Judul: Penguatan Literasi Baru pada Guru Madrasah Ibtidaiyah dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0
Jurnal: JRTIE: Journal of Research and Thought of Islamic Education
Penulis: Hamidulloh Ibda
Akreditasi:
Url:
DESKRIPSI
Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat membuat setiap elemen dalam dunia pendidikan harus dapat mengikuti arus. Guru dari berbagai lingkup salah satunya pengajar sekolah dasar yang menjadi fondasi pertama kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional. Guru harus mampu memposisikan diri untuk senantiasa dapat menyesuaikan dengan perubahan zaman agar dapat mampu menjawab tantangan era revolusi industri 4.0.
Revolusi Industri 4.0 identik dengan disruption, disruptive (ketercerabutan) karena hampir semua ranah kehidupan berkonversi dari manual menuju digital. Jika kita dihadapkan ketercerabutan ini, maka bonus demograsi Indonesia pada 2045 harus disiapkan. Data Ditjen PAUD Kemdikbud, Indonesia kini memiliki 33 juta anak berusia 0-6 tahun. Guru harus membangun kemampuan literasi anak, baik literasi lama (membaca, menulis, berhitung), dan literasi baru (literasi data, teknologi, dan humanisme). (Hamidulloh Ibda, 2018)
Guru serta lembaga pendidikan di tingkat dasar harus memperkuat dalam berbagai aspek. Dimulai dari kurikulum, sistem, manajemen, model, strategi, serta pendekatan pembelajaran untuk menyongsong abad 21. Pemahaman literasi lama antara lain: berhitung, membaca, dan menulis sedangkan literasi baru yang dimaksud adalah: data, teknologi, SDM/humanisme.
Gagasan literasi baru sudah muncul secara formal pada 17 Januari 2018 saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristek Dikti). Saat itu muncul gagasan literasi baru sebagai bentuk persiapan Kemenristek Dikti menyongsong era disruption (ketercerabutan). Literasi baru yaitu data, teknologi dan SDM. Manusia harus memanfaatkan dan mengolah data, menerapkannya ke dalam teknologi dan harus memahami penggunaan teknologi. Literasi manusia menjadi penting bertahan di era ini, tujuannya manusia bisa berfungsi baik di lingkungannya dan dapat memahami interaksi dengan manusia. (Dirjen Belmawa Ristek Dikti, 2018)
Dalam praktiknya, pengutaan literasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa pendekatan antara lain: Pertama, untuk paham literasi data, anak-anak di dalam pembelajaran harus diajarkan memahami data, baik itu kualitatif, kuantitatif, maupun informasi-informasi yang dikonsumsi.
Kedua, literasi teknologi diterjemahkan dengan adanya kemampuan manusia/SDM Indonesia yang bisa melakukan berbagai terobosan inovasi, meningkatkan kemampuan menggunakan informasi internet dengan optimal, memperluas akses, dan meningkat proteksi cyber security.
Ketiga, literasi SDM, humanisme, atau manusia. Literasi manusia yang digagas pemerintah menekankan penguatan SDM yang memiliki keunggulan komunikasi dan desain atau rancangan. Anak-anak di era siber juga tidak boleh tercerabut dari akarnya. Mereka harus bisa berkomunikasi bahasa asing, tanpa harus meninggalkan bahasa ibu sebagai wujud nasionalismenya. (Hamidulloh Ibda, 2018)
Budaya literasi harus senantiasa dikuatkan dan diterapkan dalam pilar literasi yakni baca, tulis dan arsip. guru yang demikian disebut dengan guru literasi. Ketika guru membudaya ini sudah berjalan, maka peserta didik akan mengikuti pola yang telah dijalankan gurunya.
Sosok “guru literasi” sangat dibutuhkan, karena selain membelajarkan pengetahuan, mereka mampu menyukseskan pembelajaran tahap pra literasi, literasi, dan pascaliterasi. Tujuannya agar kemampuan literasi peserta didik tidak sekadar pada kemampuan literasi membaca, menulis, dan berhitung, namun sudah pada tahap menganalisi data, teknologi, dan humanisme. Semua itu bisa dikuatkan pada prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) atau Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) sebagai pencetak calon guru MI/SD. Guru harus mampu menguatkan pembelajaran literasi abad 21 dengan capaian pembelajaran tahap kreatif, berpikir kritis, komunikatif, dan kolaboratif. Pengatan literasi berbasis kemampuan berpikir tinggi bertujuan menguatkan karakter sesuai PPK sebagai pendukung terwujudnya GNRM.
INTERPRETASI
Kunci dari inovasi pendidikan adalah pengembangan. Guru di era kemajuan teknologi sangat pincang apabila tidak menyelaraskan kompetensinya. Ironis jika guru tidak bisa menghidupkan-mematikan komputer, menerapkan e-learning, melek literasi digital dan mendesain pembelajaran berbasis TIK. Maka perlu dilakukan revitalisasi dengan beberapa pendekatan.
Pertama, TIK dalam pembelajaran menyesuaikan era digital. Kedua, kompetensi guru terus di akselerasi dan harus di atas Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Semua guru SD wajib melek TIK, literasi dan mendorong inovasi berbasis digital. Ketiga, salah satu indikator guru ideal memiliki kompetensi digital. (Farid Ahmadi, 2017) Jika sepuluh sampai dua puluh tahun ke depan, masih ada guru buta digital dan awam dengan TIK, maka kondisi pendidikan pasti tertinggal. Guru yang mampu menjawab tantangan zaman adalah mereka yang melek TIK, literasi digital, juga menguasai teknologi secara teoritis dan praktis. (Hamidulloh Ibda, 2018)
Untuk memajukan pendidikan guru di Indonesia harus melek teknologi, supaya pendidikan Indonesia tidak tertinggal dari negara lain. Menurut Wijayanti terdapat tiga kunci pokok dalam kemajuan pendidikan yakni: kompetensi, karakter dan literasi. Di era Revolusi industri ini semua hal berbasis data dan teknologi. Termasuk guru dan pihak sekolah harus menyiapkan lingkungan literasi digital. Supaya peserta didik dapat mengikuti proses revolusi industri 4.0 dengan baik.
EVALUASI
Adanya perkembangan teknologi selalu memunculkan dua sisi, sebagai seorang guru harus dapat mengambil sisi positif dalam segala hal yang dialami bukan malah menghindarinya. Ketika zaman sudah mulai maju, dengan berbagai teknologi yang maju begitu pesat. Guru sebagai seorang yang setiap hari mentransfer pendidikan dan pengetahuan kepada peserta didik harus ikut andil di dalamnya. Setiap pendidik harus memiliki keinginan untuk bertumbuh dan berubah, hal ini bukan hanya untuk dirinya sendiri namun untuk peserta didiknya. Salah satu perubahan dan pertumbuhan yang harus dilakukan para guru adalah melek literasi digital.
REKOMENDASI
Elemen pendidik dan tenaga kependidikan meliputi penyediaan, distribusi, kualifikasi, sertifikasi, pelatihan, karir-kesejahteraan, penghargaan dan perlindungan Untuk bisa membangun kompetensi literasi baru pada guru. MI, tidak cukup dilakukan prodi PGMI/PGSD. Harus ada sinergi dengan UPTD Pendidikan, Dinas Pendidikan, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Kelompok Kerja Guru (KKG), sampai pada semua lembagaMI/SD itu sendiri. Sinergitas ini menjadi kemitraan lembaga pendidikan dalam menguatkan literasi baru, revitalisasi kurikulum, dan penguatan kompetensi guru untuk bersama-sama menjawab tantangan era Revolusi Industri 4.0.