Artikel

Guru PAI dan Perannya Menanamkan Budaya 5S

Judul: Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Perilaku 5 S Pada Peserta Didik SMKN 2 Temanggung

Jurnal:  Jurnal Al Ghazali

Penulis: Nur Alfi Mu’anayah, Wahyu Setiyoko

Akreditasi:

Url: https://www.ejournal.stainupwr.ac.id/index.php/al_ghzali/article/view/184/112

DESKRIPSI

Stigma yang beredar guru adalah seseorang yang membantu seseorang belajar. Guru tidak hanya menerangkan, melatih, memberi ceramah, tetapi juga mendesain materi pelajaran, memberikan pekerjaan rumah, mengevaluasi prestasi siswa dan mengatur kedisiplinan. (Sri Esti Wahyuni: 2006)

Dunia pendidikan tumbuh bersama berbagai problematikanya salah satu masalah yang semakin hari semakin kompleks adalah beberapa perilaku siswa yang menyimpang, kurangnya motivasi belajar siswa, kemerosotan moral peserta didik, serta merak yang melanggar tata tertib yang telah dibuat sekolah. Berbagai tata tertib dibuat sekolah sebagai kontrol sosial bagi siswanya.

Namun nyatanya beberapa siswa justru mengabaikan tata tertib tersebut. Kewajiban menaati tata tertib sekolah adalah hal yang penting sebab merupakan bagian dari sistem sekolah dan bukan sekadar sebagai kelengkapan sekolah. Tata tertib bertujuan supaya peserta didik mengetahui hak dan kewajiban serta tugasnya. Salah satu unsur yang membentuk kedisiplinan seseorang adalah budaya sekolah. 

Budaya sekolah dikembangkan dari konsep budaya tersebut yang mengatur perilaku warga sekolah melalui penetapan tata tertib atau aturan-aturan yang harus ditaati bersama oleh warga sekolah. Budaya sekolah dapat membangun komitmen kepatuhan terhadap nilai-nilai, norma-norma, dan kebiasan-kebiasan tertentu. Pada suatu sekolah misalnya, setiap guru secara sadar datang pada jam 06.30 dan pulang pada jam 15.00. Kehadiran guru yang demikian sebagai bentuk komitmen akan kepatuhan terhadap norma, kebiasaan maupun tata tertib sekolah, dan mampu membentuk nilai-nilai karakter peserta didik. (Deal: 2009)

Penelitian ini mendalami mengenai budaya 5s (senyum salam sapa sopan santun)yang dengan objek peserta didik SMK Negeri 2 Temanggung. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran guru agama Islam dalam menanamkan perilaku 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun) pada peserta didik SMK Negeri 2 Temanggung, serta apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam menanamkan perilaku 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun) pada peserta didik SMK Negeri 2 Temanggung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengamati peran guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan perilaku 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun) pada peserta didik SMK Negeri 2 Temanggung, serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam menanamkan perilaku 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun) pada peserta didik SMK Negeri 2 Temanggung.

Budaya 5S ini adalah budaya sederhana yang apabila diistiqomahkan akan menjadi sebuah hal yang baik. Guru PAI sebagai guru budi pekerti di sekolah memiliki peran penting dalam penanaman akhlak kepada para peserta didik.  Menurut Abdul Majid dan Dian Nadayani, guru adalah pekerjaan mencetak generasi dan membangun umat. Guru adalah faktor yang memengaruhi kualitas pendidikan. Para pakar menyatakan betapa bagusnya sebuah kurikulum (official), hasilnya sangat bergantung pada apa yang dilakukan guru di dalam mapun di luar kelas (actual). (Abdul Mujid: 2005)

INTERPRETASI

Menurut James W Brown tugas dan peran guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Adapun peran guru meliputi: pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, perencana, pembelajaran, supervisor, motivator dan evaluator.

Budaya 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun) merupakan bagian dari implementasi budaya sekolah. Implementasi menurut bahasa adalah pelaksanaan atau penerapan. Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap. (Daryanto: 2013)

Di Berbagai lembaga pendidikan budaya 5S menjadi program dan slogan. Slogan tersebut ada dalam kurikulum dan diprogramkan sebagai acuan dan pedoman untuk pembinaan sikap siswa dalam membudayakan kebiasaan sikap positif pada lingkungan sekolah. Adapun penjelasan tentang budaya 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun) sebagai berikut: 

Pertama, senyum. Senyum merupakan ibadah, biasanya seseorang tersenyum karena mereka sedang bahagia, senyum menambah manisnya wajah walaupun berkulit gelap dan tua. Senyum merupakan gerak tawa ekspresi yang tidak bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, sutra, dan sebagainya dengan mengembangkan bibir sedikit. (KBBI: 2008) menurut Rasulullah SAW senyum merupakan ibadah. “Senyummu dihadapan wajah saudara adalah sedekah” (HR. Tirmidzi no 1956) 

Kedua, salam. Kata salam berasal dari bahasa Ibrani yaitu syalom yang berarti damai. Damai mengandung unsur silaturahmi, sukacita, dan sikap atau pernyataan hormat kepada orang lain. Bentuk salam bermacam-macam. Ada salam perkenalan, salam perjumpaan, dan salam perpisahan. (Alfonsus Sutarno: 2008)

Agama Islam sendiri selalu mengajarkan salam kepada umatnya. kalimat salam berupa Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, artinya adalah salam sejahtera, rahmat Allah dan berkat-Nya atas kamu. Orang yang membalasnya akan menjawab Wa‟alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, artinya adalah keatasmu salam, rahmat Allah dan berkat-Nya. 

Ketiga, sapa. Menyapa identik dengan menegur, menyapa bisa bisa berarti mengajak seseorang untuk bercakap-cakap. Tegur sapa bisa memudahkan siapa saja untuk bergaul akrab, saling kontak, dan berinteraksi.  (Alfonsus Sutarno: 2008) Senada dengan pengertian tersebut, sapa berarti perkataan untuk menegur. Menegur dalam hal ini bukan berarti menegur karena salah, melainkan menegur karena kita bertemu dengan seseorang, misal saja dengan memanggil namanya atau menggunakan sapaansapaan yang sudah sering kita gunakan seperti “hey atau assalamu‟alaikum”. Bila seseorang menyapa orang lain maka suasana akan menjadi hangat dan bersahabat. (KBBI: 2008)

Keempat, sopan santun. Sopan memiliki arti hormat, takzim, dan tertib menurut adat. Seseorang yang sopan akan mengikuti adat, dan tidak akan pernah melanggar adat. Sedangkan santun adalah halus dan baik (tingkah laku), sabar dan tenang juga penuh rasa belas kasihan (tolong menolong). Seseorang yang bersikap santun akan mementingkan kepentingan orang lain dari pada kepentingan diri sendiri. 

EVALUASI

Setiap pembiasaan yang dilaksanakan selalu muncul berbagai problematika yang ada. Salah satunya budaya 5s ini, sikap Sopan adalah suatu tata cara atau aturan yang turun-temurun dan berkembang dalam suatu budaya masyarakat, yang bermanfaat dalam pergaulan dengan orang lain. Agar terjalin hubungan yang akrab, saling pengertian, hormatmenghormati menurut adat yang telah ditentukan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, bahwa sopan santun atau unggah ungguh berbahasa dalam bahasa jawa mencakup dua hal, yaitu tingkahlaku atau sikap berbahasa penutur dan wujud tuturannya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sopan santun adalah sikap yang menghormati orang lain dan mementingkan kepentingan orang lain. Sikap sopan santun sangat besar manfaatnya jika setiap warga bangsa memilikinya. Bangsa ini akan menjadi bangsa yang peduli sesama, tidak meremehkan dan terjalin sikap saling menghormati.

REKOMENDASI

Pembentukan budaya 5S bisa maksimal digaungkan apabila adanya kemauan dari peserta didik dan orang tua. Budaya ini harus senantiasa dilanjutkan bukan hanya disekolah, melainkan juga ketika anak berada di rumah. Guru adalah fasilitator anak disekolah yang akan mengingatkan, menegur dan memberi tahu kepada mereka ketika mereka tidak mau membudayakan 5S. ketika mereka  dirumah peran fasilitator berganti pada orang tua. Harus adanya sinergi antara guru dan orang tua untuk  mewujudkan budaya 5s ini.

Anisa Rachma Agustina

Tinggalkan Balasan