Artikel

Internalisasi Habit Pesantren Salaf Bagi Para Santri Kalong

Judul: Optimalisasi Penerapan Tradisi Pesantren Salaf Bagi Santri Kalong

Jurnal: Al Wijdan

Penulis: Najib Mubarok

Akreditasi: Shinta 4

Url: https://ejournal.uniramalang.ac.id/index.php/alwijdan/article/view/355/235

DESKRIPSI

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang ramah untuk siapa saja. Pondasi keagamaan yang mumpuni untuk para santri membuat para orang tua menitipkan buah hati mereka. Mereka dididik oleh seorang kyai dan peserta didik di pesantren disebut dengan santri. Santri yang menetap disebut santri mukim sedangkan mereka yang belajar ilmu agama. 

Dalam sistem pendidikan pesantren, pendidikan yang berorientasi pada pembentukan akhlak mulia merupakan inti pendidikan. Pengkajian kitab kuning dengan ilmu tasawuf sebagai salah satu kajian utamanya merupakan kurikulum utama dalam penanaman akhlak mulia. Lebih dari itu, budaya yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di pesantren adalah budaya yang secara aplikatif melatih dan mengasah akhlak yang bersifat pribadi dan akhlak yang bersifat sosial (Yusuf, 2003).

Secara empiris pesantren telah terbukti melahirkan generasi dengan kelengkapan intelektual. Tentu, hal ini dikarenakan pendidikan pesantren sangat menitikberatkan kepribadian dan akhlak mulia dalam sistem pendidikannya (Arifin, 2014). Dengan demikian, tidak mengherankan saat in banyak sistem pendidikan lain yang mencoba mengadopsi sistem pendidikan pesantren salaf baik dengan mencontoh langsung maupun hanya mengambil nilai substantifnya saja.

Di tengah krisis moralitas dan kebingungan implementasi pendidikan karakter pada sistem pendidikan nasional, pondok pesantren salaf dengan kelengkapan tradisitradisinya dianggap mampu menjadi solusi pendidikan karakter. Pondok pesantren salaf yang menjadikan kitab kuning dengan seluruh kelengkapan kurikulum dan cara pengajarannya terbukti mampu memberi pemahaman nilainilai moral kepada santri. Melalui tradisi-tradisi sehari-hari pesantren, santri dilatih untuk menjaga dan merawat pemahaman yang telah tertanam. Melalui tradisi-tradisi pesantren salaf, santri dilatih untuk membiasakan diri berperilaku sederhana, santun, mandiri, atau bahkan bekerjasama dalam organisasi (Muhakamurrohman, 2017). 

INTERPRETASI

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengedepankan pendidikan akhlaq bagi para santrinya. Secara kultur, sistem pendidikan di pondok pesantren salaf adalah sistem pendidikan hasil warisan generasi ke generasi yang mencakup pendidikan keilmuan, akhlak kepribadian, ubudiyah (peribadatan), dan sosial kemasyarakatan. Berbeda dengan sistem pendidikan formal, pondok pesantren salaf nyaris tidak menggunakan rencana pembelajaran dalam pengajarannya. Walaupun demikian, seluruh rangkaian kegiatan di pesantren yang telah menjadi tradisi dan budaya di pesantren salaf terbukti mampu membentuk sistem pendidikan kultural unggul dalam membentuk karakter santri. Bahkan, Pesantren diakui sebagai institusi pendidikan yang dapat dijadikan model percontohan pendidikan karakter di Indonesia (Zuhriy, 2011). 

Orientasi pendidikan pesantren adalah pembentukan akhlak mulia yang merupakan intisari dari pendidikan. Kajian ilmu tasawuf juga merupakan kajian utama dalam pesantren dan menjadi kurikulum utama dalam mengaplikasikan akhlak mulia. Budaya yang diciptakan di lingkungan pesantren merupakan budaya yang diciptakan untuk membentuk karakter para santri.

Dengan kata lain, lingkungan menjadi komponen utama dalam sistem pendidikan pesantren. Berdasarkan sistem pendidikan yang digunakan, terdapat tiga jenis pesantren, yaitu: pesantren tradisional (salaf), pesantren modern (khalaf), dan pesantren komprehensif (gabungan). Adapun pembahasan akan difokuskan pada pondok pesantren salaf dan tradisi-tradisi di dalamnya dalam membentuk kepribadian dan meningkatkan keilmuan santri (Abdurrahman, 2018).

EVALUASI

Berbagai problematika dihadapi oleh pesantren salaf antara lain stigma kuno dan tidak menerima modernisasi. Beberapa penilaian negatif yang kerap muncul pada pesantren salaf adalah soal kurangnya kecakapan teknologi informasi, kurikulum pengajaran yang kurang terencana, dan gaya hidup yang kumuh. Bahkan karena sifat pesantren yang kebanyakan cenderung memisahkan diri dari keramaian masyarakat, pesantren dianggap sebagai sarang radikalisme dan terorisme(Muqoyyidin, 2014). 

Nyatanya pesantren merupakan pendidikan yang seimang yang menggabungkan berbagai elemen seperti pendidikan moral, ekonomi, sosial dan pengetahuan. Sebuah formulasi yang sangat tepat bagi lembaga pendidikan. 

REKOMENDASI

Dalam rangka pemeliharaan sistem pendidikan kultural yang berorientasi pada pembentukan akhlak mulia, munculnya tradisi tradisi di pesantren dalam melestarikan budaya pembentukan akhlak mulia menjadi keniscayaan. Beberapa budaya yang dilaksanakan pada pesantren salaf diaplikasikan pula pada pesantren kalong. Meskipun mereka tidak bermukim di wilayah pesantren ilmu dan budaya yang diajarkan sama seperti pesantren salaf.

Anisa Rachma Agustina

Tinggalkan Balasan