Cerpen

Jam Dinding yang Bisa Membalik Waktu

Jam Dinding yang Bisa Membalik Waktu

Oleh: Ghaida Mutmainnah

Di ruang kelas 4B, sebuah jam dinding tua tergantung di atas papan tulis. Jam itu warnanya cokelat kusam, dengan jarum yang sering bergerak lambat, seolah-olah lelah bekerja. Tidak ada yang terlalu peduli padanya, kecuali Raka.

Raka adalah anak yang paling sering melamun di kelas. Ia sering menatap jam dinding itu sambil berharap waktu bisa berjalan lebih cepat ketika pelajaran matematika berlangsung, atau lebih lambat saat jam istirahat hampir habis.

Suatu hari, ketika semua anak sudah pulang, Raka tertinggal di kelas karena harus merapikan buku-buku yang terjatuh dari mejanya. Ia berdiri di kursinya untuk menaruh buku di rak atas, tapi kakinya terpeleset. “Aduh!” pekiknya. Tangannya tanpa sengaja memegang jam dinding itu untuk menjaga keseimbangan.

“Klik!”
Jam dinding itu tiba-tiba bersuara aneh, dan jarumnya berputar cepat ke arah berlawanan. Raka terpana melihatnya. Dalam hitungan detik, ia kembali duduk di bangkunya dan buku-buku yang tadi berjatuhan kini rapi di mejanya.

“Eh? Kok balik lagi?” gumam Raka. Ia berdiri, melihat ke sekeliling. Suasana kelas persis seperti lima menit yang lalu.

Raka mengucek matanya. “Apa aku mimpi?” tanyanya pada diri sendiri.

Untuk memastikan, Raka mencoba lagi. Ia berdiri di kursi, menyentuh jam dinding, lalu memutar jarumnya ke belakang. Whuuussshh! Suara seperti angin berhembus terdengar. Saat Raka membuka mata, ia sudah kembali ke waktu sebelum pelajaran matematika dimulai.

“WAH! Aku balik ke pagi hari!” serunya senang.

Keesokan harinya, Raka menceritakan kejadian itu kepada sahabatnya, Tio.

“Serius, Rak? Jam dinding itu bisa bikin kita balik waktu?” Tio membelalak.

“Serius banget! Mau coba?” ajak Raka dengan mata berbinar.

Mereka menunggu hingga kelas kosong saat jam istirahat. Dengan hati-hati, mereka berdiri di kursi dan memutar jarum jam ke belakang.

Whuuussshh!
Tiba-tiba mereka sudah berada di awal hari, saat mereka baru saja masuk kelas. Mereka saling memandang dengan mulut terbuka.

“Wah, kita benar-benar kembali ke pagi!” kata Tio tak percaya.

“Bayangkan, Tio! Kita bisa ulang ulangan kalau nilai kita jelek, atau bisa main lebih lama pas istirahat,” kata Raka penuh semangat.

Tio tertawa. “Keren banget! Tapi jangan bilang siapa-siapa ya. Ini rahasia kita.”

Sejak hari itu, Raka dan Tio sering menggunakan jam dinding ajaib untuk berbagai keperluan.

Hari Senin, saat Raka lupa mengerjakan PR, mereka memutar waktu untuk kembali ke malam sebelumnya supaya Raka sempat mengerjakan.

Hari Rabu, saat mereka hampir terlambat masuk sekolah, mereka memutar waktu lima menit ke belakang untuk sempat sampai sebelum bel berbunyi.

Hari Jumat, mereka sengaja memutar waktu dua jam ke belakang agar bisa bermain lebih lama di lapangan.

“Ini seru banget, Rak!” kata Tio sambil tertawa puas.

“Iya, kita kayak punya kekuatan super,” jawab Raka.

Namun, mereka tidak sadar bahwa setiap kali memutar waktu, jam dinding itu mulai retak sedikit demi sedikit.

Suatu hari, saat ulangan matematika, Raka tidak sengaja menghapus lembar jawabannya dengan air minum. Panik, ia langsung memberi kode pada Tio.

“Putar waktu sekarang juga!” bisik Raka.

Tio mengangguk. Saat kelas kosong, mereka memutar jarum jam dengan cepat, berharap bisa kembali ke awal ulangan.

Whuuussshh!
Mereka membuka mata, tapi yang terlihat bukan kelas mereka. Ruangan itu gelap, papan tulisnya usang, dan meja-mejanya dipenuhi debu.

“Eh, ini… di mana?” gumam Tio.

Mereka keluar dari kelas. Sekolah itu terlihat tua, cat dindingnya mengelupas, dan halaman dipenuhi rumput liar. Tidak ada satu orang pun di sana.

“Jangan-jangan kita… terlalu jauh ke masa lalu?” kata Raka gemetar.

Tio menelan ludah. “Kita harus cepat kembali!”

Mereka berlari ke kelas, berdiri di kursi, dan memutar jarum jam lagi. Tapi jarum jam itu macet.

“Rak! Jamnya rusak! Retaknya tambah besar!” teriak Tio.

Raka panik. “Bagaimana kalau kita terjebak di sini selamanya?”

Tiba-tiba, terdengar suara berat dari arah papan tulis. “Waktu bukan untuk dimainkan, anak-anak.”

Raka dan Tio menoleh. Di sana berdiri seorang lelaki tua berjanggut putih dengan tongkat panjang. Bajunya seperti guru zaman dulu.

“Siapa… siapa Anda?” tanya Raka ketakutan.

“Aku adalah Penjaga Waktu. Jam dinding itu adalah milikku. Aku memberikannya pada sekolah ini agar waktu berjalan dengan tertib. Tapi kalian telah mengacaukannya,” kata lelaki tua itu dengan suara tenang namun tegas.

“Kami… kami minta maaf. Kami tidak tahu ini berbahaya,” kata Tio.

“Waktu harus dijalani, bukan diputar sesuka hati. Kalau kalian ingin kembali, kalian harus berjanji untuk tidak lagi mempermainkan waktu,” kata Penjaga Waktu.

Raka dan Tio mengangguk cepat. “Kami janji! Kami tidak akan melakukannya lagi!”

Penjaga Waktu mengangguk. Ia mengangkat tongkatnya, lalu mengetuk jam dinding itu.Ting! Jam itu kembali utuh, jarumnya bergerak normal.

Whuuussshh!
Raka dan Tio membuka mata. Mereka kembali ke kelas 4B yang ramai dengan suara teman-temannya. Jam dinding tua itu menggantung biasa di dinding, tapi sekarang jarumnya tampak bersinar halus.

“Rak, kita selamat!” kata Tio lega.

Raka tersenyum kecil. “Iya… kita tidak boleh ceroboh lagi.”

Sejak hari itu, mereka tidak pernah menyentuh jam dinding itu lagi. Mereka belajar menghargai waktu menggunakannya sebaik mungkin tanpa berharap bisa memutarnya kembali.

Dan jam dinding tua itu? Ia terus berdetak, seperti ingin berkata, “Jalani waktu dengan bijak.”

admin
the authoradmin

Tinggalkan Balasan