Daerah

Kolaborasi dan Konsistensi Konten Dakwah Perlu Diperkuat Media Pesantren

Kolaborasi dan Konsistensi Konten Dakwah Perlu Diperkuat

Kendal, DISTINGSI.com – Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PWNU Jawa Tengah Jawa Tengah menggelar Nahárul Ijtima’ dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-102. Salah satu agenda utama kegiatan tersebut adalah Halaqah Media Pesantren se-Jawa Tengah, yang berlangsung di Pondok Pesantren Darul Amanah, Sukorejo, Kendal, pada Sabtu (25/1/2024).

Halaqah ini menghadirkan berbagai kegiatan, seperti sosialisasi media pondok se-Jawa Tengah, forum diskusi kelompok (FGD), dan pelatihan yang diisi oleh Manajer Media Sosial NU Online, Ustadz Ahmad Mundzir, serta Koordinator Wilayah (Korwil) Arus Informasi Santri Nusantara (Aisnu) Jawa Tengah, Diqi Alvin Hasan. Materi yang disampaikan mencakup komunitas media santri dan perkembangannya.

Koordinator Bidang Media RMI Jateng, Ahmad Fahrezi, menyampaikan harapannya agar halaqah ini dapat menjadi sarana untuk mempererat ukhuwah, meningkatkan wawasan, dan memperkuat dakwah Islam melalui media.

“Semoga Allah memudahkan langkah kita dalam menyebarkan kebaikan dan menjadikan setiap usaha ini sebagai ladang pahala serta keberkahan untuk umat,” ungkapnya.

Pada sesi pemaparan pertama, Ustadz Ahmad Mundzir mengungkapkan bahwa konten-konten pesantren masih kurang mendapat perhatian karena kurangnya semangat kolaborasi di kalangan santri.

“Mengapa konten-konten kepesantrenan minim atensi? Karena teman-teman itu masih terlalu gengsi untuk mendukung teman sendiri sesama santri,” ujarnya.

Sesi berikutnya, Diqi Alvin Hasan menekankan pentingnya konsistensi dalam membuat konten daripada sekadar mengejar jumlah pengikut.

“Al-Istiqomatu khoiru min alfi followers, istiqomah membuat konten kreatif lebih baik daripada hanya mencari followers,” jelasnya.

Acara ditutup oleh salah satu pengurus RMI Jawa Tengah, KH Dliyaul Lami’, yang menyampaikan pesan mendalam tentang keberkahan konten yang dihasilkan oleh media pesantren. Gus Lami’, sapaan akrabnya, mengutip salah satu ibarat dari kitab Ihya Ulumuddin:
“وَمَتَى كَانَ عِنْدَ المُرِيْدِ تَطَوُّعٌ إِلَى شَيْخٍ آخَرَ لَا تَصْلُحُ صُحْبَتُهُ وَلَا يَأْخُذُ القَوْلُ”

Yang berarti, “Jika seorang santri sudah terpikat dengan kiai lain, maka kesantriannya tidak murni, dan apa yang ia ucapkan tidak akan sampai kepada telinga yang mendengarkan.”

Gus Lami’ menegaskan bahwa tugas utama media pesantren adalah menjaga kemurnian dan keistiqomahan santri terhadap masyayikh masing-masing.

“Itu menjadi tugas utama panjenengan, teman-teman media. Kemurnian santri itu terjaga ketika 100% istiqamah kepada masyayikh kalian sendiri,” pungkasnya.

Dihubungi secara terpisah Gus Zulfa selaku Pengurus RMI yang membidangi Media menyatakan bahwa Halaqah Media seperti ini harus terus dilakukan, sering bersilaturahim dengan sesama media pesantren dan berbagai ilmu. Dengan bertemu secara offline akan belajar langsung dan juga bisa sharing-sharing terhadap perkembangan terkini.

“Gerakan temu sesama admin media ini secara tak langsung menggerakkan Gerakan Ayo Mondok yang memang sedang digelorakan kembali oleh RMI PWNU Jateng. Tentu Gerakan Ayo Mondok tak bisa berjalan sendiri, butuh kolaborasi, konsistensi konten dan berjalan bersama untuk mengajak masuk pondok,” terang Gus Zulfa. (*) (DST33/Mukromin)

admin
the authoradmin

Tinggalkan Balasan