Judul: Kenakalan Remaja dan Psikologis
Jurnal: Dakwatuna: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam
Penulis: Sigit Tri Utomo dan Luluk Ifadah
Akreditasi:
Url: https://ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/dakwatuna/article/view/409/291
DESKRIPSI
Remaja hidup dengan idealisme yang tinggi, mereka mengalami berbagai perubahan dalam hidupnya. Dalam masa ini mereka berusaha untuk lebih mandiri, lebih mendapat perhatian dan peranan dari lingkungan keluarga maupun masyarakat. Mereka bertindak sesuai dengan keinginan mereka sendiri untuk mendapat pengakuan atas peran dan fungsinya sehingga ia dapat mengaktualisasikan dalam bentuk-bentuk yang bertentangan dnegan norma hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun. Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock, 2004: 116).
Saat mereka mengalami pubertas tubuh akan mengalami kematangan seksual yang sesungguhnya, hal ini bersamaan dengan terjadinya perkembangan fisiologis yang berhubungan dengan kematangan kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang bermuara langsung di dalam saluran darah, dengan melalui pertukaran zat yang ada diantara jaringan kelenjar dengan pembuluh rambut di dalam kelenjar tadi, zat yang dikeluarkan berupa hormon, selanjutnya hormon ini akan memberikan stimulasi pada tubuh anak sedemikian rupa.
Kehidupan sebagai remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia. Banyak terjadi perubahan baik dari segi fisik maupun psikis. Menurut Elida Prayitno (2006:49) perubahan yang terjadi pada awal masa remaja meliputi perubahan sistem pencernaan, perubahan sistem syaraf, perubahan sistem pernafasan, dan perubahan organ seks. Dalam masa perubahan organ seksual, baik primer maupun sekunder itu, sebagian remaja mengalami kesulitan seperti merasa sakit saat haid, perasaan sedih dan kecewa karena tidak percaya diri dengan perubahan tubuh. Kurangnya pendidikan seksual terhadap remaja akan menimbulkan penyimpangan tingkah laku seksual pada remaja.
INTERPRETASI
Dalam fase remaja biasanya terdapat berbagai hal yang mereka rasakan. Salah satunya adalah kenakalan remaja. Menurut Kartono (2008:93) yang menjadi sebab kenakalan remaja adalah sebagai berikut:
- Faktor dari dalam diri sendiri meliputi:
Pertama, Predisposing Faktor. Ini merupakan faktor yang memberi kecenderungan tertentu bagi perilaku remaja. Faktor tersebut dibawa sejak lahir, atau oleh kejadian-kejadian ketika kelahiran bayi yang disebut dengan birth injury, yaitu luka di kepala bayi ketika bayi ditarik dari perut ibu. Predisposing faktor ini antara lain berupa kelainan kejiwaan.Kecenderungan kenakalan remaja adalah dari faktor bawaan bersumber dari kelainan otak.
Kedua, Lemahnya pertahanan diri. Ketika seseorang tidak dapat mengontrol dirinya sendiri maka ia akan terjerumus ke dalam berbagai kenakalan remaja. Ketiga, kurangnya kemampuan penyesuaian diri Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial dengan mempunyai daya pilih teman bergaul yang membantu pembentukan perilaku positif
Keempat, .Kurangnya dasar – dasar keimanan di dalam remaja. Sekolah dan orang tua harus bekerja sama dalam memberikan pendidikanagama secara baik, mantap dan sesuai dengan kondisi remaja saat ini.
- Faktor Lingkungan Keluarga. Keluarga merupakan tempat naungan bagi anak, lingkungan pertama yang menyebabkan kenakalan remaja. Seorang anak yang kurang pengawasan dari orang tua akan hidup seenaknya sendiri sehingga banyak penyimpangan yang ia lakukan. Ekonomi juga menjadi faktor kenakalan remaja. Idealisme dan keinginan mereka yang besar membuat mereka menginginkan mengenakan berbagai barang branded supaya sejajar dengan rekan sebayanya. Bila hal ini terjadi namun berbanding terbalik dengan ekonomi orang tua, maka ia akan melakukan berbagai penyimpangan untuk menuruti hal tersebut. Keharmonisan keluarga juga mempengaruhi terbentuknya pola kehidupan anak.
- Lingkungan Masyarakat
Lingkungan dimana ia tinggal bagaimana pergaulan di lingkungan masyarakat juga menentukan proses ini. Biasanya remaja akan terpapar hal buruk dari lingkungannya. Maka dari itu orang tua memiliki peran penuh untuk menjadi pengontrol bagi anak mereka supaya tidak terjerumus dalam kenakalan remaja.
- Lingkungan Sekolah
Beberapa remaja melakukan kenakalan di sekolahnya faktor yang menyebabkan iti terjadi antara lain: faktor guru yang mudah mengeluh menghadapi anak nakal. Sehingga tidak ada pembinaan.
Dalam jurnal ini beberapa penyimpangan yang dilakukan remaja antara lain: onani, homoseksual, pengaruh lingkungan, pelacuran, pornografi dan pornoaksi, dan perilaku penyimpangan seksual pada orang lain.
EVALUASI
Keluarga memiliki peran penting dalam pencegahan kenakalan remaja, jadilah rumah yang menyenangkan dan membahagiakan bagi anak supaya anak tidak mencari kebahagiaan di luar rumah. Sebisa mungkin orang tua menghadirkan cinta dalam keluarga. Bentuk rumah yang harmonis dengan lingkungan agamis supaya anak memiliki benteng sehingga mereka tidak terbawa arus perkembangan zaman dan melarikan diri dengan melaksanakan berbagai penyimpangan yang dilakukan pada masa remaja.
REKOMENDASI
Menurut Willis Dalam (Donald, 2004) menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi terjadinya kenakalan pada remaja sebagai berikut: ciptakan suasana agamis dan harmonis di lingkungan rumah, berikan perhatian penuh pada anak dan senantiasa lakukan pengawasan terhadap mereka. Orang tua juga harus selalu berkoordinasi dengan guru untuk dapat mengontrol peserta didik untuk mengadakan bimbingan konseling secara berkelanjutan. Selain itu masyarakat juga harus pro aktif memberikan edukasi dan kebiasaan yang baik bagi anak. Memberikan wadah untuk anak menyalurkan aspirasi dan berkreasi.