Artikel

Mengenal Ajaran Ormas Palang Putih Nusantara dan Implementasinya Dalam Pendidikan Islam

Judul: Gagasan Pendidikan Islam dalam Ajaran Ormas Palang Putih Nusantara

Jurnal: Prosiding

Penulis: Khamim Saifuddin

Akreditasi:

Url: https://inisnu.ac.id/wp-content/uploads/2019/05/27.-STAINU-Tmg-revisi-Khamim-prosiding.pdf

DESKRIPSI

Pendidikan adalah aspek penting dalam kehidupan manusia. Posisinya bisa disejajarkan dengan sandang, pangan, papan, kesehatan, dan perumahan. Kebutuhan pokok dalam pendidikan tak akan lepas dari peran agama maupun keyakinan yang dianut manusia. Hal ini yang membentuk karakter dan tipologi masyarakat. Strategi pendidikan yang dirancang adalah sebuah upaya yang menciptakan kualitas human resources (sumber daya manusia) yang dicita-citakan antara satu keyakinan satu dengan yang lain.

Misalnya, sistem pendidikan yang ditegakkan berdasarkan ideologi sekularisme-kapitalisme atau sosialisme-komunisme dimaksudkan untuk mewujudkan struktur dan mekanisme masyarakat yang sekular-kapitalis atau sosialis-komunis. Seluruh subsistem (ekonomi, sosial, politik, pemerintahan, politik luar, dan dalam negeri, hukum pidana, dll.) yang menopang masyarakat itu ditegakkan berdasarkan asas ideologi yang sama, bukan yang lain. Demikian pula dengan Islam, akan membangun masyarakat yang sesuai dengan cita-cita ideologi besarnya. (Khamim Saifuddin, Prosiding)

Pemahaman ideologi menjadi penting untuk dapat dipahami. Ketidakpahaman ideologi menjadi penyebab bias pemahaman pada sistem yang dibangun. Dalam sebuah kegagalan seseorang manusia shalih dan mushlih ialah bukti kesalahan dari sistem pendidikan. Faktor penyebab kegagalan tersebut antara lain: Pertama, paradigma pendidikan yang didasarkan pada tujuannya sekedar membentuk manusia-manusia yang berpaham materialistik dalam pencapaian tujuan hidup, hedonistik dalam budaya masyarakatnya, individualistik dalam interaksi sosialnya, serta sinkretistik dalam agamanya. 

Kedua, kerusakan fungsional pada tiga unsur pelaksana pendidikan, yakni: lembaga pendidikan formal yang lemah; tercermin dari kacaunya kurikulum serta tidak berfungsinya guru dan lingkungan sekolah/kampus sebagai medium pendidikan sebagaimana mestinya, kehidupan keluarga yang tidak mendukung, dan keadaan masyarakat yang tidak kondusif. (Nata, Filsafat Pendidikan Islam)

Konsepsi Ajaran Palang Putih Nusantara

Dalam kehidupan kejawen falsafah yang utama adalah hanggayuh kasampurnaning hurip, berbudi bawaleksana, ngudi sejatining becik.  Yang bermakna mendapatkan kesempurnaan hidup, berbudi/bertingkah laku yang baik dan mencari kebenaran yang sejati. (Sofwan, Menguak seluk beluk aliran kebatinan) Sang hyang dumadi menciptakan manusia lengkap disertai dengan nafsu yang melekat di dalam raga. Nafsu tersebut terbagi menjadi empat yaitu :

Amarah,bila manusia hanya mengutamakan nafsu amarah saja, tentu akan selalu merasa ingin menang sendiri dan selalu ribut/ bertengkar dan akhirnya akan kehilangan kesabaran. Oleh karena itu, sabar adalah alat untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT. Supiyah / keindahan, manusia itu umumnya senang dengan hal hal yang bersifat keindahan misalnya wanita (asmara). 

Maka dari itu manusia yang terbenam dalam nafsu asmara/ berahi diibaratkan bisa membakar dunia. Aluamah / Serakah, Manusia itu pada dasarnya memiliki rasa serakah dan aluamah.Maka dari itu, apabila nafsu tersebut tidak dikendalikan manusia bisa merasa ingin hidup makmur sampai tujuh turunan.Mutmainah / keutamaan, walaupun nafsu ini merupakan keutamaan atau kebajikan, namun bila melebihi batas, tentu saja tetap tidak baik. Contohnya: memberi uang kepada orang yang kekurangan itu bagus, namun apabila memberikan semua uangnya sehingga kita sendiri menjadi kekurangan, bukanlah hal yang baik

Dalam keempat sifat tersebut saudara empat tersebut harus senantiasa diawasi dan diatur dengan ilmu supaya tidak ngelantur. Manusia yang hidup jangan sampai kalah dengan keempat saudara lainnya. Ia harus menang dan dapat mengatasinya. Ketika manusia kalah dengan keempat saudara tersebut, maka akan hancurlah dunia. Sebagai pusat, manusia harus bisa menjadi pengawas serta menjadi patokan.

Inti dari ajaran ini ialah cara manusia untuk dapat berkomunikasi dengan Tuhan secara pribadi dan dapat melaksanakan kehidupan sosial bermasyaakat dengan baik dan konsekuen dengan budaya lokal yang ada. (AD ART Keluarga Besar Pendukung Budaya Spiritual Nusantara Asli/Religi dan Adat Nusantara Asli)

Menurut konsep pendidikan kejawen, masing-masing tingkat kehidupan memiliki pendidikan yang ideal. Namun pada hakekatnya tujuan akhir dari proses pendidikan yang diidamkan orang agar menjadi manusia utama, yang berbudi bawa laksana ialah manusia yang luhur budi, lapang dada, melaksanakan secara nyata. 

Gemblengan dari orang tua atau panutan (orang yang diikuti sepenuh kepercayaan), diuji diri lewat laku pengalaman pendidikan diberikan secara lisan, kadang tersamar, sebagai sebuah laku yang harus dikerjakan. Ketajaman dan kepekaan rasa merupakan kunci dari penguasaan ajaran, dengan sikap selalu menghormati orang lain menjauhkan diri dari kesombongan dan segala bentuk kejahatan serta senantiasa mementingkan ukuran kesusilaan. (Wardana, Psikologi Pendidikan)

INTERPRETASI

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan menurut aliran ini yakni faktor internal (dalam manusia) yakni pembawaan lahir manusia dan faktor eksternal (luar manusia) yaitu lingkungan sekitarnya (pendidik, tujuan pendidikan, alat pendidikan, lingkungan pendidikan). Kedua faktor ini sangat penting untuk diketahui secara matang. 

Dalam pandangan tersebut oleh beberapa tokoh pendidikan aliran Kejawen dijabarkan secara rinci mengenai faktor perkembangan anak.

  1. Faktor Internal

dalam kitab Kejawen, seorang anak yang lahir ke dunia masih dalam kondisi bersih, bagaikan kertas putih atau bersih. Ia telah memiliki bakat tersendiri. Tugas dari orang tua dan lingkungan adalah mendidik anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Hal tersebut mengandung implikasi bahwa suci merupakan suatu pembawaan manusia sejak lahir. Penyimpangan kesucian anak merupakan akibat dari faktor lingkungan (baca: pendidikan). 

  1. Faktor Eksternal

Faktor keberhasilan seorang siswa sangat dipengaruhi oleh dunia luar sehingga terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh orang-orang untuk dapat berkecimpung dalam dunia pendidikan. Syarat tersebut antara lain: Awirya, Agama, Atapa, Sujana, Prawira, Aguna, Supunya, Susatya, 

Beberapa  metode yang dapat digunakan oleh aliran ini secara sederhana:

  1. Dengan memahami sastra karena hampir semua buku rujukan dalam aliran ini menggunakan tembang-tembang jawa dan puisi.
  2. Metode ceramah (drill) hal ini tersirat dalam paramakawi, hawicarita dan nawungkrida.
  3. Hafalan yaitu pada mandraguna, sambegana. 

Sepanjang sejarah peradaban manusia telah melakukan berbagai tradisi meditasi yang dikelola secara baik dan sitematis.Awal mula tradisi meditasi dimulai sejak masa sebelum masehi. Beranjak dari berbagai pertanyaan filosofis tentang self, atau diri pribadi yaitu siapa dan apa aku/self sesungguhnya, apa arti terdalam kehidupan dalam diri, apakah dunia yang tampak di sekitarku, dan yang kuanggap demikian nyata, adalah satu-satunya realitas ada sebagai fenomena, atau apakah ada sesuatu yang lebih besar secara tak terbatas di luar diri, sebagai noumena yang transenden

EVALUASI

Membudayakan budaya lokal adalah kewajiban, namun mengetahui peradaban bangsa lain juga mutlak diperlukan, sehingga dalam alam fikiran setiap manusia dituntut untuk mengetahui secara menyeluruh tentang kehidupan dunia fana ini. Asumsi dari pandangan ini karena peserta didik adalah salah satu generasi mendatang yang akan memimpin dan membangun roda kehidupan baik itu di sektor politik, agama ataupun sektor kemasyarakatan yang lain. Penerapan ajaran Palang Putih Nusantara menurut Islam hanya dilakukan oleh kalangan tua saja sehingga perkembangannya tidak begitu pesat.

REKOMENDASI

Melestarikan budaya adalah tugas setiap warga, ketika budaya tidak dilestarikan maka semakin hari, akan semakin punah. Palang putih nusantara menjadi salah satu budaya yang ternyata ajarannya dapat diimplementasikan dalam pendidikan. Dalam penelitian ini penulis dapat menggas pola kehidupan ketuhanan pendidikan manusia sebagai subjek dunia yang tidak akan pernah selesai.

Anisa Rachma Agustina

Tinggalkan Balasan