Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin almalikil ‘adhiimil ladzii wahkumu bilhaqqi wa yaqdhii bil’adli wayahdin-naasi ilashirathal mustaqiim
Asyhadu ala ilaaha illallah wahdahulaa syarikalah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu, allahumma shalli wa sallim wa baarik ‘ala nabiyyinaa muhammadin wa ‘ala alihi wa ashaabihi wa man tabi’ahum ila yaumiddiin
Amma ba’du fayaa’ibaadallahu uushiikum wa iyyaaya bi taqwaallahi wa thaa’atihi la’allakum tuflihuun. Qaalallahu ta’alaa filquranil kariim. A’uudzubillahi minasyaithanirrajiim: yaa ayyuhalladziina amanu-taqullaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illa wa antum muslimuun.
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini untuk mendengarkan firman-Nya. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Perkembangan teknologi informasi, khususnya media sosial, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Media sosial memudahkan kita untuk berinteraksi, berbagi informasi, serta mengekspresikan diri. Namun, di balik kemudahan tersebut, terdapat bahaya yang mengintai, salah satunya adalah riya’.
Riya’ adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk dipamerkan kepada orang lain, agar dipuji dan dikagumi. Dalam konteks media sosial, riya’ dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti memamerkan ibadah, harta benda, penampilan fisik, atau prestasi yang kita raih.
Mengapa riya’ berbahaya?
Pertama, Membatalkan ibadah: Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal dengan riya’, maka Allah akan kembalikan amal itu kepada orang tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini dengan jelas menunjukkan bahwa riya’ dapat membatalkan seluruh amal kebaikan yang kita lakukan.
Kedua, Menghancurkan keikhlasan: Riya’ membuat hati kita tidak lagi fokus kepada Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan dalam beribadah. Kita lebih tertarik pada pujian manusia daripada ridha Allah.
Ketiga, Menimbulkan sifat sombong: Orang yang sering berriya’ cenderung merasa lebih baik daripada orang lain, sehingga tumbuh sifat sombong dan angkuh dalam dirinya.
Keempat, Menjauhkan diri dari Allah: Riya’ adalah bentuk syirik kecil yang dapat menjauhkan kita dari Allah SWT.
Bahaya Pamer Ibadah di Media Sosial
Pamer ibadah di media sosial bisa menjadi bentuk riya’, yaitu melakukan amalan dengan tujuan ingin dipuji atau dilihat oleh orang lain, bukan karena ikhlas mencari ridha Allah. Ini bisa membahayakan secara spiritual karena dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala dari ibadah tersebut. Selain itu, ada beberapa bahaya lain dari pamer ibadah di media sosial:
Pertama, Menghilangkan Keikhlasan. Ibadah yang seharusnya dilakukan dengan niat tulus kepada Allah, bisa ternoda oleh keinginan untuk mendapat pengakuan dari orang lain.
Kedua, Menimbulkan Rasa Ujub (Sombong). Dengan pamer ibadah, seseorang bisa merasa lebih baik dari orang lain, yang akhirnya dapat menyebabkan kesombongan.
Ketiga, Memancing Kedengkian dan Hasad. Melihat orang lain pamer ibadah bisa menimbulkan perasaan iri atau dengki pada orang yang melihat, yang tentunya berbahaya bagi keharmonisan hubungan sosial.
Keempat, Mengurangi Keberkahan Ibadah. Ibadah yang dipamerkan dan bukan dilakukan dengan niat murni bisa kehilangan keberkahan, karena niatnya sudah tidak lagi murni karena Allah.
Kelima, Mengubah Prioritas. Ketika seseorang terlalu fokus pada bagaimana ibadahnya dilihat oleh orang lain, mereka mungkin mulai mengubah cara beribadah agar terlihat lebih baik di mata orang, bukan di mata Allah.
Untuk menjaga diri dari riya’, penting untuk memperkuat niat sebelum melakukan ibadah dan menghindari pamer ibadah di media sosial kecuali ada niat yang benar-benar ikhlas, seperti ingin menginspirasi orang lain dengan cara yang baik.
Bagaimana cara menghindari riya’ di media sosial?
Pertama, Niatkan ibadah hanya untuk Allah: Sebelum melakukan suatu amal, niatkanlah ibadah tersebut semata-mata karena Allah SWT. Jangan sampai ada sedikit pun niat untuk dipamerkan atau mencari pujian manusia.
Kedua, Batasi penggunaan media sosial: Kurangi waktu yang kita habiskan untuk bermedia sosial. Fokuslah pada hal-hal yang lebih bermanfaat, seperti membaca Al-Qur’an, beribadah, atau berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita.
Ketiga, Jangan terlalu memikirkan pandangan orang lain: Kita tidak perlu selalu berusaha untuk tampil sempurna di mata orang lain. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan Allah SWT.
Keempat, Ingatlah selalu akan hari akhir: Kita semua akan kembali kepada Allah SWT dan mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatan kita.
Jamaah yang berbahagia,
Marilah kita bersama-sama berusaha untuk menghindari riya’ dalam kehidupan kita, khususnya dalam penggunaan media sosial. Dengan begitu, kita dapat meraih ridha Allah SWT dan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.
Akhirul kalam, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.