Artikel

Pandemi di Tinjau Teologi, Fiqh, dan Sains

ILustrasi SMAN 2 Koto

Judul: Covid-19 Dalam Perspektif Teologi, Fiqh, Dan Sains

Jurnal: Syariati

Penulis: Eka Mahargiani, Ahmad Nur Afnan, Sumarjoko

Akreditasi: 

Url: https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/syariati/article/view/1847

DESKRIPSI

Pandemi Covid-19 merubah tatanan kehidupan, pandemi ini memiliki dampak buruk pada aktivitas sosial, ekonomi, politik dan budaya lokal serta nasional. Kendati demikian demi menyelamatkan umat manusia (bangsa) pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Secara otoritatif pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi rakyat. Didukung dengan logika agama pula, “tasharraf alImami ‘ala ar-ra’iyati  manuuthun bi almashlahati” (Jalaluddin Abd ar-Rahman as-Suyuthi, 1971:185).

Bahwa tindakan pemimpin (pemegang otoritas) terhadap rakyat harus sesuai kemaslahatan umat (Sumarjoko, 2019:118). Konsep negara dalam menciptakan kesejahteraan rakyatnya sangat variatif (tidak tunggal) (Muchotob Hamzah, 2018:1). Sehingga dalam menjalankan hal tersebut pemerintah perlu membuat regulasi yang dinegosiasikan antara pihak pemerintah sendiri (pemegang otoritas publik dan politis), rakyat (pengguna) dan pihak pihak ketiga baik investor asing, perusahaan domestik dan non domestik.

Ditinjau dari segi agama pandemi Covid-19 menimbulkan persoalan yang serius. Ketakutan, kuatir yang berkepanjangan yang hadir secara terus menerus. Membuat rasa takut tersendiri bagi para pelakunya. Pendekatan teologis, hukum dan humaniora, sanga kaya akan interpretasi teks-teks keagamaan dan manuskrip tergantung dari sudut mana hal tersebut maknai. 

Para teolog Banyak perdebatan  para ahli yang membahas tentang adanya dampak covid 19 ini dalam lingkaran  kehidupan sosial agama berdampak pada masyarakat. ketakutan Adanya pandemi akan menjadikan negara tersebut justru mendapatkan hambatan berat dalam menjalankan kebijakan terkait protokol-protokol pemerintah dan medis terkait pemutusan mata rantai penularan virus corona.

Adanya  kultur religi yang kental mistik, dukungan-dukungan interpretasi personal yang tidak memiliki otoritas dalam memberikan kesimpulan kesimpulan yang berlawanan dengan lembaga otoritas terkait. Bahkan, banyak pula lembaga non otoritas yang memberikan penjelasan, interpretasi dan langkah-langkah tak rasional dalam menangani pandemi covid 19 (Khoiruddin Nasution, Kedaulatan Rakyat, April 2020).

INTERPRETASI

 Upaya pemerintah untuk membantu dan menstabilkan ekonomi masyarakat yakni menghilangkan pajak penghasilan selama 6 bulan ke depan untuk para pekerja maupun perusahaan dalam upaya memelihara daya beli masyarakat. Goncangan pada level ekonomi

yang ditimbulkan oleh Covid-19 sangat berpengaruh pada perekonomian global. Pertumbuhan Ekonomi ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk dan apakah terjadi perubahan struktur ekonomi atau tidak (Arsyad Lincolin, 1997:46).

Akhir-akhir ini, kekuasaan akan semakin diguncang secara alamiah. Pemegang otoritas mulai dipertanyakan. Apalagi, terkait dengan beberapa isu politik nasional dalam beberapa hari terakhir semakin mempertajam indikasi ke arah tersebut  Pertama, adanya suatu wacana reshuffle kabinet. Adanya suatu yang mengindikasikan gerakan masyarakat sipil semakin solid dan berkesinambungan. Gerakan massa tersebut biasanya bersifat informal, menggunakan perangkat komunikasi yang baru, dan memiliki watak ofensif kepada aparatur negara.

Segala kebijakan yang berorientasi pada kemanusiaan pada akhirnya akan menciptakan keselamatan bagi sebuah negara. Dalam situasi krisis ini, respon yang tepat dari pemerintah akan menghasilkan kemaslahatan rakyat, bangsa, dan negara.

EVALUASI

Eratnya korelasi antara hukum Islam dengan masyarakat muslim menjadikannya sebagai bagian yang cukup urgen (Anton Widyanto, 2011:82). Hadirnya suatu pandemik (wabah) sering menimbulkan suatu interpretatif terhadap teks-teks keagamaan. Hal tersebut untuk mengambarkan suatu kausalitas yang dihubungkan dengan logika agama itu sendiri. Baik corak fiqh/syariah  ataupun teologis. 

Ditinjau dari sisi Logika rasional fiqh tentu menuai reaksi sebagian masyarakat beragama. Karena agama melihat pandemik bukan hanya satu sisi. Masih banyak disimplin ilmu keagamaan lain terutama terkait dengan hal-hal yang sifatnya keimanan.  Di Indonesia, keragaman dalam hal geografis penduknya, ekspresi sosio kultural, ekonomi dan politik tidak memungkinan untuk merumuskan teori tunggal (Arijulmanan, 2017:403 422)

Logika Teologis keagamaan yang disuarakan seorang pimpinan agama mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Mengutip Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi Bismillâhilażî lâ yaḍurru ma’asmihi syai’un fî al Arḍi  walâ fî as-Samâ`i wahuwa as-Samî’un alîm (Khoiruddin Nasution, Kedaulatan Rakyat, 3 April 2020). Dalam terjemahan bebas, teks tersebut diartikan, “Dengan menyebut nama Allah yang bersama nama-Nya susuatu apapun tidak akan celaka baik dibumi atau dilangit. Dialah Yang Maha Mendengar ladi Maha Mengetahui”. Teks doa ini juga banyak diinterpretasikan ulama muslim secara berbeda. Hakikat doa adalah memohon perlindungan pada Allah dari persolan yang sulit dan menakutkan. 

REKOMENDASI

Setiap bencana pasti menyisahkan hikmah bersamanya, termasuk pandemi yang dihadapi oleh seluruh warga diberbagai belahan dunia. Sebagai manusia yang bertuhan dan memiliki  tuhan sudah seyogyanya dapat mengambil hikmah dan intisari dari setiap kejadian. Mengambil manfaat dari berbagai kacama dan melihat sesuatu dalam beberapa sisi.Seperti yang tertuang dalam jurnal ini yakni memandang dari kaca mata fiqh maupun teologis.

Anisa Rachma Agustina

Tinggalkan Balasan