Artikel

Pengembangan Kognitif Pada AUD Dengan Metode Yang Menyenangkan

Judul: Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Media Pansitung di RA Kentengsari Kabupaten Magelang

Jurnal: Citra Ilmu

Penulis: Farida Khusniawati , Asih Puji Hastuti , Sigit Tri Utomo

Akreditasi: 

Url: http://ejournal.inisnu.ac.id/index.php/JICI/article/view/123/77

DESKRIPSI

Semakin pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi membuat dunia pendidikan ikut berkembang. Pendidikan anak usia dini menjadi salah satu elemen penting dalam dunia pendidikan. Banyak orang tua yang mencari pendidikan anak dengan memperhatikan beberapa konsep seperti metode pembelajaran yang diterapkan, kualitas bagus, sarana dan prasarana yang memadai bagi buah hati.

Pendidikan anak usia dini memiliki peranan penting dalam pembentukan aspek perkembangan bagi buah hati. Dalam tahap ini anak akan mulai dikenalkan dengan pendidikan karakter, membiasakan berakhlak mulia, diajarkan untuk berkreatif dan inovatif. Sebelum anak mengenyam pendidikan for,al di PAUD mereka terlebih dahulu belajar bersama orang tuanya. Menurut Hamka, kepandaian orang tua dalam mendidik anak adalah menjadi penolong guru. (Abdul Aziz, 2018)

Dan sebaliknya jika anak itu hanya dibiarkan saja oleh orang tuanya, di serahkan saja kepada guru, dipercaya guru dapat memimpin sendiri dan orang tua bersikap masa bodoh, guru akan merasa kesulitan karena memang jelas kerjasama antara guru dan orang tua sangat berperan penting dalam masa perkembangan anak yang golden age. Pada usia golden age sekitar usia 0-6 tahun merupakan masa emas bagi anak. Maka dari itu orang tua harus senantiasa mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

Pada masa ini anak bagaikan “spons” yang mampu menyerap informasi dari lingkungan dengan cepat. Sementara dikatakan sebagai masa kritis karena pada usia ini anak-anak masih sangat rentan dalam perkembangan apabila dalam penanganan yang dilakukan tidak tepat maka dapat berakibat kurang baik untuk kehidupan yang akan datang. Menurut Carl Shatz, masa kritis tumbuh kembang anak yang sangat rentan. Widarmi, 2013)

Ketika mengenyam pendidikan di sekolah hal yang anak tahu dan sukai adalah bermain. Karena bermain adalah salah satu kegiatan terpenting dalam proses tumbuh kembang anak. Menurut Isenberg dan Quisenberry menyatakan “play adynamic, active, and constructive behavior is a necessary and integral part of childhood, infancy adolescence”. Artinya bahwa bermain merupakan perilaku dinamis dan konstruktif yang tidak hanya berlaku bagi masa anak-anak, tetapi juga sampai remaja. (Slamet Suryanto, 2005)

Maka dari itu guru harus membuat formulasi khusus supaya anak merasakan nyaman saat belajar dengan menggunakan permainan sebagai media pembelajaran. Belajar menggunakan media akan lebih cepat diterima anak seperti belajar menggunakan media papan asyik berhitung. Gagne berpendapat media adalah jenis komponen dalam lingkungan anak yang dapat memotivasi anak untuk belajar, memahami dan mengikuti kegiatan sehingga informasi yang akan disampaikan lebih cepat diterima anak. (Yuliani Nurani Sujiono, 2009)

Dengan menggunakan media tertentu amka proses pembelajaran pada anak akan menyenangkan dan memberi sebuah kepuasan tersendiri untuk mereka. Kendati demikian terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan masih rendahnya aspek perkembangan kognitif dalam mengenal lambbang bilangan yang seharusnya anak dengan rentan usia 5-6 tahun telah mampu untuk menghitung jumlah bilangan pada jari, sedangkan kenyataanya mereka masih merasa kesulitan.

Maka urgennya media dalam membantu belajar anak untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan menarik, membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, megembangkan kreativitas dan mengetahui cara untuk menyelediki dan menyelesaikan masalah yang dihadapi sekaligus sebagai pusat perhatian anak untuk bisa mendengarkan. (Khadijah, 2016)

INTERPRETASI

Pengembangan kognitif anak usia dini melalui media pansitung di RA Kentengsari Kabupaten Magelang terdapat tiga kriteria yaitu peserta didik menyusun lambang bilangan, berhitung menggunakan jari dengan metode jarimatika dan menulis angka. Hasil dari observasi di lapangan diantaranya sebagai berikut:

  1. Menyusun, menyebut dan membedakan angka secara acak

Dalam pengembangan kognitif AUD, pendidik mengupayakan untuk dapat membantu mengembangkan kognitif anak dengan menyebut dan membedakan lambang bilangan dengan hal yang menarik dengan menggunakan metode pashitung. 

  1. Berhitung menggunakan jari tangan

Sementara pengembangan kognitif anak usia dini, upaya yang dilakukan pendidik untuk pengembangan kognitif dalam berhitung penjumlahan dan pengurangan menggunakan jari dengan metode jarimatika

  1. Menulis Angka Secara Benar Posisinya

Dalam pengembangan kognitif anak supaya tidak terbalik-balik dalam menulis angka maka upaya yang dilakuakan guru dalam membantu mengembangkan kognitif memahami dan menulis angka secara benar posisinya maka pembiasaan guru dalam mengajarkan ke anak berhitung menggunakan jari dengan metode jarimatika. Dari hal ini memberikan aspek positif anak dalam mengingat jumlah bilangan yang ditunjukkan pada jari dan akan mengingatkan posisi dalam menulis angka

Pengembangan kognitif berbasis media pansitung dapat dikatakan berhasil dalam menyusun, menyebut dan membedakan angka secara acak, berhitung menggunakan jari tangan dan menulis angka sudah berkembang baik, karena metode berhitung yang berbeda, respon peserta didik yang sangat antusias, semangat dan mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga hasil pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan.

Selain itu peneliti melihat perubahan yang dialami peserta didik salah satunya bernama TDP, AZR, MF hal tersebut tampak pada saat menyebut lambang bilangan pada jari, berhitung penjumlahan dan pengurangan menggunakan jari, memahami dan menulis angka sudah berani menyampaikan jawabanya dengan percaya diri. Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar.

EVALUASI

Faktor penghambat dalam perkembangan kognitif di RA Kentengsari diantaranya ialah: pertama, orang tua yang otoriter. merupakan tindakan memaksa, jika orang tua yang bersikap menekan terhadap anak maka bisa jadi gangguan perasaan anak terganggu sehingga akan menyebabkan rasa percaya diri anak tidak bagus. Kedua, Pola asuh orang tua yang tidak bagus. Pola asuh juga mempengaruhi perkembangan kognitif bagi buah hati. Didikan dan pola asuh orang tua menjadi dasar pendidikan utama bagi anak. Ketiga, cacat fisik atau syndrome. Cacat fisik yang dialami anak dapat mengganggu aspek perkembangan anak. Anak yang terlahir tidak normal dapat menyebabkan kesulitan dalam mengembangkan kemampuan perkembangan fisik motorik bahkan dapat berdampak pada gangguan psikis anak.. Keempat, anak yang kekurangan kasih sayang. Perhatian orang tua menjadi hal penting dalam perkembangan kognitif anak. 

REKOMENDASI

Beberapa faktor pendukung dalam t Perkembangan Kognitif Anak RA kentengsari Kabupaten Magelang antara lain: pertama, faktor hereditas atau keturunan. Dalam hal ini faktor keturunan sebagai pendukung perkembangan kognitif bisa dipengaruhi dari latar belakang keluarga orang tua atau nenek moyangnya yang terlahir dengan fisik normal. Menurut ahli psikologi Lehrin, Lindzey dan Spuhier menyatakan bahwa taraf intelegensi 75-80% yang dimiliki anak merupakan warisan atau faktor keturunan. (Ahmad Susanto, 2011)

Kedua, Faktor lingkungan. Lingkungan menjadi aspek penting dalam keberhasilan perkembangan anak yang juga dipengaruhi oleh pola asuh yang dibentuk dan dibiasakan oleh orang tua serta pengalaman dari lingkungan sekitar dan keluarga, tempat tinggal dan dunia pendidikan. Menurut John Locke perkembangan manusia sangat ditentukan oleh lingkungan, sedangkan taraf intelegensi anak sangat ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan dari lingkungan sekitar.

Ketiga, Faktor pembentukan, faktor ini dapat terjadi secara sengaja karena sebuah pembiasaan yang dilaksanakan. Keempat, faktor minat dan bakat. Hal ini merupakan faktor pendukung perkembangan kognitif karena anak yang telah memiliki bakat hanya perlu pengembangan. Kelima, faktor kematangan, Hal ini meliputi fisik dan psikis anak yang bekerja secara seimbang dan dapat terjadi karena stimulus yang diberikan orang tua yang cukup untuk kematangan berpikir anak. Keenam, kebebasan. Seorang anak yang merasa bebas dapat melakukan kegiatan dengan happy kendati demikian harus dengan pengawasan orang tua.

Anisa Rachma Agustina

Tinggalkan Balasan