Judul: Penanaman Karakter Asma’ul Husna Pada Anak Usia Dini di PAUD ELPIST Temanggung
Jurnal: KIDDO : JURNAL PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
Penulis: Yuni Setya Hartati, Puteri Anggita Dewi, Luluk Ifadah
Akreditasi:
Url: http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/kiddo/article/view/3608/2667
DESKRIPSI
Berbagai problematika yang terjadi di masyarakat terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah perkembangan teknologi tantangan era revolusi industri. Dampak baik dan dampak buruk membersamai prose tersebut. Dewasa ini, karakter bangsa Indonesia telah banyak menyimpang dari norma-norma, baik norma hukum, norma sosial, bahkan norma agama. Orang-orang pada masa kini sedang mengalami sebuah krisis yang begitu hebat pengaruhnya bagi peradaban, yaitu krisis karakter. Melihat kenyataan itulah, pendidikan karakter perlu diberlakukan untuk di negeri ini. Pendidikan karakter dipilih sebagai suatu upaya perwujudan pembentukan karakter peserta didik ataupun generasi bangsa yang berakhlak mulia. Pendidikan karakter harus dilaksanakan sejak usia dini. (Hadisi, 2015).Salah satu nilai pendidikan karakter yang perlu ditanamkan sejak dini adalah nilai religius yang tercermin dalam keimanan dan ketaatan melaksanakan ajaran agama.
Sikap positif perlu ditanamkan pada anak sejak dini, melalui ucapan dan tindakan yang dicontohkan oleh orang dewasa, baik guru maupun orang tua. Penanaman sikap positif harus dilaksanakan secara terus-menerus. Hasil penanaman sikap tidak akan nampak dalam waktu singkat, namun membutuhkan proses yang cukup panjang. Oleh karena itu pendidikan karakter harus dilakukan sejak usia dini, sehingga ketika dewasa, anak menjadi generasi yang berkarakter. (Khaironi, 2017) Prinsip utama yang harus ditanamkan pada anak sejak usia dini adalah ketauhitan melalui penguatan pondasi iman yang pada tahap internaslisasinya dimulai dengan metode pembiasaan. Pembiasaan akan sangat mempengaruhi proses pembentukan karakter anak (Muhammad, 2013). Agar nilai-nilai ketauhidan muncul dalam diri anak, kita bisa mulai untuk mengenalkan Allah kepadanya. Salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah mengenalkan Asmaul Husna.
Asmaul Husna merupakan nama-nama Allah yang mulia dan agung sebagai wujud kebesaran dan kekuasaan Allah atas alam semesta beserta segala isinya ini. Bagi seorang muslim salah satu cara mengenal Allah adalah dengan mempelajari sifat-sifat Allah Serta Mengenal 99 nama Allah (Syahrudin, 2019). Proses internalisasi nilai ajaran islam melalui pelafalan dan pengamalan menjadi sangat penting bagi peserta didik agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Meneladani Asmaul Husna menjadi amat urgen untuk membentuk karakter peserta didik, khususnya para peserta didik dalam usia dini.
INTERPRETASI
Tahap penanaman nilai karakter Asma’ul Husna dapat dilakukan oleh pendidik dengan mengenalkan Allah melalui sifat-sifatNya. Penanaman karakter Asma’ul Husna atau nama-nama Allah yang baik di PAUD Elpist Temanggung dilakukan melalui enam metode.
Pertama, metode audio visual. Dengan audio visual, selain anak melihat dan mendengar nama nama Allah dan maksud atau arti dari nama tersebut. Metode ini efektif dalam memberikan stimulasi perkembangan kognisi maupun afeksi anak dalam mencerna makna Asma’ul Husna
Kedua, metode peneladanan. Metode peneladanan merupakan metode yang lebih banyak menekankan peran guru dalam menjadi figur percontohan langsung bagi baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun dalam kegiatan lainnya diluar kelas. Peneladanan atau percontohan langsung dari pendidik memberikan pengaruh besar pada psikomotorik anak untuk meniru dan mendalami makna Asma’ul Husna yang tercermin dalam perilaku pendidiknya.
Ketiga, metode tanya jawab. Metode tanya jawab diaktualisasikan sebagai bagian dari cara mengkomunikasikan kemauan dan ide pembelajaran kepada anak melalui kemasan interaktif sehingga anak mampu berkomunikasi kepada lawan bicara baik secara verbal maupun non verbal. Dengan metode tanya jawab dalam proses komunikasi yang interaktif inilah proses penanaman nilai Asma’ul Husna dapat berlangsung secara bertahap tanpa adanya kesan intimidatif.
Keempat, metode bercerita. Metode bercerita digunakan dengan maksud agar dapat mengasah kemampuan imajinasi anak dalam menginterpretasikan pesan yang terkandung dalam sebuah cerita. Didalam proses mendengarkan dan memperhatikan cerita, dimaksudkan agar anak mampu menyerap nilai Asma’ul Husna secara mendalam.
EVALUASI
Suatu pembelajaran yang baik salah satu indikasinya adalah pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman luar biasa dan memberikan inspirasi bagi peserta didiknya. Peserta didik dalam hal ini tentu saja sangat mendambakan pembelajaran yang menarik (Syafriafdi, 2020). Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, pelaksanaan tata tertib dan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi pendidikan anak. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang sengaja dirancang dengan aturan yang berjenjang dan berkesinambungan sehingga disebut pendidikan formal (Nadziroh, 2018). Menerapkan pendidikan karakter memanglah tak semudah membalikkan telapak tangan, terlebih ditengah tugas-tugas administratif para pendidik.
Setiap pendidik harus memiliki formula jitu untuk membentuk karakter peserta didiknya. Memahami hal yang anak butuhkan serta memahami karakter setiap peserta didik. Hal ini membuat anak merasa nyaman dengan pendidikan yang sedang berlangsung. Selain itu pendidik formulasi penggunaan asmaul husna sebagai penanaman pendidikan karakter bagi anak sangat dianjurkan. Hal ini supaya mereka mengenal nama-nama Allah sejak dini.
REKOMENDASI
Implementasi Asmaul Husna dalam pembelajaran karakter efektif digunakan dalam lembaga pendidikan. PAUD Elpist Temanggung sudah menanamkan nilai karakter Asma’ul Husna kepada peseta didiknya dengan melalui berbagai metode yang diupayakan semaksimal mungkin disesuaikan dengan karakter masing-masing anak. Dalam usaha penanaman nilai-nilai karakter Asma’ul Husna pada peserta didiknya, PAUD Elpist Temanggung memadukan kurikulum dari Yayasan yang berbasis Ahlus sunnah wal jamaah an nahdliyah, dengan kurikulum PAUD dari Kementerian Pendidikan Nasional. Harapannya bukan hanya PAUD Elpis yang menerapkan metode ini melainkan dapat diimplementasikan dalam segala jenjang pendidikan.