Bandung, DISTINGSI.com – Masyarakat lokal Jawa Barat menggandeng Monash University dan mitra-mitra internasional lainnya untuk merancang dan menguji pendekatan baru dalam upaya mengurangi limbah yang mencemari Sungai Citarum.
Kolaborasi bertajuk Citarum Action Research Program (CARP) ini merupakan inisiatif lingkungan berskala global bersama yang telah membantu masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Citarum. Program ini menangkap potensi serta menciptakan nilai guna dari sampah, yang biasanya dibuang sembarangan ke lahan kosong atau sungai.
Sungai Citarum merupakan salah satu sungai paling tercemar di dunia, disebabkan lebih dari 70% desa di daerah aliran sungainya minim fasilitas pembuangan limbah dan sanitasi terpusat. Ironisnya, jutaan orang menggantungkan hidupnya pada sungai ini, mulai dari mengakses air bersih dan sumber energi, hingga mendukung mata pencaharian seperti pertanian, peternakan, perikanan, dan ekowisata.
Kolaborasi internasional untuk revitalisasi Sungai Citarum melibatkan Monash University, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat, Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, organisasi non-profit Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB), Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), serta Swiss Federal Institute of Aquatic Science and Technology (Eawag).
Pekan ini, tepatnya di pertengahan November 2024, seluruh mitra proyek bertemu selama dua hari di Kota Bandung, Jawa Barat, untuk merayakan sejumlah tonggak penting CARP, termasuk pengembangan fasilitas sampah TPS-3R (Reduce, Reuse, Recycle) di Desa Padamukti, serta program percontohan satu tahun yang berhasil meningkatkan tata kelola sampah di masyarakat.
Penyelesaian proyek-proyek ini menandai tahap pertama pelaksanaan Rencana Induk Lanskap Ekologis CARP yang berjangka waktu 20 tahun untuk Sungai Citarik, yang mengalir ke aliran utama Sungai Citarum.
Fasilitas pengelolaan sampah di Desa Padamukti dirancang oleh tim CARP dan Informal Cities Lab di Fakultas Seni, Desain, dan Arsitektur (MADA) Monash. Fasilitas ini dibangun menanggapi sulitnya pengelolaan sampah TPS-3R lainnya, dipicu oleh tata kelola buruk dan model ekonomi yang tidak berkelanjutan.
Dipimpin oleh Profesor Diego Ramírez-Lovering, tim CARP menguji coba peningkatan fasilitas untuk lebih memahami tantangan dan peluang pengelolaan sampah di tingkat desa, seraya mendorong transisi masyarakat dari kebiasaan membuang dan membakar sampah di ruang terbuka menuju sistem pengumpulan, pemilahan, dan pengolahan limbah yang lebih berkelanjutan.
“Membersihkan sungai merupakan tantangan lintas generasi, sehingga kami berharap hasil uji coba selama satu tahun terakhir dapat diterapkan juga di TPS 3R lainnya dan desa sekitar, yang pada akhirnya akan mewujudkan Sungai Citarum yang lebih bersih,” ungkap Profesor Ramírez-Lovering.
“CARP mengambil langkah nyata dalam mengatasi tantangan lingkungan dan iklim yang paling mendesak di dunia, yakni meningkatkan kondisi ekosistem sungai dan aspek sosial ekonomi masyarakat rentan yang bergantung pada sungai tersebut,” lanjutnya.
Sementara itu, Dr. Melissa Skidmore dari CSIRO Manufacturing, menyebut hasil audit kebocoran limbah CSIRO menemukan bahwa sampah plastik menjadi salah satu kontributor utama pencemaran sungai dan ruang terbuka di wilayah DAS Citarum. Oleh karenanya, riset berfokus pada cara agar TPS-3R dapat mengolah sampah plastik secara efektif. “Termasuk meningkatkan kemampuan pencacahan, serta evaluasi pengolahan sampah plastik dengan cara ditekan menjadi lembaran dan dicetak menjadi balok,” jelas Dr. Skidmore.
Kampanye bertajuk Behaviour Change Awarenes yang digagas oleh Eawag, bersama dengan YPBB dan Monash Sustainable Development Institute, telah berhasil membantu masyarakat Desa Padamukti memahami cara memilah dan membuang sampah. Kampanye ini mendorong daur ulang limbah yang lebih baik dengan membantu penduduk setempat memilah sampah di sumbernya sebelum diangkut ke TPS-3R.
Laura Velásquez, Project Officer di Eawag, menyebut timnya menggunakan survei Risiko, Sikap, Norma, Kemampuan, dan Pengaturan Diri (RANAS) untuk memahami persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah. “Hasil survei menunjukkan bahwa persepsi masyarakat dipengaruhi oleh sikap positif dan norma sosial, seperti misalnya praktik-praktik serupa yang dilakukan oleh kerabat dan tetangga. Kami merancang kampanye perubahan perilaku untuk memengaruhi persepsi dan kepercayaan masyarakat ini.”
Dr Dwinanti Marthanty, Kepala Tim Teknis di Universitas Indonesia, menambahkan, “Tahun ini, kami telah berhasil membangun TPS-3R baru yang didanai oleh Pemprov Jawa Barat, berkolaborasi dengan masyarakat setempat dalam pemilahan sampah dan uji coba pendekatan pengolahan yang baru. Kami akan terus mengevaluasi sistem baru tersebut demi membantu pemerintah dan masyarakat mendapatkan data-data pendukung pengambilan keputusan dan investasi masa depan terkait rencana pembangunan TPS-3R.”
CARP juga membuka peluang pendidikan dan pelatihan. Di awal tahun ini, mahasiswa S1 dan S2 Desain Arsitektur dari Monash University berpartisipasi dalam tugas lapangan selama dua pekan di DAS Sungai Citarum. Mereka terlibat dalam pemetaan data untuk lebih memahami tantangan lingkungan di wilayah tersebut.
CARP telah menerima pendanaan di tahun 2024 dari Australia-Indonesia Knowledge Partnership Platform (KONEKSI) dan Indo-Pacific Plastics Innovation Network (IPPIN) untuk mengatasi tantangan multi-dimensi kebocoran limbah ke Sungai Citarum..
Adapun tim CARP saat ini sedang mencari pendanaan lebih lanjut dan peluang kolaborasi untuk terus memantau dan mengevaluasi program percontohan pengelolaan limbah di Desa Padamukti, bertujuan mengimplementasikan strategi revitalisasi Sungai Citarum selama 20 tahun ke depan.
Klik di sini untuk informasi lebih lanjut tentang CARP.