Artikel

Nahdlatul Ulama dan Strategi Kontra Radikalisme Di Desa Jambon

Biodata Artikel

Judul: Strategi Kontra Radikalisme Keagamaan  Nahdlatul Ulama Di Desa Jambon, Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung 

Jurnal: Jurnal SMaRT 

Penulis:Khamim Saifuddin

Akreditasi:

Url: https://journal.blasemarang.id/index.php/smart/article/view/819

DESKRIPSI

Desa Jambon merupakan satu wilayah di Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung yang memiliki banyak keunikan sosio-kultural masyarakatnya. Hal yang menjadi sorotan dari Desa Jambon adalah beberapa waktu lalu terdapat gadis 18 tahun yang ditangkap karena percobaan terorisme di Mako Brimob Kelapa Gading Jakarta. Yang menggemparkan dari berita tersebut adalah asal muasal gadis tersebut dari Desa Jambon, Gemawang Temanggung (Suwarjono, 2018).

Peristiwa tersebut yang menggiring asumsi masyarakat bahwa desa Jambon telah terkontaminasi Islam Radikal.  Asumsi ini tidak berlebihan jika dikomparasikan dengan maraknya ormas yang masuk di desa ini. Ragam penyebaran paham radikal melalui beberapa cara, namun yang terbesar adalah dari proses pendidikan. Ketika ditelusuri, masyarakat yang terindikasi dengan gerakan-gerakan Islam radikal berlatar belakang lulusan sekolah/ pesantren berpaham Islam puritan-konservatif. Faktor pergaulan dan doktrin politik juga menjadi pintu gerbang perubahan faham keislaman (Ikhwan, wawancara 8 Juni 2019) 

Jumlah ormas keIslaman yang masuk ke Desa Jambon cukup banyak. Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Majlis Tafsir Alquran (MTA), Jamaah Ansoru Syariah (JAS), Jamaah Ansoru Daulah (JAD), Jamaah Ansoru Tauhid (JAT), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) dan lain-lain ada di desa ini. Ormas-ormas tersebut bukanlah ormas sembarangan dan sudah terbukti memberikan banyak warna dalam kancah kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Terlepas dari stigma terhadap ormas radikal dari daftar diatas, masyarakat sudah dapat memilih mana saja ormas yang bertentangan dengan prinsip Pancasila sebagai landasan bernegara. (Khamim, 2019)

Desa Jambon dikuasai oleh dua ormas besar yakni Nahdlatul ulama dan Muhammadiyah. Toleransi yang ada antara keduanya sangat baik. Gesekan kecil, hal itu hanya berkaitan dengan masalah furu’iyah fiqh. Namun dengan banyaknya ormas keagamaan yang masuk, kondisi sosial masyarakat mulai mengalami perubahan. Kedua ormas tersebut ikut andil dalam mewujudkan kedamaian dan menyebarkan Islam yang ramah di desa Jambon.

Akhir-akhir ini fenomena radikalisme Islam telah menarik perhatian peneliti di dunia. Di wilayah Asia Tenggara, media memberikan liputan luas tentang radikalisme Islam. Al Qaeda, yang dianggap sebagai organisasi teroris Islam nomor satu di dunia, memiliki hubungan dengan kelompok lain di Asia Tenggara. Jamaah Islamiyah dianggap sebagai organ taktis Al Qaeda di Asia Tenggara. Hal ini dibuktikan   dengan dua orang Indonesia terkemuka tokoh, Abu Bakar Ba’asyir dan Abdullah Sungkar, dinyatakan sebagai pemimpin spiritual ormas tersebut (Muzakki, 2004: 62–63). 

Kelompok teroris menyebarkan ketakutan dengan menggunakan bom di berbagai tempat untuk memecah belah NKRI. Lahirnya radikalisme di Indonesia tidak bisa dilepaskan dengan gerakan radikal Islam di Timur Tengah. Banyak argumentasi bahwa asal mula gerakan radikal dari Timur Tengah. Tokoh utama gerakan radikal Islam di Indonesia rata-rata merupakan keturunan Timur Tengah (Arab Yaman), seperti Abu Bakar Ba’asyir (Amir Majelis Mujahidin Indonesia), Habib Rizieq Shihab (FPI), Ja‘far Umar Thalib (Panglima Laskar Jihad). Secara geneologis, tokoh-tokoh ini memiliki karakter Arab Yaman yang terkenal dengan sikap keras dan tegas (Suito, 2005: 164). 

Setiap warga Indonesia memiliki peran yang strategis untuk ikut menangkal gerakan radikalisme. Menjaga keutuhan NKRI bukan hanya tugas aparat yang berwenang melainkan tugas setiap warga yang menetap di bumi Nusantara. Tak terkecuali para warga Nahdliyin melalui penguatan pendidikan berbasis aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah ke masyarakat umum.

Paham ahlussunnah Wal Jama’ah An Nahdliyah ini menyebarkan islam secara ramah sekaligus menjaga Pancasila dan NKRI. Nahdlatul Ulama hadir dan ikut andil membendung proses radikalisme khususnya bagi para generasi muda yang sedang dalam proses pencarian jati diri.  Kandungan nilai nilai keIslaman seperti tawassuth, tawazun, tasamuh dan i’tidal sangat diperlukan dalam kerangka. Realitas kebhinekaan masyarakat Indonesia nyatanya potensial tersulut konflik horizontal atas nama agama. Dalam konteks lokal menangkal penyebaran paham radikal menemukan urgensi dalam upaya membangun pemahaman Islam yang toleran, inklusif, dan moderat secara terstruktur. (Khamim, 2019)

INTERPRETASI

Penentuan kurikulum dakwah di Desa Jambon, Gemawang, Temanggung memiliki kontribusi yang cukup besar dalam upaya menangkal paham Islam radikal secara masif dan berkesinambungan. Dari upaya penanaman nilai nilai luhur Aswaja kepada masyarakat, ternyata masyarakat setempat mampu membentengi diri dari pengaruh kelompok radikal Islam yang intensif terus melakukan propaganda di tengah masyarakat. (Khamim, 2019) Warga Nahdliyin di desa Jambon senantiasa bersama-sama menangkal radikalisme dengan cara: pertama, memperbaiki strategi dakwah. Kedua, untuk menunjang keberhasilan, usaha membendung gerakan radikal Islam perlu ada sebuah mekanisme kampanye yang masif di tengah masyarakat. Salah satunya adalah dengan kampanye “Ayo Ngaji, Madrasahku Keren” atau “Islamku, Islam Nusantara” sebagai banguan branding image madrasah di tengah masyarakat. Kampanye ini perlu dilakukan secara masif agar masyarakat menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan dibawah NU. 

Dalam penelitiannya (Khamim: 2019) juga menyajikan data santri yang mondok atau mengenyam pendidikan di lembaga pendidikan yang memiliki afiliasi Nahdlatul Ulama. Ketiga, menentukan strategi dakwah dengan merujuk pada objek dakwah. Keempat, pendekatan budaya. Berbagai hal yang dilakukan oleh para kelompok radikal seperti menguasai masjid dan menyebarkan paham dan ideologi mereka melalui internet, televisi dan media massa.

Membuat pengurus ranting dan lembaga otonom dalam PCNU setempat bersama-sama mencari formulasi dalam menangkal radikalisme. Hal yang mereka lakukan adalah mempertahankan tempat Ibadah serta membuat acara atau kegiatan bernuansa Aswaja. Lembaga otonom di bawah NU ini tidak akan membiarkan bumi pertiwi dikuasai oleh kaum-kaum radikal.

Realitas potensi radikalisme yang kuat di Jambon menjadi perhatian serius H. Isnadi. Ia memaparkan bahwa pelatihan bagi imam, khatib, dan dai perlu dilakukan sebagai bagian dari upaya menyegarkan keilmuan yang dimiliki. Paparan peta Islam terkini yang berkaitan dengan radikalisme keagamaan juga perlu diupdate. Hal ini seperti yang dilakukan oleh PBNU melalui Lembaga Ta’mir Masjid (LTM) dan Lembaga Dakwah (LD) yang kini sedang aktif melakukan pelatihan para imam dan khatib masjid di seluruh Indonesia. Para peserta pelatihan diajarkan, bukan saja keilmuan dasar Islam, tetapi juga amalan keseharian umat Islam Indonesia yang telah menjadi bagian budaya Indonesia, seperti Tahlilan, Barzanzi, Maulidan, Selamatan pernikahan, sunatan, dan kematian, serta lainnya” (Isnadi: wawancara 7 Juni 2019). 

Kelima, menyusun materi dakwah menggunakan pendekatan ilmiah. Di desa Jambon budaya tahlilan dilaksanakan secara rutin pada malam Jumat/malam-malam tertentu. Keenam, konsepsi mujahadah merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan arti dari mujahadah menurut bahasa adalah perang, menurut aturan syara’ adalah perang melawan musuh-musuh Allah. Ketujuh, mendampingi aktivitas pemuda secara intensif. Kerentanan psikologis anak muda yang cenderung belum stabil membuka peluang terhadap radikal-terorisme. Masa transisi identitas yang dialami kalangan pemuda disebut Quintan Wiktorowicz (dalam  Fuad, 2013: 14) 

Ini adalah salah satu poin penting dari keberlangsungan dan masuknya paham radilak. Mereka menyerang dan mengkoordinir generasi muda yang haus ilmu agama. NU hadir sebagai wadah bagi para remaja untuk senantiasa membersamai setiap langkahnya untuk belajar mengenal Islam secara utuh. Apabila remaja tidak diberi ruang, mereka akan mencari tahu dan akan terjebak pada doktrin radikalisme.

Di lain pihak, kelompok radikal akan terus memanfaatkan masalah psikologis remaja menjadi target propagandanya. Bagi kelompok radikal, narasi yang dibumbui rasa tidak puas, mudah marah, dan frustasi (baik terhadap kondisi sosial maupun pemerintahan) menjadi ladang indoktrinasi. Uniknya, mereka telah menyediakan berbagai macam alternatif solusi dari kebutuhan terkait remaja. (Khamim, 2019)

EVALUASI

Usaha menangkal radikalisme keagamaan yang dilakukan masyarakat Jambon selaras dengan konsep dan teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons. Alasannya, teori ini diawali dengan empat skema penting mengenai fungsi untuk semua sistem tindakan. Skema tersebut dikenal dengan sebutan skema AGIL (Adaptation, Goal attainment, Integration, Latent-pattern-maintenance) yang dapat dilakukan untuk melestarikan sebuah kebudayaan (Ritzer, 1992: 102–105).

Setiap elemen masyarakat memiliki porsinya masing-masing dalam menangkal radikalisme. Misalnya dalam lingkup keluarga, orang tua memiliki kendali penuh terhadap anaknya untuk mengarahkan dan mengenal Islam ramah dan membatasi anak untuk tergabung dalam gerakan-gerakan yang mengacu dan berbau radikal. 

Keberhasilan penerapan strategi menangkal radikalisme keagamaan di Jambon tidak membatasi inovasi ke depan. Ada beberapa temuan persoalan yang kemudian masuk ke dalam kategori tantangan dan peluang organisasi. (Khamim, 2019) Adanya konsolidasi antara berbagai elemen di masyarakat juga dapat memutus mata rantai penyebaran paham radikal khususnya di desa Jambon.

REKOMENDASI

Penelitian ini membuat kita sadar bahwa radikalisme dapat mengancam keutuhan NKRI. Kita sebagai warga negara Indonesia memiliki tugas dan kewajiban yang sama untuk membela tumpah darah Indonesia. Mempertahankan NKRI dari berbagai kecaman dan kaum yang ingin menenggelamkan ideologi Pancasila dan memiliki keinginan untuk mengganti ideologi.

Anisa Rachma Agustina

Tinggalkan Balasan