Temanggung, DISTINGSI.com – Bertempat di Gedung MI Salafiyah Prapak Kranggan, Temanggung, dosen Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Islam Nahdlatul Ulama (Inisnu) Temanggung Dr. Hamidulloh Ibda mengajak semua guru MI di wilayah Kecamatan Kranggan harus memahami konsep dan implementasi pendidikan inklusi berbasis GEDSI. Hal itu terungkap dalam kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Pokja KKG Temanggung 0021 tahun 2024 pada Selasa (30/7/2024).
“Pendidikan inklusi berbasis GEDSI (Gender, Disability, and Social Inclusion) di madrasah ibtidaiyah menjadi pendekatan pendidikan yang memastikan semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, anak perempuan, dan anak dari latar belakang sosial-ekonomi yang berbeda, mendapatkan akses pendidikan yang setara dan berkualitas. Maka semua guru MI, apalagi di wilayah Temanggung wajib memahaminya, mengkajinya, dan mengimplementasikannya ke dalam pembelajaran,” kata Ibda yang juga pengurus Forum Pendidik Madrasah Inklusif (FPMI) Pusat tersebut.
Jadi, kata Ibda, menerapkan Pendidikan inklusi di sekolah dan madrasah itu proses panjang. Harus menyiapkan kurikulumnya, standar pendidikannya, guru pendamping khususnya, psikologi, sarananya, pendukung dari pihak eksternal.
“Kurikulum yang inklusif dan sensitif terhadap kebutuhan semua siswa. Mata pelajaran dan materi ajar disusun agar dapat diakses dan dipahami oleh seluruh siswa,” kata Wakil Rektor I Inisnu Temanggung tersebut.
Selain pelatihan seperti ini, lanjut dia, perlu juga fasilitasi dari pemerintah. “Kita tinggal memilih, Pendidikan inklusi di MI mau dibuat piloting atau mainstreaming. Keduanya beda. Kita mau full inklusi atau sebatas membuka layanan inklusi,” beber luusan doktor terbaik Prodi S3 Pendidikan Dasar UNY tersebut.
Setidaknya, kata Ibda, pendidikan inklusi berbasis GEDSI di madrasah ibtidaiyah bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang adil, setara, dan menghargai keragaman, sehingga semua siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing.
Sebelumnya, Ketua POKJAWAS Kemenag Temanggung H. Miftakhul Hadi memberikan pesan, bahwa tidak semua pemangku kebijakan mendukung inklusi, karena sistem pembelajarannya berbeda dengan sekolah luar biasa. Pihaknya berharap, guru-guru minimal mulai mengubah paradigma dari ekslusif menjadi inklusif. (DST22)