Biodata Buku:
Judul: Peradaban Makam ; Kajian Inskripsi, Kuburan dan Makam
Penulis : Hamidulloh Ibda
Penerbit : CV.Asna Pustaka
Cetakan : Kedua, Februari 2020
Tebal : xvi + 140 halaman
ISBN : 978-623-91983-5-0
CP Penerbit: 0821-3761-3404
Dalam konteks mistisisme dan spiritualitas, istilah kuburan dan makam sering digunakan, tetapi keduanya memiliki makna yang berbeda, terutama ketika dibahas dari sudut pandang spiritual atau metafisik. Buku karya Hamidulloh Ibda ini menegaskan sesuatu yang di luar nalar biasa. Membutuhkan kejelian dan riset lanjutan. Dituliskannya, bahwa kuburan dan makam jelas sangat berbeda.
Menurut Ibda, kuburan adalah fisik, tempat mengubur jenazah. Kuburan adalah tempat di mana jenazah dikuburkan setelah seseorang meninggal dunia. Ini adalah sebuah lokasi fisik yang digunakan untuk memakamkan tubuh seseorang. Makna fisiknya, kuburan lebih terkait dengan dimensi fisik dan material. Ini adalah tempat di mana tubuh manusia yang telah meninggal dimakamkan sebagai bagian dari siklus kehidupan dan kematian. Kuburan sering kali dipandang sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi jasad manusia.
Kuburan tidak berkaitan langsung dengan derajat spiritual atau tingkat kesucian seseorang yang telah meninggal. Ini lebih pada aspek duniawi, yaitu tempat di mana tubuh kembali ke tanah. Dari sisi mistisisme, kuburan bisa dianggap sebagai tempat yang memiliki kekuatan tertentu, seperti tempat peristirahatan sementara atau tempat jiwa beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan spiritualnya. Namun, kuburan itu sendiri tidak memberikan pengaruh langsung terhadap tingkat spiritualitas seseorang.
Apa makna makam dalam buku ini? Jika dituliskan aslinya panjang. Namun, singkatnya, makam adalah kaliber, kelas, derajat spiritual tertentu. Maka di Al-Quran ada kalimat Maqamam Mahmuda disebutkan dalam surat Al-Isra ayat 79: “Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji”.
Dituliskan Ibda, makam biasanya merujuk pada tempat peristirahatan bagi seseorang yang dianggap memiliki kedudukan atau derajat spiritual yang tinggi, seperti wali, nabi, atau orang-orang yang dihormati dalam tradisi tertentu. Dalam pengertian ini, makam bukan hanya sekadar tempat fisik, melainkan juga memiliki makna spiritual yang dalam.
Dalam tradisi mistik, makam lebih dari sekadar tempat fisik. Ini adalah tempat yang dikaitkan dengan tingkat kesucian, penerangan jiwa, dan mungkin sebagai tempat di mana energi spiritual sangat kuat. Makam sering kali dianggap sebagai tempat yang penuh berkah, dan kadang-kadang diyakini dapat membawa manfaat spiritual bagi mereka yang datang berziarah. Makam sering kali terkait dengan derajat spiritual seseorang. Sebagai contoh, makam seorang wali atau guru spiritual sering dipandang sebagai tempat yang memiliki kekuatan untuk memberi berkat atau penerangan bagi para peziarah. Penghormatan terhadap makam ini menunjukkan pengakuan atas kedudukan spiritual tinggi dari orang yang dimakamkan.
Dalam konteks mistisisme, makam bisa menjadi simbol perjalanan spiritual yang lebih tinggi. Jiwa yang dimakamkan di makam tertentu mungkin dianggap telah mencapai tingkat spiritual yang tinggi, dan makam itu sendiri menjadi tempat yang dihubungkan dengan kehadiran spiritual yang lebih kuat atau bahkan bisa dianggap sebagai ‘pintu’ untuk berhubungan dengan alam ghaib.
Kuburan lebih merujuk kepada tempat fisik untuk jenazah yang tidak memiliki konotasi spiritual yang tinggi. Ini adalah tempat peristirahatan fisik bagi tubuh yang telah meninggal. Sedangkan makam di sisi lain, adalah tempat yang memiliki dimensi spiritual lebih dalam. Makam sering kali merujuk pada tempat peristirahatan bagi individu yang memiliki kedudukan spiritual yang tinggi, dan bisa menjadi pusat ziarah atau tempat yang dianggap sakral.
Kuburan bisa dianggap sebagai “waktu peristirahatan jasmani,” sementara makam adalah simbol dari “keabadian spiritual” atau pengaruh dari derajat spiritual yang lebih tinggi. Makam, bagi mereka yang mempercayai mistisisme, mungkin diyakini sebagai tempat yang memiliki energi spiritual tertentu, sementara kuburan lebih dipandang sebagai simbol dari akhir dari perjalanan fisik seseorang di dunia ini.
Fenomena Kuburan Ganda
Fenomena kuburan kembar dalam konteks mistisisme Jawa dan tradisi Islam di Indonesia, seperti yang terlihat pada kuburan Sunan Geseng, Sunan Bonang, dan beberapa tokoh agama lainnya, membawa kita pada sebuah cerita yang penuh dengan simbolisme spiritual yang dalam. Kuburan kembar ini seringkali tidak hanya menjadi tempat peristirahatan jasad, tetapi juga menggambarkan perjalanan spiritual yang lebih tinggi, bahkan bisa dianggap sebagai tanda atau manifestasi dari kekuatan gaib yang melingkupi tempat tersebut.
Kuburan kembar adalah fenomena di mana dua atau lebih jenazah dimakamkan dalam satu lokasi atau area yang sama, meskipun mungkin berasal dari latar belakang atau tokoh yang berbeda. Dalam banyak kasus, kuburan kembar ini memiliki nilai sejarah dan mistis yang mendalam, dan mereka sering dikaitkan dengan kisah hidup yang penuh dengan simbolisme, kedudukan spiritual yang tinggi, dan ajaran-ajaran agama.
Dalam konteks tokoh-tokoh seperti Sunan Bonang dan Sunan Geseng, kuburan kembar tidak sekadar tempat peristirahatan jasad, tetapi menjadi simbol dari koneksi spiritual antara para wali atau tokoh agama ini, serta hubungan mereka dengan masyarakat dan ajaran yang mereka sebarkan.
Sunan Bonang, salah satu Wali Songo yang terkenal, memiliki makam yang sering dikaitkan dengan fenomena kuburan kembar. Sunan Bonang, yang dikenal sebagai penyebar agama Islam di Jawa dan pembawa ajaran yang memadukan nilai-nilai lokal dengan ajaran Islam, dimakamkan di daerah Bonang, Kabupaten Tuban. Dalam beberapa versi cerita mistik, ada yang menyebutkan bahwa makam Sunan Bonang dikelilingi oleh makam tokoh-tokoh lain yang memiliki kedudukan spiritual tinggi, yang bahkan dianggap sebagai “kembar” dalam arti simbolis.
Fenomena kuburan kembar di sekitar makam Sunan Bonang sering dikaitkan dengan gagasan tentang kesatuan spiritual, di mana dua atau lebih tokoh besar yang sejalan dalam ajaran dan tujuan hidupnya dimakamkan berdampingan. Hal ini mengandung makna bahwa mereka berdua memiliki perjalanan spiritual yang saling mendukung dan menyatu dalam tujuan yang lebih tinggi, yaitu menyebarkan kebaikan, kedamaian, dan pengetahuan kepada umat manusia. Dalam hal ini, kuburan kembar menjadi simbol dari persaudaraan spiritual yang melampaui batas-batas fisik kehidupan.
Begitu pula dengan Sunan Geseng, yang makamnya berada di daerah Geseng, Kabupaten Tuban. Sunan Geseng dikenal sebagai seorang wali yang memiliki ajaran yang dalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan tentang pentingnya kehidupan yang penuh dengan kerendahan hati serta cinta kasih. Di sekitar makam Sunan Geseng juga ditemukan kuburan kembar yang dihubungkan dengan tokoh-tokoh lainnya yang dianggap memiliki peran penting dalam penyebaran ajaran-ajaran Islam.
Kuburan kembar di makam Sunan Geseng sering kali dijelaskan sebagai representasi dari kekompakan dalam misi spiritual. Dalam pandangan mistis, kuburan kembar ini bisa dianggap sebagai simbol dari keabadian ajaran yang diwariskan, di mana meskipun tubuh jasmani sudah tiada, semangat dan ajaran yang disampaikan oleh para wali ini tetap hidup dan berkembang dalam diri para pengikut mereka.
Fenomena kuburan kembar ini sering dipandang sebagai manifestasi spiritual yang lebih dalam. Dalam tradisi mistisisme Jawa dan Islam, banyak yang meyakini bahwa seseorang yang telah mencapai derajat spiritual tertentu memiliki kemampuan untuk meninggalkan pengaruh yang kuat, bahkan setelah wafat. Oleh karena itu, makam mereka, khususnya jika berada dalam satu lokasi bersama tokoh spiritual lainnya, menjadi tempat yang sakral dan dipercaya dapat memberi berkah serta energi spiritual bagi para peziarah yang datang dengan niat suci.
Kuburan kembar juga dapat dipandang sebagai simbol persatuan dan kolaborasi spiritual, di mana para tokoh besar yang berbeda, tetapi memiliki tujuan hidup yang sama, diwakili dalam satu tempat peristirahatan. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka mungkin memiliki jalan yang berbeda, tujuan akhir mereka adalah sama: untuk menuntun umat kepada kebaikan dan kedamaian.
Bagi sebagian masyarakat, makam-makam seperti ini tidak hanya dihormati sebagai tempat peristirahatan jasad, tetapi juga dianggap sebagai tempat keramat yang bisa memberi berkah atau pertolongan. Konon, banyak orang yang datang berziarah ke makam-makam tersebut dengan harapan mendapatkan kesembuhan atau penyelesaian masalah hidup. Dalam pandangan mistis, kuburan kembar ini dipercaya menyimpan energi spiritual yang sangat kuat, yang diwariskan oleh para wali atau tokoh besar yang dimakamkan di sana.
Fenomena kuburan kembar, seperti yang terlihat pada makam Sunan Bonang dan Sunan Geseng, adalah bagian dari tradisi spiritual yang kaya akan simbolisme dan makna mendalam. Kuburan kembar ini lebih dari sekadar tempat peristirahatan jasad; mereka adalah titik pertemuan antara dunia fisik dan dunia spiritual, tempat di mana energi para wali yang telah wafat tetap mengalir dan memberi manfaat bagi umat yang datang dengan niat baik. Dalam tradisi mistisisme, makam-makam ini adalah tanda nyata dari kehidupan setelah kematian yang melampaui batas-batas duniawi, dan mencerminkan kesatuan spiritual yang abadi.