Oleh : Fitria Agustin Indah Yulianti
Di sebuah kolam yang jernih dan tenang, dengan air yang berkilauan seperti cermin di bawah sinar matahari, hiduplah seekor katak kecil bernama Kiko. Kulitnya berwarna hijau cerah dengan bintik-bintik kecil yang lucu. Namun, Kiko memiliki satu masalah yang membuatnya berbeda dari katak-katak lainnya: ia sama sekali tidak bisa berenang seperti katak normal.
Setiap kali Kiko mencoba masuk ke dalam air, jantungnya berdebar kencang. Kakinya yang seharusnya pandai berenang malah bergerak tidak beraturan. Ia akan panik, mengepakkan lengannya dengan gugup, dan cepat-cepat naik ke permukaan sambil batuk-batuk mengeluarkan air.
“Kiko, ayo berenang bersama kami!” ajak teman-temannya dengan riang setiap pagi. Katak-katak lain sudah berkumpul di tepi kolam, siap melompat ke air untuk bermain dan mencari makanan.
“Maaf, aku tidak bisa,” jawab Kiko dengan suara sedih sambil menundukkan kepala. Ia merasa malu karena tidak bisa melakukan hal yang seharusnya mudah dan alami bagi seekor katak.
Kiko sering duduk sendirian di atas daun teratai yang lebar, memandangi teman-temannya yang berenang dengan lincah. Mereka menyelam ke dasar kolam, bermain kejar-kejaran di bawah air, dan bahkan bisa tidur mengapung di permukaan air. Kiko hanya bisa iri melihat semua itu.
“Kenapa aku tidak bisa seperti mereka?” gumam Kiko pada dirinya sendiri. “Aku ini katak macam apa yang tidak bisa berenang?”
Seekor ikan mas yang baik hati sering menghibur Kiko. “Jangan sedih, Kiko. Setiap makhluk pasti punya kemampuan khusus. Mungkin kemampuanmu belum terlihat,” kata ikan mas dengan bijak.
Tapi Kiko tetap merasa sedih. Ia merasa tidak berguna dan tidak seperti katak pada umumnya. Bahkan kakek dan nenek katak di kolam mulai berbisik-bisik tentang “katak aneh yang tidak bisa berenang.”
Suatu sore yang mendung, ketika awan hitam menutupi langit, hujan deras mulai turun dengan lebat. Air hujan jatuh seperti ribuan jarum kecil, membuat permukaan kolam bergelombang. Dalam waktu singkat, air kolam meluap dan menggenangi seluruh taman di sekitarnya.
Semua hewan kecil yang tinggal di darat mulai panik. Mereka tidak bisa keluar dari genangan air yang semakin tinggi. Katak-katak lain sibuk berenang menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi, tapi mereka tidak bisa membantu hewan darat karena tidak bisa membawa mereka.
Kiko melihat seekor semut kecil yang terjebak di atas daun yang mengapung, bergetar ketakutan. Di sebelahnya, seekor belalang hijau menangis karena sayapnya basah dan tidak bisa terbang. Tidak jauh dari situ, seekor ulat kecil hampir tenggelam karena terseret arus air.
“Tolong! Tolong!” teriak hewan-hewan kecil itu dengan putus asa.
Melihat pemandangan itu, hati Kiko tergerak. Meskipun takut dengan air, ia tidak bisa membiarkan teman-temannya dalam bahaya. “Aku harus membantu mereka!” tekad Kiko dengan berani.
Kiko mulai melompat dari satu daun ke daun lainnya yang mengapung di atas air. Ternyata, kakinya yang kuat sangat pandai melompat! Ia bisa melompat dengan tepat dan seimbang, bahkan di atas permukaan yang licin dan bergoyang.
“Naik ke punggungku!” seru Kiko kepada semut kecil itu. Dengan hati-hati, ia membawa semut itu melompat dari daun ke daun hingga mencapai tanah yang kering dan aman.
“Sekarang giliranmu!” kata Kiko kepada belalang hijau. Dengan melompat-lompat di atas daun dan ranting yang mengapung, Kiko berhasil menyelamatkan belalang itu juga.
Satu per satu, Kiko menyelamatkan semua hewan kecil yang terjebak. Ia melompat dengan lincah dan berani, tidak peduli dengan air yang membasahi kakinya. Yang penting, teman-temannya selamat.
“Terima kasih, Kiko! Kamu hebat!” kata semut kecil dengan mata berkaca-kaca. “Tanpa kamu, kami pasti tidak selamat!”
“Kamu adalah penyelamat kami!” tambah belalang hijau dengan bangga. “Kemampuan melompatmu luar biasa!”
Kiko tersenyum lebar untuk pertama kalinya. Ia menyadari bahwa meskipun tidak bisa berenang seperti katak lainnya, ia memiliki kemampuan melompat yang luar biasa hebat. Kemampuan itu ternyata sangat berguna untuk menolong makhluk lain.
Sejak hari itu, Kiko tidak lagi malu dengan dirinya. Ia menjadi katak penyelamat di kolam, selalu siap membantu siapa saja yang membutuhkan. Teman-temannya mulai menghormati dan mengagumi Kiko bukan karena ia bisa berenang, tapi karena keberanian dan kebaikan hatinya.
Kiko belajar bahwa setiap makhluk memiliki keistimewaan masing-masing. Yang penting bukan menjadi sama dengan yang lain, tapi menjadi yang terbaik dari diri sendiri dan menggunakan kemampuan itu untuk kebaikan.