Daerah

Inilah Bentuk Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI

Perkuliahan Pembelajaran Bahasa Indonesia MI/SD yang berlangsung secara virtual pada Ahad (19/5/2024).

Semarang, DISTINGSI.com – Dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., menjadi dosen tamu pada Prodi PGMI FAI Universitas Wahid Hasyim Semarang pada mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia MI/SD yang berlangsung secara virtual pada Ahad (19/5/2024).

Ibda berkolaborasi dengan dosen pengampu Pembelajaran Bahasa Indonesia MI/SD PGMI Unwahas Ersila Devy Rinjani.

Dalam paparannya, Ibda menyampaikan materi bertajuk “Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Bermuatan Literasi dan Karakter Baik di MI/SD”.

Dalam paparannya, Ibda mengatakan bahwa inovasi pada intinya penemuan sesuatu yang benar-benar baru sebagai karya manusia. “Inovasi berasal dari kata innovation yang artinya hal yang baru atau pembaharuan,” kata dia.

Inovasi pembelajaran bahasa Indonesia MI/SD, kata dia, adalah upaya pembaharuan untuk  memperkenalkan metode, strategi, dan pendekatan baru dalam proses mengajar dan belajar Bahasa Indonesia. ”Tujuan dari inovasi ini untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, meningkatkan minat dan motivasi siswa, serta membantu siswa mencapai hasil belajar yang optimal,” lanjut dia.

Menurut dia, inovasi-inovasi ini bertujuan untuk membuat pembelajaran bahasa Indonesia lebih menarik, relevan, dan efektif, sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan berbahasa mereka dengan baik.

Untuk mewujudkan inovasi tersebut, doktor pendidikan dasar UNY tersebut mengatakan bahwa dibutuhkan integrasi bahasa, literasi, dan karakter baik di MI/SD. “Integrasi bahasa, sastra, literasi dan karakter baik merupakan pendekatan yang holistik dan komprehensif di MI/SD yang bisa dimulai dari PGMI/PGSD. Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya mempelajari keterampilan berbahasa, tetapi juga memahami nilai-nilai budaya dan karakter yang melekat dalam bahasa dan sastra Indonesia,” tegas dia.

Inovasi-inovasi pembelajaran Bahasa Indonesia bermuatan literasi dan karakter baik menurut Ibda beragam. Pertama, penggunaan teknologi dan multimedia. “Menggunakan teknologi seperti komputer, tablet, android, AI, dan aplikasi pembelajaran interaktif untuk membuat pelajaran lebih menarik. Misalnya, aplikasi membaca digital yang interaktif, video pembelajaran, dan game edukatif,” kata dia.

Kedua, pendekatan tematik dan kontekstual. Di sini mengaitkan materi pembelajaran dengan tema atau konteks yang dekat  dengan kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya, mengajarkan kosakata dan tata bahasa melalui cerita yang relevan dengan pengalaman mereka.

Ketiga, model, pendekatan, strategi, atau metode pembelajaran kolaboratif. Mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan  tugas atau proyek. Metode seperti diskusi kelompok, role-playing, dan proyek kolaboratif dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan menulis mereka.

Keempat, penggunaan buku cerita dan sastra anak. Mengintegrasikan buku cerita dan sastra anak dalam pembelajaran bahasa untuk meningkatkan minat baca dan pemahaman siswa. Buku cerita bisa digunakan sebagai bahan bacaan dan diskusi di kelas.

Kelima, pendekatan berbasis proyek. Meminta siswa mengerjakan proyek yang memerlukan penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai bentuk, seperti menulis laporan, membuat poster, atau melakukan presentasi. Proyek ini bisa disesuaikan dengan tema tertentu yang menarik bagi siswa.

Keenam, pembelajaran berbasis permainan (game-based learning). Menggunakan permainan edukatif untuk mengajarkan kosakata, tata bahasa, dan keterampilan berbahasa lainnya. Permainan ini bisa berupa permainan papan, kartu, atau digital.

Ketujuh, pemanfaatan lingkungan sekitar. Mengajak siswa untuk belajar bahasa Indonesia melalui kegiatan di luar kelas, seperti kunjungan ke  perpustakaan, taman, atau museum. Kegiatan ini dapat diintegrasikan dengan tugas menulis laporan atau membuat cerita berdasarkan pengalaman mereka.

Kedelapan, metode bercerita (storytelling). Menggunakan cerita sebagai alat untuk mengajarkan berbagai aspek bahasa. Guru bisa bercerita di depan kelas atau meminta siswa untuk bercerita, baik secara lisan maupun tulisan.

Kesembilan, pembelajaran berdiferensiasi. Menyesuaikan materi dan metode pembelajaran dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa. Misalnya, memberikan bahan bacaan yang berbeda tingkat kesulitannya sesuai dengan kemampuan membaca siswa. (Dst33/hi/fokus).

admin
the authoradmin

Tinggalkan Balasan