Esai

Pepatah Jawa “Diwenehi Ati Ngrogoh Rempela”: Makna dan Implementasinya

Ilustrasi: Macam-macam langgam tulisan tangan aksara Jawa (Foto: Macam-macam langgam tulisan tangan aksara Jawa).

DISTINGSI.com – Pepatah Jawa: “Diwenehi Ati Ngrogoh Rempela” menarik untuk disajikan makna dan implementasinya. Diwenehi ati ngrogoh rempela secara sederhana bermakna “dikasih hati minta jantung” atau orang yang melunjak atau tidak tahu berterima kasih. Bahasa lainnya adalah “dikei ati ngrogoh rempela” dikasih hati minta jantung” yang bermakna orang yang melunjak atau tidak tahu berterima kasih.

Dalam kekayaan budaya Jawa, pepatah memiliki makna mendalam yang seringkali mencerminkan nilai-nilai kehidupan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satu pepatah yang terkenal adalah “Diwenehi Ati Ngrogoh Rempela,” yang secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai “diberi hati, mencari jantung.” Pepatah ini menggambarkan perilaku atau sikap seseorang yang selalu ingin lebih, tidak pernah merasa cukup, atau tidak tahu berterima kasih atas apa yang telah diterimanya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui orang-orang yang memiliki sikap seperti yang digambarkan dalam pepatah ini. Mereka mungkin mendapatkan banyak hal dari orang lain, tetapi tidak pernah puas dan selalu meminta lebih, tanpa menghargai apa yang telah diberikan. Mereka mungkin merasa bahwa apa yang mereka terima tidaklah cukup atau tidak sebanding dengan apa yang mereka berikan.

Sikap ini sering kali mencerminkan kurangnya kesadaran akan nilai penghargaan dan rasa syukur. Orang yang “mencari jantung” dalam pepatah ini mungkin tidak menyadari pentingnya bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh orang lain. Mereka mungkin terjebak dalam siklus keinginan tanpa akhir, di mana mereka selalu menginginkan lebih banyak lagi tanpa memperhatikan apa yang telah mereka miliki.

Pepatah ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya sikap rendah hati dan rasa syukur dalam menjalani kehidupan. Dengan bersyukur atas apa yang telah kita terima, kita dapat menghargai nilai-nilai pemberian dan menghormati upaya orang lain yang telah berbagi dengan kita. Sikap ini juga membantu kita untuk hidup lebih bahagia dan membangun hubungan yang lebih baik dengan orang-orang di sekitar kita.

Dalam budaya Jawa, pepatah seperti “Diwenehi Ati Ngrogoh Rempela” sering dijadikan pegangan moral dan etika dalam interaksi sosial. Pepatah ini mengingatkan kita untuk selalu menghargai dan bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh orang lain, serta untuk tidak pernah menjadi serakah atau tidak tahu berterima kasih. Dengan memahami makna pepatah ini, kita dapat memperkaya kehidupan kita dengan nilai-nilai yang positif dan membangun hubungan yang lebih baik dengan sesama.

Implementasi “Diwenehi Ati Ngrogoh Rempela”

Implementasi pepatah “Diwenehi Ati Ngrogoh Rempela”  atau “orang yang melunjak atau tidak tahu berterima kasih” dapat diterapkan dalam situasi di mana seseorang tidak menghargai bantuan atau kesempatan yang diberikan kepadanya. Berikut ini adalah contoh implementasinya:

Di sebuah perusahaan, seorang manajer telah memberikan banyak kesempatan kepada seorang karyawan untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuannya. Namun, karyawan tersebut tidak menunjukkan rasa terima kasih atau menghargai usaha manajer tersebut. Alih-alih, ia terus bersikap sombong dan merasa bahwa ia berhak mendapatkan semua hal tersebut tanpa menghargai kontribusi orang lain.

Dalam kasus ini, karyawan tersebut bisa dianggap sebagai “orang yang melunjak atau tidak tahu berterima kasih”. Dia telah mendapat kesempatan yang diberikan oleh orang lain, tetapi tidak memanfaatkannya dengan baik atau bahkan tidak menghargainya sama sekali.

Implementasi pepatah ini mengingatkan kita pentingnya sikap rendah hati dan rasa terima kasih terhadap bantuan atau kesempatan yang diberikan kepada kita oleh orang lain. Orang yang tidak mampu menunjukkan rasa terima kasih cenderung kehilangan dukungan dan kesempatan di masa depan. (DST33/hi/esai).

admin
the authoradmin

Tinggalkan Balasan