Makna dalam Kesulitan

Dalam konteks sejarah ini, ungkapan “Leiden is Lijden” mungkin muncul sebagai pengakuan akan penderitaan yang dialami oleh rakyat Belanda dan sebagai pengingat akan keberanian dan ketahanan mereka dalam menghadapi tantangan tersebut. Ini mencerminkan pemahaman bahwa penderitaan adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman manusia, tetapi juga bahwa melalui penderitaan, seseorang dapat menemukan makna dan kekuatan yang lebih besar.

Secara keseluruhan, sejarah “Leiden is Lijden” terkait erat dengan pengalaman penderitaan dan ketahanan rakyat Belanda, serta dengan nilai-nilai Calvinisme yang mendalam dalam budaya Belanda. Ini menjadi bagian penting dari identitas nasional Belanda dan memainkan peran penting dalam cara pandang dan pemikiran masyarakat Belanda.

Makna Leiden is Lijden

“Leiden is Lijden” mencerminkan pengakuan bahwa penderitaan adalah bagian alami dari kehidupan. Ini mengajarkan kita untuk menerima penderitaan sebagai bagian dari pengalaman manusia dan untuk tetap kuat dalam menghadapinya. Meskipun penderitaan mungkin tidak menyenangkan, ia juga bisa menjadi sumber pembelajaran, pertumbuhan, dan kepahlawanan.

Dalam konteks yang lebih luas, ungkapan ini juga bisa diartikan sebagai cara untuk menyampaikan empati kepada orang lain yang sedang menderita. Ini mengingatkan kita untuk bersikap peduli dan mendukung mereka yang membutuhkan bantuan dan dukungan kita.

“Leiden is Lijden” adalah ungkapan dalam bahasa Belanda yang mengajarkan kita untuk menghadapi penderitaan dengan keberanian dan ketabahan. Meskipun tidak dapat dihindari, penderitaan dapat dihadapi dengan bijaksana dan menjadi pelajaran berharga dalam perjalanan kehidupan manusia.

Penerapan Leiden is Lijden

Penerapan dari ungkapan “Leiden is Lijden” dapat bervariasi tergantung pada konteksnya, tetapi umumnya mencakup penggunaan pemahaman bahwa penderitaan adalah bagian alami dari hidup manusia dan bahwa keberadaan penderitaan dapat memberikan pelajaran dan pertumbuhan pribadi. Berikut adalah beberapa cara di mana ungkapan ini dapat diterapkan: Pertama, Menghadapi Tantangan dengan Tabah. Ketika seseorang mengalami kesulitan atau penderitaan dalam hidup, mengingatkan diri sendiri bahwa “Leiden is Lijden” dapat membantu mereka menghadapinya dengan tabah dan ketabahan. Ini memungkinkan mereka untuk menerima penderitaan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman hidup dan untuk tetap kuat dalam menghadapinya.

Kedua, Pembelajaran dari Pengalaman Pahit. Penderitaan dapat menjadi sumber pembelajaran yang berharga. Dengan mengaplikasikan prinsip “Leiden is Lijden”, seseorang dapat mencoba untuk menemukan makna dalam pengalaman pahit tersebut dan mengambil pelajaran yang berharga untuk pertumbuhan pribadi mereka.

Ketiga, Empati dan Solidaritas. Dalam konteks sosial, ungkapan ini juga dapat digunakan untuk menginspirasi empati dan solidaritas dengan orang lain yang sedang mengalami penderitaan. Dengan memahami bahwa “Leiden is Lijden”, seseorang dapat lebih mudah berempati dengan penderitaan orang lain dan memberikan dukungan yang diperlukan.

Keempat, Menciptakan Resiliensi. Dengan menerima kenyataan bahwa penderitaan adalah bagian dari kehidupan, seseorang dapat membangun ketangguhan mental dan emosional yang diperlukan untuk mengatasi tantangan masa depan. Ini membantu dalam menciptakan resiliensi yang kuat dalam menghadapi situasi yang sulit.

Kelima, Mencari Makna dan Tujuan. Dalam pencarian makna dan tujuan hidup, ungkapan ini dapat membantu seseorang untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan menemukan arti yang lebih dalam dalam pengalaman hidup mereka.

Dengan menerapkan prinsip “Leiden is Lijden”, seseorang dapat mengubah pandangan mereka terhadap penderitaan dan menggunakannya sebagai kesempatan untuk pertumbuhan, pembelajaran, dan koneksi yang lebih dalam dengan diri mereka sendiri dan dengan orang lain.

Penerapan prinsip “Leiden is Lijden” dalam kepemimpinan dan organisasi mengacu pada konsep bahwa pemimpin atau organisasi yang efektif harus mampu menerima tanggung jawab dan konsekuensi dari tindakan atau keputusan yang diambil. Ini berarti bahwa pemimpin atau organisasi harus siap menghadapi tantangan, kritik, atau kesulitan yang mungkin timbul sebagai akibat dari keputusan atau tindakan yang diambil. Dengan memahami dan menerima bahwa keberhasilan seringkali datang dengan kesulitan atau penderitaan, pemimpin dan organisasi dapat mengembangkan ketahanan, keuletan, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman tersebut. (DST33/HI/artikel).

admin
the authoradmin

Tinggalkan Balasan