Distingsi.com – Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita dihadapkan pada situasi yang membingungkan, sulit dipahami, atau bahkan mengharuskan kita untuk membuat keputusan sulit. Di tengah kebingungan dan keraguan tersebut, ada sebuah filosofi hidup dari budaya Jawa yang mungkin bisa memberikan pandangan baru: “Ngono Yang Ngono, Tapi Ojo Ngono” atau biasa ditulis “Ngono Ya Ngono, Ning Ojo Ngono”.
Filosofi ini berasal dari bahasa Jawa, dengan kata “Ngono” yang memiliki arti “begini” atau “seperti ini”. Jadi, secara harfiah, “Ngono Yang Ngono” bisa diartikan sebagai “begitulah adanya” atau “demikianlah keadaannya”. Namun, penekanan filosofi ini terletak pada kata “Ojo Ngono”, yang berarti “jangan begitu” atau “jangan seperti itu”.
Filosofi “Ngono Yang Ngono, Tapi Ojo Ngono” mengajarkan kita untuk menerima realitas apa adanya (“Ngono Yang Ngono”), namun juga mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam keadaan yang tidak diinginkan atau merugikan (“Ojo Ngono”). Dalam konteks ini, filosofi tersebut menunjukkan pentingnya menerima kenyataan dan menjalani hidup dengan bijaksana, namun juga tetap aktif dalam melakukan perubahan jika diperlukan.
Pada kurun lama, Waldjinah mempopulerkan lagu “Ngono Ning Ojo Ngono” dalam album Kini Baru Kau Rasa yang dirilis pada tahun 1995. Ngono Ning Ojo Ngono merupakan visualisasi falsafah Jawa ini ke dalam bentuk lagu.
Saking populernya pepatah Jawa ini, grup musik kondang Slank juga menjadikan lagu ini berjudul “Ngono Yo Ngono Tapi Ojo Ngono” yang dilaunching pada 2022. Launching lagu ini terlaksana pada konser di Pelataran Candi Prambanan akhir 2022 lalu, Slank merilis single baru yang berjudul ‘Ngono Yo Ngono Tapi Ojo Ngono’. Single dengan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa. Seperti kebanyakan lagu Slank lainnya, single ini juga bermula dari kegelisahan mereka.
Implikasi
Ada beberapa hal yang bisa dipetik dari makna filosofi ini. Pertama, Penerimaan terhadap Kenyataan. Kadang-kadang, kita tidak dapat mengubah situasi atau kondisi yang terjadi di sekitar kita. Filosofi “Ngono Yang Ngono” mengajarkan kita untuk menerima realitas dengan lapang dada, tanpa menyalahkan diri sendiri atau orang lain atas apa yang terjadi.
Kedua, Kebijaksanaan dalam Bertindak. Meskipun kita menerima kenyataan, hal itu bukan berarti kita harus pasif atau tidak melakukan apa-apa. “Ojo Ngono” mengingatkan kita untuk tetap waspada dan bijaksana dalam menghadapi situasi yang sulit, serta bertindak dengan bijaksana untuk mencari solusi atau melakukan perubahan yang diperlukan.
Ketiga, Keseimbangan Antara Penerimaan dan Perubahan. Filosofi ini mengajarkan pentingnya menemukan keseimbangan antara penerimaan terhadap apa yang tidak dapat diubah dan keberanian untuk melakukan perubahan terhadap hal-hal yang dapat diperbaiki.
Dalam kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian dan tantangan, filosofi “Ngono Yang Ngono, Tapi Ojo Ngono” dapat menjadi panduan yang berharga untuk menjalani hidup dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Dengan menerima realitas apa adanya namun tetap aktif dalam mencari solusi, kita dapat mengembangkan sikap mental yang kuat dan tangguh dalam menghadapi segala macam situasi.
Penerapan Filosofi Jawa “Ngono Yang Ngono, Tapi Ojo Ngono”
Menerapkan filosofi “Ngono Yang Ngono, Tapi Ojo Ngono” memerlukan kesadaran diri dan keseimbangan antara penerimaan dan tindakan. Berikut adalah beberapa cara untuk menerapkan filosofi ini dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, Menerima Realitas. Sadari bahwa ada banyak hal dalam hidup yang berada di luar kendali kita. Mulailah dengan menerima realitas apa adanya, tanpa merasa terlalu terbebani oleh hal-hal yang tidak dapat diubah.
Kedua, Bijaksana dalam Mengambil Tindakan. Meskipun menerima kenyataan, jangan terjebak dalam keadaan yang merugikan atau tidak diinginkan. Sebaliknya, bertindaklah secara bijaksana untuk mencari solusi atau melakukan perubahan yang diperlukan.
Ketiga, Mengelola Emosi. Dalam menghadapi situasi yang sulit atau tidak sesuai harapan, penting untuk mengelola emosi dengan baik. Hindari bereaksi secara impulsif atau emosional, dan cobalah untuk tetap tenang dan rasional dalam mengambil keputusan.
Kempat, Menjaga Keseimbangan. Temukan keseimbangan antara penerimaan dan perubahan. Ketika menghadapi situasi yang sulit, pertimbangkan dengan bijaksana apakah itu sesuatu yang dapat diubah atau tidak. Jika bisa diubah, bertindaklah untuk mencari solusi atau membuat perubahan yang diperlukan. Namun, jika tidak dapat diubah, belajarlah untuk menerima kenyataan dengan lapang dada.
Kelima, Belajar dari Pengalaman. Setiap situasi dalam hidup memberikan pelajaran berharga. Gunakan pengalaman tersebut untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu. Ketika menghadapi tantangan, tanyakan pada diri sendiri: “Apa yang bisa saya pelajari dari ini?” dan gunakan wawasan tersebut untuk menghadapi situasi serupa di masa depan.
Dengan menerapkan filosofi “Ngono Yang Ngono, Tapi Ojo Ngono”, kita dapat mengembangkan sikap mental yang kuat dan tangguh dalam menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan. Ini membantu kita untuk tetap tenang dan berpikir jernih, serta bertindak dengan bijaksana untuk mencapai solusi yang terbaik. (Dst22/esai).