Artikel

Organizational Learning : Dalam Meningkatkan Mutu Perguruan Tinggi

Judul: Pengembangan pendidikan tinggi melalui budaya learning organization era society 5.0 

Jurnal: At Turots: Jurnal Pendidikan Islam 

Penulis: Asih Puji Hastuti

Akreditasi: 

Url: http://journal.stitmadani.ac.id/index.php/JPI/article/view/72/55

DESKRIPSI

Perkembangan sebuah pendidikan tinggi tak lepas dari campur tangan sebuah lembaga. Sebuah pendidikan tinggi harus melakukan berbagai cara untuk mempertahankan akreditasi, jumlah mahasiswa dan kompetensi lulusan. Untuk beberapa perguruan tinggi yang sepi peminat hendaknya melakukan pembenahan dalam segala hal. Untuk dapat memajukan perguruan tingginya.

Pendidikan tinggi harus memiliki semangat dan jiwa sebagai organisasi pembelajar dengan mengadopsi analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat). Organisasi pembelajar memiliki kapasitas dalam mengukur potensi misalnya sumber daya yang dimiliki terkait dana, SDM, dan sumber daya lainnya sebagai daya dukung yang telah dimiliki organisasi. Selain itu organisasi pembelajar mengenali kelemahan internal organisasinya sehingga dengan segera dapat mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi. Organisasi mampu mengidentifikasi peluang  sebagai sumber ide lahirnya inovasi. Kepekaan organisasi pada hal-hal yang mengancam keberlangsungannya di masa mendatang. 

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristekdikti) menyatakan bahwa Perguruan Tinggi (PT) yang mahasiswanya tidak sampai 1.000 maka akan di merger. Berdasarkan data dari 3.021 Perguruan Tinggi Swasta (PTS)  ada 1.600 PTS yang memiliki jumlah mahasiswa 500 ke bawah. Secara lebih rinci ada 476 PTS yang jumlah mahasiswanya kurang dari 100. Sedangkan 912 PTS memiliki jumlah mahasiswa antara 100 sampai dengan 500. Mirisnya ada 336 kampus yang berjumlah nol mahasiswa (Caesaria, 2021). Permasalahan terkait menurunnya jumlah mahasiswa di perguruan tinggi sangat kompleks, terkait akreditasi prodi yang mengakibatkan sepi peminat,  kompetitor perguruan tinggi lain yang lebih mengedepankan kualitas dan masih banyak lagi faktor penyebab lainnya. Oleh sebab itulah fenomena menurunnya jumlah mahasiswa bisa dipahami sebagai ancaman bagi keberlangsungan perguruan tinggi. Dengan adanya hal tersebut maka perguruan tinggi harus menjadi organisasi pembelajar sehingga secara terus-menerus melakukan pengembangan organisasi melalui inovasi teknologi, sistem, dan layanan berkualitas. 

Hasil studi (Meher & Mishra, 2021) menunjukkan bahwa pembelajaran organisasi berpengaruh pada kinerja karyawan. Berbagi pengetahuan dan budaya organisasi merupakan faktor utama yang menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi organisasi. Institusi pendidikan juga akan terkena imbas perubahan era society 5.0. Dalam dunia karir banyak pekerjaan yang dimiliki menghilang karena tidak lagi dibutuhkan sebagai akibat penerapan Artificial Intelegence. Pendidikan dikemas secara kreatif dan inovatif  menggunakan media dan multi metode. Pendidikan juga harus diintegrasikan dengan teknologi (Oktradiksa et al., 2021). 

INTERPRETASI

Hal yang harus dilakukan sebuah lembaga untuk dapat memajukan perguruan tinggi adalah dengan: pertama, mengembangkan organisasi. pengembangan ini adalah prespektif menuju perubahan yang direncanakan. Dapat dalam bentuk aturan, perilaku, dalam interaksi antara individu dan kelompok dalam masa depan. Adapun organisasi dapat dikembangkan dengan cara:

  1. merubah nilai-nilai, teknologi maupun sistem sosial yang sebelumnya sudah ada.
  2. mengaplikasikan pola-pola perilaku yang baru.
  3. keberadaan kebijakan serta lingkungan yang mendukung sistem baru tersebut. Pengembangan organisasi mencakup struktur organisasi dan beberapa faktor yang mempengaruhi tugas dan fungsi seluruh organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan organisasi adalah faktor lingkungan eskternal dan internal organisasi.

Kesiapan terhadap perubahan pada penggunaan teknologi tinggi perlu disikapi kritis oleh pendidikan tinggi dengan mempersiapkan SDM yang handal dalam literasi digital masa depan karena penggunaan AI dalam bentuk robot juga akan memudahkan kegiatan pembelajaran. (Asih, 2021)

Kedua, pengembangan pendidikan tinggi. Perguruan tinggi adalah sebuah organisasi yang memiliki kontribusi dalam dunia pendidikan serta harus mampu untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang notabennya berbasis teknologi digital. Perguruan Tinggi dalam society 5.0 menggunakan strategi dalam rangka meningkatkan produktivitas riset dan pengabdian masyarakat berbasis inovasi agar terbentuk Smart City atau Smart Campus yang terkoneksi dengan teknologi digital (Setiawan & Lenawati, 2020). Konsep smart campus akan memudahkan layanan bagi internal kampus terkait penyelenggaraan pendidikan, begitupula akan memberikan akses kemudahan bagi pihak eksternal yakni stakeholder maupun mitra kampus sehingga dapat saling terkoneksi. Melalui smart campus kegiatan Tri dharma Perguruan Tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat berbasis digital sehingga akan memudahkan bagi semua pihak. 

Ketiga, Budaya Learning Organization, Hasil studi (Lau et al., 2019) mengemukakan ada 3 model pendekatan fundamental dalam rangka organizational learning yaitu prinsip, tujuan dan proses. Konsep tersebut hasil penggabungan perspektif pengembangan organisasi dan inovasi teknologi. Ketiga model tersebut dapat memfasilitasi organisasi untuk mengukur dan beradaptasi pada kebutuhan serta orientasi belajar organisasi kaitannya dengan lingkungan kompetitif, tren teknologi dan pertumbuhan organisasi. 

Konsep learning organization mencakup apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, bagaimana membagikannya pada anggota organisasi, serta seberapa besar luaran pembelajaran tertanam pada sistem, struktur, dan budaya organisasi. Menurut (Cummings & Worley, 2005) karakteristik learning organization meliputi 5 hal berikut: Structure: struktur organisasi berbasis tim kerja, Information system: organisasi pembelajar meliputi mengumpulkan dan memproses informasi, Human resources practices: sumber daya manusia, termasuk di dalamnya penilaian, rewards dan pelatihan, Organization culture: organisasi pembelajar memiliki budaya yang kuat ditandai dengan adanya keterbukaan, kreativitas dan uji coba oleh anggota organisasi, Leadership: intervensi ditujukan untuk transformasi organisasi. Organization learning sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan yang efektif. (Asih, 2021)

EVALUASI

Dengan menerapkan konsep learning organization maka perguruan tinggi lebih melek terhadap teknologi. Pembelajaran tidak hanya terkukung dalam ruang kelas, melainkan dapat bersifat fleksibel. Dengan kemajuan teknologi yang ada mahasiswa dan dosen tidak akan tertinggal. Meskipun kampus berada jauh dari kota besar, namun tetap bisa mengikuti perubahan zaman.

REKOMENDASI

Setiap lembaga pendidikan harus senantiasa menganalisis dan mengenali beberapa masalah yang ada dalam lembaganya. Hal ini dilakukan dalam rangka evaluasi supaya dapat diperbaiki untuk menjawab berbagai problematika dalam lingkup pendidikan tinggi. Lembaga di perguruan tinggi harus paham mengenai konsep organizational learning dalam upaya pengembangan organisasi. Jika tidak selalu berbenah, maka organisasi yang ada dapat tertinggal dengan organisasi baru yang mau senantiasa belajar.

Anisa Rachma Agustina

Tinggalkan Balasan