Artikel

Peningkatan Aspek Keterampilan Berbicara Melailui (Tembang Macapat)

Ilustrasi: Seorang peserta Lomba Baca Puisi Religi

Judul: Strategi  Tua  Tuo  Untuk  Meningkatkan  Keterampilan  Berbicara  (Tembang Macapat)

Jurnal: Jurnal Iqra’

Penulis: Andrian Gandi Wijanarko

Akreditasi: 

Url: https://journal.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php/ji/article/view/479

DESKRIPSI

Bahasa daerah menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah khususnya di Jawa Tengah. Bahkan di tingkat perguruan tinggi dengan penjurusan PGMI di STAINU Temanggung juga menjadikan Bahasa Daerah menjadi salah satu mata kuliahnya. Para mahasiswa diajarkan konsep teoritis. Dalam perkuliahan para mahasiswa dibekali dengan empat keterampilan berbahasa yakni: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Pada keterampilan berbicara diperlukan persiapan mental dan fisik untuk dapat menguasai keterampilan berbicara secara maksimal.

Keterampilan berbicara pada dasarnya pada dasarnya ialah keterampilan yang dimiliki oleh seseorang supaya menghasilkan system bunyi maupun artikulasi yang digunakan menyampaikan keinginan dan kebutuhan kepada orang lain. (Rosdakarya, 2011). Kegatan berbicara adalah kegiatan berbahasa yang dilakukan manusia untuk mengungkapkan pikiran secara lisan. Hal ini yang membuat ketrampilan berbicara menjadi salah satu aspek yang penting bagi mahasiswa sehingga perlu adanya latihan.

Dalam implementasinya salah satu bahasa yang harus dikembangkan dan dilestarikan adalah bahasa daerah. Bahasa lokal ini menjadi salah satu mata pelajaran, supaya peserta didik tidak lupa untuk tetap melafalkan bisa melestarikannya. Salah satu sarana untuk mengenalkan bahasa daerah adalah melalui tembang macapat. Terdapat tiga jenis tembang kesusastraan Jawa yakni; tembang ageng, tembang tengahan, dan tembang alit atau macopat. Tembang macapat dikenal sebagai tembang yang memilki aturan yang membedakan antara tembang macapat dengan lagu lainnya. 

Tembang macapat meliputi asmaradana, dhandhanggula, durma, gambuh, kinanthi, maskumambang, megatruh, mijil, pangkur, pucung, dan sinom. Dalam implementasinya tembang macapat memiliki 3 aturan utama yakni guru gatra, guru lagu dan guru wilangan. Setiap tembang macapat memiliki filosofi tersendiri dalam pembangunan karakter suatu bangsa. (Pranowo, 2001) 

INTERPRETASI

 Bahasa daerah serta materi yang terdapat pada tembang macapat telah diterima oleh pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Hal ini harus diimbangi dengan kualitas pendidik Bahasa Daerah dalam lingkup SD/MI dalam menyongsong era revolusi industri 4.0 dan Socienty 5.0. Pada abad ke-21 ini calon guru SD/MI harus memiliki keterampilan dalam segala aspek yakni bidang teknologi, media dan informasi, keterampilan pembelajaran, serta pengetahuan bahasa. Guru SD/MI akan menjadi wali kelas yang dituntut harus bisa dan mampu untuk  memahami berbagai mata pelajaran. 

Dalam penelitian ini penulis meneliti mengenai penerapan strategi TUA TUO dalam perkuliahan Bahasa Daerah Pendidikan Dasar untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicara (tembang macapat), serta aspek berbicara lainnya khususnya bahasa daerah. Analisis yang dilaksanakan oleh dosen mengenai keterampilan berbicara (teembang macapat) semester gasal STAINU Temanggung. 

Data diambil melalui kegiatan pengamatan keterampilan awal mahasiswa dalam mengusai keterampilan berbicara (tembang macapat) untuk aspek intonasi, artikulasi, volume dan cengkok lagu. Berdasarkan hasil pengamatan ternyata keterampilan berbicara (tembang macapat) mahasiswa termasuk kualifikasi cukup. Data awal keterampilan berbicara (tembang macapat) mahasiswa yang belum maksimal hal ini dikarenakan pada kegiatan perkuliahan Bahasa Daerah Pendidikan Dasar belum pernah dilatihkan atau diadakan program tembang macapat, sehingga pada aspek intonasi, artikulasi, volume dan cengkok lagu termasuk dalam kualifikasi cukup. Pada aspek intonasi, mahasiswa belum mampu menyelaraskan ketepatan bunyi tiap nada dengan lagu yang dinyanyikan. Pada aspek artikulasi, mahasiswa belum mampu mengucapkan syair tembang macapat secara benar dan baik. Pada aspek volume, mahasiswa kurang percaya diri sehingga belum lantang dalam melafalkan tembang macapat. Pada aspek cengkok lagu, mahasiswa kurang terampil dalam menyanyikan lagu macapat sesuai dengan cengkok lagu. 

Mahasiswa juga kurang memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya bangsa khususnya tembang macapat. Apalagi pada kegiatan sebelumnya juga belum terfasilitasi untuk menghasilkan karya yang dipubliksikan pada kanal media sosial Youtube. Hal ini juga diperkuat pendapat Ibda (2019), keterampilan berbicara haruslah mengeluarkan ekspresi untuk disampaikan kepada pendengar atau penyimak, bukan hanya sekadar berkatakata melalui media komunikasi. Maka dari itu, penulis menerapkan strategi tua tuo pada kegiatan perkuliahan Bahasa Daerah Pendidikan Dasar dengan melibatkan mahasiswa sehingga keterampilan berbicara (tembang macapat) dapat meningkat. 

EVALUASI

Kurangnya minat mahasiswa terhadap budaya membuat dosen mengambil strategi untuk meningkatkan kemampuan berbahasa mereka. Kegiatan perkuliahan perlu dipersiapkan strategi yang dapat menumbuhkan kompetensi unggul. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah strategi tua tuo (satu mahasiswa satu video). Strategi tua tuo merupakan alternatif strategi pembelajaran bagi mahasiswa calon guru MI/SD yang diterapkan pada perkuliahan Bahasa Daerah Pendidikan Dasar. Strategi ini bertujuan menumbuhkan kreativitas, keberanian dan kecakapan mahasiswa Program Studi PGMI STAINU Temanggung dalam menguasai keterampilan berbicara (tembang macapat) serta memiliki produktivitas dalam menciptakan dan memanfaatkan karya.

REKOMENDASI

Strategi yang disajikan dalam penerapan strategi tua tuo adalah: pertama tahap perencanaan. Ini merupakan tahap awal dari seluruh tahapan, dalam tahap ini Dosen terlebih dahulu harus mempersiapkan RPS yang dapat mencakuo segala materi yang akan diajarkan pada mahasiswa. Kedua, tahap pelaksanaan yakni saatnya dosen menganalisis kemampuan awal para mahasiswa dengan melakukan assement keterampilan berbicara (tembang macapat), kemudian pada pertemuan selanjutnya dosen menyampaikan konsep materi tembang macapat, serta menghadirkan pelaku Macapat. Hal ini sesuai Muhammad Kristiawan (2018) salah satu upaya peningkatan kualitas calon guru adalah dengan melakukan inovasi pada pembelajaran.

Ketiga tahap evaluasi Dosen melakukan evaluasi atau penilaian untuk mengetahui ketercapaian tujuan perkuliahan sesuai RPS. Pada tahap evaluasi dosen melakukan pengamatan keterampilan berbicara (tembang macapat) mahasiswa PGMI STAINU Temanggung selama tiga kali pengamatan sehingga dapat diketahui peningkatan pada setiap aspek keterampilan berbicara (tembang macapat) mahsiswa. Selanjutnya dosen menganalisis rekapitulasi nilai keterampilan berbicara (tembang macapat) mahasiswa PGMI STAINU Temanggung.

Anisa Rachma Agustina

Tinggalkan Balasan