Semarang, Distingsi.com – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah menggelar kegiatan Rembuk Merah Putih di Wisma Perdamaian, Semarang, Selasa (1/10/2025).
Dalam laporannya, Ketua FKPT Jawa Tengah Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., menyampaikan bahwa kekerasan tidak bisa dilawan dan diselesaikan melalui kekerasan. “Beberapa waktu lalu, kita dihadapkan dengan situasi yang memprihatinkan. Demo berkali-kali, bahkan merusak fasilitas publik. Mengutip Ibnu Khaldun (1332–1406 M) dalam kitab Muqaddimah, menjelaskan bahwa kekuasaan yang dibangun atas dasar kekerasan (mulk al-qahr) tidak bertahan lama. Kekerasan dibalas kekerasan hanya menciptakan siklus dendam dan keruntuhan sosial. Jadi kekerasan, tidak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Api tak bisa dipadamkan dengan api,” kata dia.
Ibda juga mengatakan, bahwa filsuf muslim Al-Farabi (872–951 M) dalam karyanya Ara’ Ahl al-Madinah al-Fadilah (Pandangan Penduduk Kota Utama) menekankan bahwa masyarakat ideal dibangun dengan hikmah (kebijaksanaan), bukan kekerasan. Menurutnya, pemimpin yang bijak tidak menggunakan kekerasan untuk melawan kekerasan, karena hal itu hanya memperpanjang konflik. “Ia mengibaratkan pemimpin sebagai tabib yang mengobati masyarakat dengan ilmu dan akhlak, bukan dengan pedang,” lanjut Wakil Rektor INISNU Temanggung tersebut.
Ibda juga mengutip Martin Luther King Jr. (1929–1968) mengatakan ‘kegelapan tidak dapat mengusir kegelapan: hanya cahaya yang bisa melakukannya. Kebencian tidak dapat mengusir kebencian, hanya cinta yang bisa melakukannya.’
Ibda melaporkan, bahwa FKPT Jawa Tengah telah melaksanakan program mandatori, mulai dari Pitutur Cinta, Survei IRT dan IPR, dan hari ini adalah Rembuk Merah Putih. “Kegiatan non-mandatori kita adalah survei pendidikan damai, lomba karya tulis ilmiah, dan lomba cipta puisi menolak radikalisme,” papar dia.
Sementara itu, Gubernur Jateng yang diwakili oleh Plt. Kepala Badan Kesbangpol Jateng, Pradhana Agung Nugraha, menyampaikan di Jawa Tengah untuk mencegah radikalisme dan terorisme telah melibatkan 381 mitra. “Ini tersebar pada enam wilayah karesidenan,” kata dia.
Di Jawa Tengah, kata dia, juga ada program Jogo Tonggo. “Jogo Tonggo ini sudah ada mulai dari tingkat RT untuk menjaga kondusivitas daerah masing-masing,” lanjut dia.
Agenda ini dihadiri berbagai elemen masyarakat, tokoh agama, akademisi, pemuda, dan perwakilan organisasi kemasyarakatan sebagai bagian dari upaya memperkuat persatuan serta meneguhkan nilai-nilai kebangsaan.
Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT RI Mayjen TNI Sudaryanto, S.E., M.Han., dalam sambutannya menegaskan bahwa Rembuk Merah Putih menjadi forum dialog strategis untuk membangun kesadaran kolektif dalam mencegah radikalisme, intoleransi, dan potensi terorisme yang dapat mengancam keutuhan bangsa. Dalam kesempatan itu, pihaknya secara resmi membuka kegiatan.
Dalam kesempatan itu, keynote speaker Anggota DPR RI Komisi XIII dr. Raja Faisal Manganju Sitorus mengatakan bahwa kegiatan tersebut diharapkan melahirkan pemuda yang cerdas, kritis, dan cinta tanah air. “Radikalisme bisa lahir karena distorsi informasi, pemelintiran informasi, dan propaganda atas nama agama,” kata dia.
Ia juga menyoroti radikalisme yang tidak bisa lepas dari ideologi, digitalisasi dan psikologi. Pihaknya mengajak peserta yang hadir untuk berkomitmen menjaga NKRI dalam kondisi apapun untuk memperkokoh Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai fondasi utama bangsa Indonesia.
Kegiatan berikutnya dilanjutkan dengan Rembuk Merah Putih bertajuk “Mewujudkan Pemuda Cerdas, Kritis, dan Cinta Tanah Air” diisi dengan diskusi panel oleh narasumber Direktur Pencegahan BNPT RI Prof. Dr. Irfan Idris, M.A., penulis skenario nasional Swastika Nohara S.Psi, M.A., Komisioner Komisi Informasi Publik (KIP) Jateng Ermy Sri Ardhyanti, S.Sos., yang dimoderatori Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT RI Kolonel (Sus) Dr. Harianto, S.Pd., M.Pd, dengan sesi terakhir adalah lomba penulisan feature. (DST1)