Artikel

Menjadi Wanita Karir atau Ibu Rumah Tangga?

Ilustrasi Pexels

Judul: Peran Work-Life  Balance Terhadap Keterikatan Kerja Wanita Karier

Jurnal: Citra Ilmu

Penulis: Asih Puji Hastuti

Akreditasi: 

Url: http://ejournal.inisnu.ac.id/index.php/JICI/article/view/47/26

DESKRIPSI

Sejak adanya emansipasi wanita yang disongsong oleh RA Kartini perempuan Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan. Sejak saat itu perempuan dapat menggapai cita-citanya. Ia tak hanya berkutat di dapur dan mengurus rumah. Aktualisasi diri wanita meningkat pesat seiring diberlakukannya kebijakan pemerintah mengenai pendidikan dasar sembilan tahun. Kebijakan tersebut memunculkan kesadaran mengenai pentingnya individu mengenyam pendidikan. (Fransisca: 2016) 

 Seiring meningkatnya taraf pendidikan wanita maka timbullah kesadaran bahwa dalam diri seorang wanita juga memiliki potensi untuk berkembang dan sukses. Keberadaan dukungan dari keluarga, rekan maupun pimpinan akan berdampak pada kepercayaan diri wanita dalam bekerja tanpa mengesampingkan kodrat dan tugasnya dalam lingkup keluarga.

Seiring adanya pergeseran budaya wanita bekerja, pada tugas ranah domestik rumah tangga tidak hanya dikerjakan oleh istri saja. Apalagi ketika keduanya bekerja tugas mengurus rumah dan anak bukan hanya tugas istri namun juga suami. Hal inilah yang kemudian menimbulkan prinsip pembagian tugas. Keberhasilan istri dalam menjalankan perannya sebagai ibu sekaligus pekerja akan terjadi jika suami memberikan dukungan. Guna menyeimbangkan antara pekerjaan dan tugas rumah tangga, suami dan istri perlu membuat perencanaan matang mengenai prinsip pembagian tugas di rumah. Hal tersebut akan berdampak kesejahteraan dalam kehidupan bekerja begitu pula kehidupan rumah tangga. (Fransisca:2016)

Wanita yang memiliki pendidikan tinggi biasanya memiliki keinginan untuk dapat meniti karir. Seorang wanita karir selalu memiliki visi dan misi ke depan yang bermanfaat untuk mensejahterakan diri beserta keluarga sebagai wujud aktualisasi diri. 

Motivasi wanita berkarir tidak hanya latar belakang ekonomi saja, namun lebih pada faktor individu aktualisasi diri. Aktualisasi diri ini disebabkan wanita seringkali tidak merasa puas hanya dengan menjadi ibu rumah tangga namun juga memiliki keinginan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sebagai wanita karir.15 Pendidikan yang tinggi yang dimiliki wanita di era sekarang berdampak semakin tingginya keinginan aktualisasi diri melalui berkarir. Wanita bahkan saat ini banyak yang menjadi pejabat atau bahkan manajer lini. Keberhasilan tersebut telah memberikan wujud nyata upaya partisipasi wanita di luar ranah domestik. (Asih:2018)

Keberadaan wanita karir di sektor publik turut meningkatkan taraf hidup keluarga. Selain ikut membantu perekonomian keluarga, wanita karir akan menjadi pribadi yang mandiri secara ekonomi. Menjadi wanita karir adalah pilihan, namun pilihan tersebut hendaknya tidak mengesampingkan dan mengorbankan kepentingan keluarga. Wanita karir akan tetap dapat bekerja dan memiliki kehidupan keluarga yang bahagia ketika ia mampu mengaturnya dengan baik, sehingga tidak terjadi konflik yang bertentangan antara pekerjaan dan kehidupan keluarganya.

INTERPRETASI

 Dalam mewujudkan sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah. Setiap pasangan harus bisa menjadi sesuatu sesuai porsinya masing-masing. Menjadi ibu rumah tangga maupun wanita pekerja sama-sama memiliki peran yang luar biasa. Ketika ibu rumah tangga bisa memberikan 24 jam waktunya untuk keluarga, wanita karir harus pandai membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan.

Work life balance menjadi hal yang sangat penting diterapkan dalam kehidupan kerja dalam rangka kesejahteraan karyawan yang outputnya juga akan bermanfaat bagi organisasi. Work life balance sangat diperlukan khususnya bagi wanita karir, hal tersebut disebabkan pada wanita karir memiliki peran ganda dalam keluarga dibandingkan laki-laki. Meski sudah pulang ke rumah, namun tugas wanita tidak lantas selesai begitu saja. Tugas-tugas domestik masih harus dikerjakannya. 

Oleh sebab itulah, penerapan prinsip prinsip work life balance khususnya bagi wanita karir akan sangat membantu dalam upaya penyelesaian tugas kerja maupun tugas-tugas dalam lingkup rumah tangga.

Studi penelitian Mayangsari dan Amalia menyatakan bahwa keseimbangan kehidupan kerja pada wanita karir yang memiliki peran ganda menemukan bahwa ketidakseimbangan kerja dengan kehidupan keluarga disebabkan faktor kepribadian dengan ditemukannya profesionalitas, tanggung jawab, dan perasaan mudah berubah yang membuat subyek mengutamakan pekerjaan. 

Sikap yang mengutamakan pekerjaan akan dapat menimbulkan stres dan konflik dalam rumah tangga. Faktor kesulitan membagi peran ganda juga mengakibatkan masalah.17 Berdasarkan hal tersebut bahwasannya work life balance sebenarnya bisa tetap didapat jika wanita karir mampu membagi waktu dan perannya.

Lazard, Osoian, dan Ratiu memberikan cara mengimplementasikan work life balance dalam sebuah organisasi yang memungkinkan karyawan lebih dapat menyeimbangkan tanggung jawab antara pekerjaan dan keluarga, sehingga diperoleh well being dan memberikan keuntungan bagi organisasi. Diantaranya dengan memberikan waktu kerja yang fleksibel, bekerja dapat menggunakan alat teknologi komunikasi, menyingkat waktu kerja dalam jangka waktu tertentu, bekerja paruh waktu, dan pembagian kerja dengan rekan kerjanya. (Lazard: 2010)

EVALUASI

Menjadi wanita karir maupun ibu rumah tangga adalh sebuh pilihan yang harus di pilih seorang wanita ketika telah menikah. Ketika telah memilih salah satu pilihan tersebut, wanita tersebut harus bisa konsekuen dengan pilihannya. Adakalanya mengeluh namun harus tetap mengkondisikan beberapa hal urgent. Seorang wanita karir harus memiliki partner atau suami yang mau dan dapat mengerti kondisinya. 

REKOMENDASI

Beberapa kebijakan yang dapat dapat diambil guna menunjang work-life balance wanita karir, diantaranya organisasi dapat memberikan fasilitas child care atau fasilitas sekolah di lingkungan kerja. Dengan adanya fasilitas yang disediakan organisasi atau perusahaan, maka ibu yang bekerja akan merasa tenang jika anaknya berada dekat dalam lingkungan kerjanya maka ibu akan dengan mudah untuk mengunjungi sang anak. 

Selain itu, work-life balance pada wanita karir dalam organisasi dapat ditingkatkan dengan menetapkan berbagai kebijakan kerja, diantaranya dalam hal fleksibilitas memilih waktu bekerja, kerja yang dapat dilakukan dari rumah via telecommuting, kebijakan 4 atau 5 hari masuk kerja namun ada penambahan alokasi waktu kerja, sistem kerja paruh waktu (shift), ada pembagian kerja bersama rekannya. 

Tingginya tingkat work-life balance secara otomatis juga akan memperkuat keterikatan kerja pada wanita karir. Sehingga menjadi hal yang sangat urgen sekali suatu organisasi atau perusahaan menetapkan kebijakan work-life balance kaitannya dengan keterikatan kerja yang pada akhirnya manfaatnya akan kembali pada organisasi dengan diperolehnya efektivitas kerja yang memaksimalkan kinerja maupun produktivitas.

Anisa Rachma Agustina

Tinggalkan Balasan