Esai

Gambret Singgang, Mrekathak Ora Ana Sing Nganei: Makna dan Pesan Peribahasa Jawa

Ilustrasi MicroStrategy US

Distingsi.com – Peribahasa atau pepatah Jawa “Gambret singgang, mrekathak ora ana sing nganei” bermakna perawakan kenes, tetapi tidak ada yang melamar. Bebasan, saloka, majas, paseomen Jawa atau unen-unen ini sangat terkenal di kalangan masyarakat.

Peribahasa Jawa “Gambret Singgang, Mrekathak Ora Ana Sing Nganei” menurut pakar bahasa Dr. Hamidulloh Ibda, bahwa ungkapan yang menggambarkan situasi di mana seseorang atau sesuatu tampak menarik atau mempesona, tetapi tidak ada yang benar-benar memperhatikan atau menghargainya. Dalam konteks ini, “gambret singgang” merujuk pada penampilan yang menarik atau mempesona, sementara “mrekathak ora ana sing nganei” menggambarkan bahwa tidak ada yang memperhatikan atau menghargainya.

Asal Usul dan Konteks Budaya Gambret Singgang, Mrekathak Ora Ana Sing Nganei
Peribahasa ini berasal dari budaya Jawa yang kaya akan pepatah dan peribahasa yang memiliki makna mendalam. Dalam kehidupan sehari-hari, situasi di mana sesuatu tampak menarik tetapi tidak mendapat perhatian atau penghargaan seringkali terjadi. Peribahasa ini menggambarkan realitas ini dengan cara yang menggugah pemikiran.

Makna dan Pesan Gambret Singgang, Mrekathak Ora Ana Sing Nganei
“Gambret Singgang, Mrekathak Ora Ana Sing Nganei” mengandung pesan penting tentang pentingnya melihat melampaui penampilan fisik atau tampilan luar. Kadang-kadang, seseorang atau sesuatu bisa memiliki penampilan yang menarik secara visual, tetapi keindahan atau nilai sebenarnya tidak dilihat atau dihargai oleh orang lain. Ini mengajarkan kita untuk tidak hanya berfokus pada penampilan luar, tetapi juga untuk menghargai kualitas, nilai, atau potensi yang sebenarnya dari apa yang kita lihat.

Pepatah yang dalam Bahasa Indonesia bermakna “perawakan menarik tapi tidak ada yang melirik” menggambarkan situasi di mana seseorang memiliki penampilan atau kecantikan yang menarik, tetapi tidak ada yang benar-benar memperhatikan atau menghargainya. Dalam konteks ini, “perawakan” merujuk pada seorang wanita muda yang belum menikah, sementara “menarik” menggambarkan penampilan fisik atau daya tarik yang menonjol.

Makna dari pepatah ini adalah bahwa kecantikan fisik saja tidak cukup untuk menarik perhatian atau mendapatkan pengakuan dari orang lain. Hal ini mengajarkan bahwa nilai sejati seseorang tidak hanya terletak pada penampilan fisik, tetapi juga pada karakter, kepribadian, atau kualitas lain yang sebenarnya. Pepatah ini mengingatkan kita untuk tidak hanya berfokus pada penampilan luar, tetapi juga menghargai keindahan batin atau kualitas yang sejati dari seseorang.

Dengan pemahaman ini, pepatah tersebut menyampaikan pesan tentang pentingnya melihat melampaui penampilan fisik dan menghargai nilai atau kualitas yang sejati dari seseorang. Hal ini relevan dalam berbagai konteks kehidupan, termasuk dalam hubungan personal, sosial, atau profesional, di mana seringkali penilaian atau penghargaan seseorang didasarkan pada penampilan fisik saja. Pepatah ini mengajarkan kita untuk lebih bijaksana dalam menilai dan menghargai orang lain, serta untuk melihat keindahan yang lebih dalam di luar penampilan luar mereka.

Kutipan Inspiratif Gambret Singgang, Mrekathak Ora Ana Sing Nganei
Sebagai kutipan yang menggugah pemikiran, “Gambret Singgang, Mrekathak Ora Ana Sing Nganei” mengingatkan kita akan pentingnya melihat dan menghargai keindahan atau nilai yang sebenarnya dari apa yang kita lihat di luar. Ini adalah pengingat bahwa keindahan atau daya tarik yang sejati seringkali tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi hanya dapat ditemukan dengan hati yang terbuka dan pikiran yang bijaksana.

Relevansi Era Modern Gambret Singgang, Mrekathak Ora Ana Sing Nganei
Dalam era di mana penampilan seringkali dipuja dan diidolakan, peribahasa ini menjadi pengingat penting akan pentingnya melihat melampaui penampilan fisik dan menghargai kualitas, nilai, atau potensi yang sebenarnya dari sesuatu atau seseorang. Ini relevan dalam berbagai konteks, termasuk dalam hubungan personal, profesi, atau dalam penilaian terhadap karya seni, produk, atau prestasi.

“Gambret Singgang, Mrekathak Ora Ana Sing Nganei” adalah peribahasa Jawa yang mengajarkan kita untuk melihat dan menghargai keindahan atau nilai yang sebenarnya dari apa yang kita lihat di luar. Dengan memahami pesan peribahasa ini, kita dapat mengembangkan pandangan yang lebih dalam dan menghargai keindahan atau nilai sejati dari segala sesuatu yang ada di sekitar kita. (Dst33/esai)

admin
the authoradmin

Tinggalkan Balasan