Esai

Pepatah Jawa Madaya Ketingal Rupane: Pengertian, Makna, Penerapan, dan Implikasi

Ilustrasi Aksara Jawa (Foto: Distingsi.com).

DISTINGSI.com – Pepatah Jawa memiliki kedalaman makna yang mencerminkan kearifan budaya dan filosofi masyarakat Jawa. Salah satu pepatah yang mencuat adalah “Madaya Ketingal Rupane”, yang secara harfiah berarti “Orang yang mengingkari janji kelihatan dari wajahnya”. Pepatah ini tidak hanya mengandung pesan moral tentang integritas dan kejujuran, tetapi juga menyoroti hubungan antara perilaku manusia dan ekspresi non-verbal mereka. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi makna, asal usul, dan relevansi pepatah Jawa yang bijak ini dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Asal usul pepatah “Madaya Ketingal Rupane” atau “Orang yang mengingkari janji kelihatan dari wajahnya“ dapat ditelusuri kembali ke akar budaya Jawa yang kaya akan tradisi lisan dan kearifan lokal. Dalam masyarakat Jawa, kejujuran dan integritas dipandang sebagai nilai-nilai yang sangat dihargai, dan pepatah sering digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan budaya.

Penggunaan bahasa Jawa dalam pepatah ini memberikan kedalaman makna yang mungkin sulit diterjemahkan sepenuhnya ke dalam bahasa lain. “Madaya” mengacu pada tindakan mengingkari atau melanggar janji, sementara “ketingal rupane” menggambarkan kemampuan untuk melihat atau mengenali kejujuran atau ketidakjujuran seseorang melalui ekspresi wajah mereka. Gabungan kedua istilah ini menghasilkan pesan yang sangat kuat tentang pentingnya integritas dan kejujuran dalam menjalani kehidupan.

Pengertian Pepatah Jawa Madaya Ketingal Rupane

Pepatah Jawa “Madaya Ketingal Rupane” memiliki makna yang mendalam dalam konteks budaya Jawa. Secara harfiah, pepatah ini berarti “Orang yang mengingkari janji kelihatan dari wajahnya.” Mari kita telaah pengertian ini dirujuk dari Mardiwarsito (1993) dalam buku Peribahasa dan Sakola Bahasa Jawa disebutkan, dari setiap unsur dalam pepatah ini untuk memahami maknanya dengan lebih baik.

Pertama, Madaya: Kata “madaya” berasal dari bahasa Jawa yang mengacu pada tindakan mengingkari atau melanggar janji atau komitmen. Ini mencerminkan perilaku yang tidak jujur atau tidak dapat dipercaya. Kedua, Ketingal: Kata “ketingal” mengacu pada wajah atau ekspresi seseorang. Dalam konteks ini, itu menunjukkan bahwa pengkhianatan atau pengingkaran dapat dilihat atau dikenali melalui ekspresi atau tampilan seseorang. Ketiga, Rupane: Kata “rupane” berasal dari kata “rupa” yang berarti “wajah”. Dalam konteks pepatah ini, itu mengacu pada kemampuan untuk mengenali atau melihat kejujuran atau ketidakjujuran seseorang melalui ekspresi wajah mereka.

Dari pengertian ini, pepatah “Madaya Ketingal Rupane” menyampaikan pesan bahwa seseorang yang tidak memenuhi janji atau komitmennya akan terlihat dari ekspresi wajahnya. Ini menyoroti hubungan antara perilaku manusia dan ekspresi non-verbal mereka. Dengan kata lain, ekspresi wajah seseorang dapat mengungkapkan lebih dari apa yang mereka katakan secara verbal, dan dapat memberikan petunjuk tentang tingkat kejujuran atau ketidakjujuran seseorang.

Pepatah ini juga menekankan pentingnya integritas dan kejujuran dalam menjaga hubungan interpersonal. Orang yang setia pada janjinya akan mempertahankan integritasnya, sementara orang yang tidak dapat dipercaya atau sering kali mengingkari janji akan terlihat dari ekspresi wajah mereka. Oleh karena itu, pepatah ini dapat dianggap sebagai peringatan bagi kita semua untuk tetap jujur dan setia pada komitmen kita, karena pengkhianatan atau pengingkaran dapat terungkap bahkan tanpa kata-kata.

Makna Pepatah Jawa Madaya Ketingal Rupane

“Madaya Ketingal Rupane” mengandung pesan yang kuat tentang pentingnya menjaga integritas dan kejujuran dalam menjalani kehidupan. Pepatah ini menurut penelusuran redaksi distingsi.com adalah menyiratkan bahwa seseorang yang mengingkari janji atau komitmen mereka tidak hanya dapat dikenali dari apa yang mereka katakan, tetapi juga dari ekspresi wajah mereka. Wajah seseorang dapat memancarkan kejujuran atau ketidakjujuran, dan dapat memberikan petunjuk tentang tingkat integritas seseorang.

Pepatah ini juga menekankan pentingnya kesetiaan pada janji-janji yang dibuat. Orang yang dapat dipercaya adalah orang yang mempertahankan komitmen mereka dan memenuhi janji-janji mereka, sementara orang yang tidak dapat dipercaya atau sering mengingkari janji akan terlihat dari ekspresi wajah mereka. Dengan demikian, pepatah ini mengajarkan kita untuk menjadi orang yang jujur dan setia pada kata-kata kita.

Pepatah Jawa “Makna Pepatah Jawa Madaya Ketingal Rupane” dapat diartikan secara harfiah sebagai “Orang yang mengingkari janji kelihatan dari wajahnya”. Ini menggambarkan konsep bahwa seseorang yang tidak memenuhi janji atau berlaku tidak jujur akan terlihat dari ekspresi wajahnya. Dalam budaya Jawa, ekspresi wajah sering dianggap sebagai cermin dari hati dan karakter seseorang. Oleh karena itu, ketika seseorang tidak setia pada janjinya, ekspresi wajahnya mungkin menunjukkan rasa bersalah, ketidaknyamanan, atau bahkan kegelisahan.

Pepatah ini mendorong pentingnya kesetiaan, kejujuran, dan integritas dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ini juga menekankan bahwa tindakan seseorang tidak dapat disembunyikan sepenuhnya, bahkan jika mereka mencoba menyembunyikannya dari kata-kata. Dengan demikian, hal ini mengajarkan pentingnya menjaga kesetiaan pada janji dan bersikap jujur dalam interaksi sosial.

Penerapan Pepatah Jawa Madaya Ketingal Rupane

Menurut penelusuran redaksi distingsi.com, penerapan pepatah Jawa “Madaya ketingal rupane” dalam kehidupan sehari-hari bisa membantu kita dalam berbagai situasi, baik dalam hubungan pribadi, profesional, maupun sosial. Berikut adalah beberapa contoh penerapan pepatah tersebut. Pertama, Konsistensi dalam Janji. Ketika kita membuat janji kepada seseorang, kita harus berusaha keras untuk memenuhinya. Jika kita tidak dapat memenuhi janji tersebut, lebih baik kita mengomunikasikan hal tersebut secara jujur kepada orang yang bersangkutan daripada mengingkari janji tanpa alasan yang jelas. Dengan begitu, kita menunjukkan integritas dan menghindari kesan bahwa kita tidak dapat dipercaya.

Kedua, Kehadiran dan Komitmen. Ketika kita berkomitmen untuk hadir dalam suatu acara atau pertemuan, penting untuk mematuhi janji tersebut. Bahkan jika kita menghadapi kendala atau perubahan rencana mendadak, memberi tahu pihak yang bersangkutan dengan jujur dan tepat waktu adalah tindakan yang bijaksana. Ketiga, Konsistensi dalam Perilaku. Pepatah ini juga mengajarkan pentingnya konsistensi dalam perilaku kita sehari-hari. Jika kita selalu berubah-ubah dalam sikap atau perilaku, orang lain mungkin merasa sulit untuk percaya atau mengandalkan kita.

Keempat, Ketulusan dalam Ekspresi. Ketika kita berbicara dengan orang lain, penting untuk memperhatikan ekspresi wajah kita. Ekspresi yang tidak sesuai dengan kata-kata yang kita ucapkan bisa menjadi tanda-tanda bahwa kita tidak jujur atau mengingkari sesuatu.

Kelima, Integritas dalam Profesionalisme. Dalam konteks profesional, mematuhi janji, menjaga konsistensi, dan menunjukkan integritas sangat penting. Ini mencakup hal-hal seperti memenuhi tenggat waktu proyek, memberikan informasi yang akurat kepada klien atau rekan kerja, dan bertindak dengan etika dalam semua interaksi profesional.

Dengan menerapkan pepatah Jawa “Madaya ketingal rupane”, kita dapat membangun reputasi sebagai individu yang dapat dipercaya, jujur, dan konsisten dalam tindakan dan perkataan kita. Ini membantu memperkuat hubungan kita dengan orang lain dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dalam kehidupan sehari-hari.

Implikasi Pepatah Jawa Madaya Ketingal Rupane

Pepatah “Madaya Ketingal Rupane” menurut dosen Bahasa Jawa INISNU Temanggung Andrian Gandi Wijanarko (2024) memiliki relevansi yang besar dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks hubungan interpersonal dan kepercayaan antar individu. Dalam dunia yang sering kali dipenuhi dengan kebohongan, pengkhianatan, dan ketidakjujuran, pepatah ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga integritas dalam segala hal yang kita lakukan.

Dalam hubungan persahabatan, profesional, dan keluarga, kepercayaan adalah pondasi yang sangat penting. Orang yang dapat diandalkan adalah orang yang mempertahankan komitmen mereka dan memenuhi janji-janji mereka. Pepatah ini mengajarkan kita untuk menjadi orang yang jujur dan setia pada kata-kata kita, karena kejujuran kita dapat terlihat dari ekspresi wajah kita.

Pepatah Jawa “Madaya Ketingal Rupane” adalah pengingat yang kuat tentang pentingnya menjaga integritas dan kejujuran dalam menjalani kehidupan. Makna mendalam di balik pepatah ini mengajarkan kita untuk menjadi orang yang dapat dipercaya dan jujur dalam semua interaksi.

Implikasi dari pepatah Jawa “Madaya ketingal rupane” yang menyatakan bahwa “Orang yang mengingkari janji kelihatan dari wajahnya” cukup dalam dan luas. Berikut adalah beberapa implikasi yang dapat diambil dari pepatah tersebut. Pertama, Kepercayaan dan Integritas. Pepatah ini menyoroti pentingnya kepercayaan dan integritas dalam hubungan interpersonal. Orang yang tidak dapat dipercaya dalam memenuhi janji-janji mereka cenderung kehilangan kepercayaan dari orang lain. Integritas adalah kunci dalam membangun hubungan yang sehat dan langgeng.

Kedua, Penerimaan Tanggung Jawab. Implikasi dari pepatah ini adalah bahwa seseorang harus menerima tanggung jawab atas tindakannya. Mengakui kesalahan dan bertanggung jawab atas janji yang diingkari merupakan langkah pertama dalam memperbaiki hubungan yang terganggu dan memulihkan kepercayaan.

Ketiga, Komunikasi yang Jujur. Pepatah ini juga menggarisbawahi pentingnya komunikasi yang jujur dan terbuka. Lebih baik untuk mengkomunikasikan ketidakmampuan untuk memenuhi janji daripada membiarkan orang lain kecewa. Dengan berkomunikasi secara jujur, kita dapat menghindari kesalahpahaman dan membangun hubungan yang lebih kuat.

Keempat, Pengendalian Diri. Implikasi lain dari pepatah ini adalah pentingnya pengendalian diri dalam menjaga kesetiaan pada janji. Ini mengajarkan kita untuk menghargai komitmen kita dan untuk tidak membuat janji yang tidak dapat kita penuhi.

Kelima, Kesadaran terhadap Ekspresi Non-Verbal. Pepatah ini juga menekankan pentingnya memperhatikan ekspresi non-verbal kita. Wajah kita dapat mengungkapkan lebih banyak daripada kata-kata yang kita ucapkan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa ekspresi wajah kita sesuai dengan kata-kata dan tindakan kita.

Keenam, Pembentukan Karakter. Implikasi yang lebih mendalam adalah bahwa pepatah ini membantu membentuk karakter seseorang. Konsistensi dalam memenuhi janji dan bertindak dengan integritas adalah ciri karakter yang kuat dan dihargai dalam masyarakat.

Dengan memahami dan menerapkan implikasi dari pepatah Jawa ini, kita dapat memperkuat hubungan interpersonal, membangun reputasi yang baik, dan membentuk karakter yang kuat. (DST33/HI/Esai).

admin
the authoradmin

Tinggalkan Balasan