Artikel

Mengenal Alam Dalam Pembelajaran Yang Menyenangkan: Upaya Menumbuhkan Kreativitas AUD

Judul: Strategi Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Permainan Edukatif Berbahan Alam di RA Miftahul Falah

Jurnal: JIPSI: Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sains Islam Interdisipiner

Penulis: Lilik Rahmawati, Yenny Aulia Rachman

Akreditasi: 

Url: https://journal.amorfati.id/index.php/JIPSI/article/view/13

DESKRIPSI

Pendidikan adalah salah satu faktor terpenting dalam keberhasilan sebuah pembangunan bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan ialah usaha sadar dan terencana untuk dapat mewujudkan proses pembelajaran secara aktif, mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Supaya dapat memiliki akhlak mulia, kecerdasan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan. (Husna Nashihin, 2017)

Dengan sebuah roses yang baik seseorang dapat mengenyam pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik yang dapat dijadikan bekal untuk anak kelak. Pendidikan mulai diberikan kepada anak sejak mereka lahir bahkan sebelum lahir atau dikenal dengan masa prenatal. Hadirnya berbagai lembaga pendidikan sebagai upaya menyediakan pendidikan yang baik untuk buah hati.

Salah satu peran pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan usia dini ialah mendukung ketersediaan lembaga pendidikan berupa Taman Kanak-Kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA). Ketersediaan TK atau RA diharapkan mampu berpusat pada tujuan pendidikan untuk membantu perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, daya cipta yang diperlukan peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. (Lilik, 2022)

Menurut Husna Nashihin pendidikan TK/RA memiliki lima fungsi utama yakni: “pengembangan potensi, penanaman dasar-dasar akidah dan keimanan pembentuk perilaku yang diharapkan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan, serta pengembangan motivasi dan sikap belajar positif”. Setiap anak yang lahir selalu memilki potensi dan kreativitas masing-masing. Kreativitas ialah sebuah potensi yang harus dikembangkan sejak anak usia dini. Bakat kreatif setiap anak berbeda, maka dari itu orang tua harus mengenali bakat yang dimiliki putra-putrinya sehingga dapat dikembangkan secara maksimal.

Menurut Maleva, rendahnya kreativitas dipicu karena banyaknya peraturan-peraturan yang tidak perlu, pola kebiasaan, pola penghargaan, dan pola asuh (Wahyu, 2016). Rachmawati dan Kurniati menambahkan, dalam pelaksanaan pendidikan masih sering ditemukan kesulitan berkenaan dengan bagaimana mengembangkan kreativitas pada  anak. Kesulitan atau hambatan mungkin berasal dari program yang dikembangkan guru, karakteristik guru dalam mengembangkan kreativitas anak, serta kegiatan yang dilakukan guru dalam memfasilitasi kreativitas anak didiknya.

Maka dari itu lembaga pendidikan hadir sebagai wadah yang dapat menjadi tempat peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi, bakat serta kreativitasnya. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran mampu menciptakan kreatifitas pada peserta didik. Salah satu program pembelajaran yang dapat merangsang dan mengembangkan kreativitas anak usia dini (Nashihin & Asih, 2019) ialah kegiatan bermain menggunakan sarana, alat permainan edukatif dan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada di sekitar.

Adapun penggunaan APE dapat meningkatkan daya imajinasi, berpikir kreatif, menghasilkan sesuatu yang baru menciptakan bermacam alternatif pemecahan permasalahan serta memberi kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan yang ada di sekelilingnya.

Dari Hasil pengamatan peneliti, kreativitas anak usia dini di RA Miftahul Falah masih tergolong rendah, beberapa permasalahan kreativitas pada anak ialah tidak menunjukkan inovasinya dalam berkreasi, anak hanya membuat tugas sesuai contoh yang diberikan pendidik atau mencontoh hasil kreasi teman sebangku, anak didik tidak bersedia mencari bahan alam sendiri karena merasa kotor, tidak dapat menyelesaikan tugas jika tidak diberi contoh, tidak bisa mengerjakan tugas jika tidak dipandu oleh tenaga pendidik, dan lain sebagainya. 

Berdasarkan permasalahan tersebut, kemudian dilakukan penelitian yang bertujuan untuk: mengetahui bentuk permainan edukatif berbahan alam, mengetahui strategi untuk meningkatkan kreativitas anak usia dini (Haedari & Saha, 2004) dengan permainan edukatif berbahan alam, mengetahui kelebihan, kekurangan dan kendala yang dihadapi dalam penerapan permainan edukatif berbahan alam di RA Miftahul Falah Gondosuli Bulu Temanggung. (Lilik, 2022)

INTERPRETASI

Bentuk permainan edukatif berbahan alam di RA Miftahul Falah bukan hanya memilki manfaat dalam proses pengenanalan lingkungan kepada anak, melainkan juga dapat menumbuhkan kreativitas anak. Adapun beberapa permainan edukatif tersebut mengambil bahan dari alam. Pertama, Guru RA Miftahul Alam akan memberikan kulit buah-buahan, lalu anak akan diminta untuk mengamati. Dari sana mereka akan mengetahui dan mengamati struktur dari kulit buah tersebut. Anak juga akan diberikan waktu untuk bisa explore dan menceritakan hal yang sedang mereka pelajari mengenai tekstur kulit buah tersebut. 

Kedua, guru akan menyiapkan tisu dan pewarna makanan. Dengan bahan tersebut anak diperkenankan untuk membuat warna pelangi, kegiatan ini akan sangat disukai oleh anak. Mereka bisa berkreasi sesuai dengan imajinasinya. Guru akan memberikan kebebasan terhadap anak untuk menciptakan sebuah hasil karya yang sesuai dengan kreativitasnya.

Ketiga, guru akan menyiapkan daun kering, lem, gunting, skesa binatang atau tumbuhan. Dari bahan ini anak diperkenankan untuk membuat gambar binatang dan tumbugan dari dedaunan kering yang telah tersedia. Hal tersebut mampu mengembangkan kreativitas anak dalam memikirkan bahan-bahan dan warna yang cocok digunakan pada sketsa yang telah mereka pilih sendiri

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bentuk permainan edukatif berbahan alam yang telah diterapkan di RA Miftahul Falah ialah anak menceritakan hasil pengamatan pembelajaran, membuat warna pelangi, membuat bentuk binatang dan tumbuhan dari daun-daunan. Bentuk permainan edukatif tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih dari guru agar dapat diimplementasikan secara variatif dan berkala sesuai tema pembelajaran. Mendukung saran Jean Jacques Rousseau, bahwa pendidikan anak usia dini hendaklah “kembali ke alam” (a return to nature) dan pendekatan yang digunakan bersifat alamiah yang dikenal dengan “naturalisme”, dalam artian bahwa anak akan berkembang tanpa hambatan. Dengan pendidikan yang bersifat alamiah akan menghasilkan dan memacu berkembangnya kualitas semacam kebahagiaan, spontanitas, dan rasa ingin tahu. (Lilik, 2022)

Terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan kreativitas anak. Guru dan orang tua harus bahu membahu untuk dapat menumbuhkan kreativitas pada sang buah hati. Strategi tersebut antara lain: Menerapkan pengembangan kreativitas melalui strategi eksplorasi dengan membuat kelompok belajar, Membiasakan mengenalkan bahan alam kepada anak, Menyediakan alat dan bahan yang memadai, memotivasi anak dalam berkreasi.

EVALUASI

Kekurangan dalam penerapan permainan edukatif berbahan alam di RA Miftahul Falah Adalah minimnya pengetahuan tenaga pendidik dalam penggunaan bahan alam yang ada. Sejalan dengan penelitian Oktari yang menemukan bahwa dewasa ini, pengetahuan tenaga pendidikan dalam menggunakan bahan alam sangat minim karena penggunaan bahan alam yang jarang digunakan dalam proses pembelajaran. Hal itu disebabkan karena guru lebih memilih menggunakan media yang instan seperti majalah, gambar, kertas, dan media yang dapat dibeli di pasaran, padahal banyak media bahan alam yang mudah didapat dilingkungan sekitar. Kurangnya ide kreatif guru dalam menciptakan suatu kegiatan dengan menggunakan media bahan alam, hal itu disebabkan karena guru beranggapan bahwa menggunakan media alam tidak praktis dan banyak kendala yang harus dipertimbangkan.

REKOMENDASI

Untuk menghadapi kendala berupa kondisi lingkungan yang berubah-ubah, pendidik harus membuat jadwal pembelajaran sesuai kondisi lingkungan untuk sementara. Dipagi hari, pada saat kondisi lingkungan cerah dan bagus untuk kesehatan anak, guru dapat mengajak anak untuk melakukan pembelajaran diluar kelas sambil mencari bahan-bahan alam yang dapat digunakan untuk pembelajaran. Ketika hari mulai panas, guru harus mengajak anak kembali ke sekolah untuk beristirahat dan kembali melakukan pembelajaran dengan bahan-bahan yang telah diperoleh masing-masing anak. Sementara itu, pada saat musim hujan, apabila pendidik tidak memiliki kesempatan untuk membawa anak keluar lingkungan untuk mencari bahan alam, pendidik dapat bekerjasama dengan orangtua siswa agar membawa bahan alam seperti biji-bijian atau daun kering yang dimiliki orangtua dilingkungan dirumah, sehingga pendidik tidak perlu melakukan pembelajaran diluar kelas namun tetap bisa meningkatkan kreativitas anak dengan bahan yang sudah dibawakan orangtua siswa.

Anisa Rachma Agustina

Tinggalkan Balasan