Temanggung, Distingsi.com – Guru-guru mengikuti kegiatan In House Training (IHT) Penyusunan Perangkat Ajar Kurikulum Merdeka dengan Pendekatan Pembelajaran Mendalam (PM) SD Negeri Lempongsari Kota Semarang yang menghadirkan narasumber Dr. Hamidulloh Ibda, S.Pd.I., M.Pd., dosen Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung, Rabu (17/9/2025).
Dalam paparannya, Dr. Ibda menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka tidak mengalami perubahan, tetapi pendekatan pembelajarannya kini menekankan pada Pembelajaran Mendalam. Hal ini mengacu pada Permendikdasmen No. 13 Tahun 2025 serta Keputusan Mendikdasmen No. 126/P/2025 tentang pedoman implementasi pembelajaran mendalam di PAUD, jenjang pendidikan dasar, hingga menengah.
“Pembelajaran Mendalam bukan hanya mengukur pengetahuan faktual, tetapi menekankan pada pemahaman, penerapan, dan refleksi. Guru harus mampu merancang asesmen yang tidak sekadar ujian hafalan, tetapi memberikan pengalaman belajar bermakna,” tegas doktor Pendidikan Dasar UNY tersebut.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya asesmen formatif dan sumatif dalam PM. Asesmen formatif dilakukan selama proses belajar untuk memberi umpan balik, sementara asesmen sumatif mengevaluasi capaian secara menyeluruh di akhir pembelajaran.
Dr. Ibda juga memperkenalkan konsep Taksonomi SOLO sebagai kerangka berpikir yang dapat membantu guru menilai tingkat pemahaman siswa mulai dari prastruktural hingga extend abstrak. Selain itu, guru diarahkan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PM dengan mengintegrasikan praktik pedagogis, kemitraan pembelajaran, pemanfaatan digital, serta pengalaman belajar yang mindful, meaningful, dan joyful.
“Guru diberikan keleluasaan dalam mengembangkan RPP Pembelajaran Mendalam. Tidak ada format baku, namun tetap harus mengacu pada capaian pembelajaran dan prinsip-prinsip asesmen yang objektif, berkeadilan, serta edukatif,” tambah Koordinator Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) Ma’arif NU Jateng tersebut.
Kegiatan IHT ini juga menghadirkan sesi praktik penyusunan perangkat ajar berbasis PM, analisis persamaan dan perbedaan RPP Kurikulum Merdeka dengan RPP PM, hingga diskusi telaah RPP. Melalui pelatihan ini, guru diharapkan mampu menjadi fasilitator pembelajaran yang mendorong siswa memahami, mengaplikasikan, dan merefleksi pengetahuan yang dipelajarinya.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyoroti perbedaan mendasar antara Modul Ajar Kurikulum Merdeka (KM) dan Perencanaan Pembelajaran Mendalam (PPM). Pada Modul KM, komponen inti lebih menekankan capaian pembelajaran, tujuan, pemahaman bermakna, pertanyaan pemantik, serta kegiatan pembelajaran. Sementara pada PPM, terdapat tambahan aspek seperti lintas disiplin ilmu, praktik pedagogis, kemitraan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, serta pemanfaatan digital.
Selain itu, kegiatan inti dalam PPM menekankan tiga pengalaman belajar utama: Memahami, Mengaplikasikan, dan Merefleksi, yang belum secara eksplisit muncul dalam Modul KM. Meski asesmen dan lampiran relatif mirip, PPM memberi ruang lebih luas untuk mengintegrasikan pembelajaran kontekstual dan kolaboratif.
“Guru diberikan keleluasaan dalam mengembangkan RPP Pembelajaran Mendalam. Tidak ada format baku, namun tetap harus mengacu pada capaian pembelajaran dan prinsip-prinsip asesmen yang objektif, berkeadilan, serta edukatif,” tambahnya.
Kegiatan IHT ini juga menghadirkan sesi praktik penyusunan perangkat ajar berbasis PM, analisis persamaan dan perbedaan RPP Kurikulum Merdeka dengan RPP PM, hingga diskusi telaah RPP. Melalui pelatihan ini, guru diharapkan mampu menjadi fasilitator pembelajaran yang mendorong siswa memahami, mengaplikasikan, dan merefleksi pengetahuan yang dipelajarinya.
Di awal sambutannya, Kepala SD Negeri Lempongsari Dwi Prasasti, S.Pd,SD juga mengatakan bahwa guru di sana harus bisa minimal sampai praktik Menyusun perangkat ajar. “Jadi harapannya kami bisa langsung praktik, meskipun materinya kurang maksimal karena banyak modul yang harus dipelajari,” ujar di. (*)