Oleh Miftakhur Rosidah
Obor dari bambu yang diisi dengan liyun atau bensin kerap menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai perayaan malam hari, terutama dalam kegiatan jalan-jalan malam seperti takbiran, malam akhirussanah, atau malam tirakatan. Kehadiran obor ini bukan sekadar penerangan, namun menjadi simbol semangat kebersamaan, perjuangan, dan suasana khas yang membawa nuansa hangat dan penuh kekeluargaan.
Namun, di balik keindahannya, penggunaan obor berbahan bakar ini juga menyimpan sejumlah potensi bahaya yang patut direnungkan bersama.Penggunaan bambu sebagai wadah obor adalah bentuk kreativitas lokal yang layak diapresiasi. Selain mudah didapat, bambu juga ramah lingkungan dan telah menjadi bagian dari budaya masyarakat sejak lama.
Ada kehangatan tersendiri yang tak tergantikan ketika melihat barisan obor bambu menyala di pinggir jalan pada malam hari. Nyala api yang menari ditiup angin menciptakan suasana yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Bagi banyak orang, obor bambu bukan hanya alat penerangan sederhana, melainkan pemantik kenangan masa kecil berjalan beriringan bersama teman dan keluarga, menyusuri jalanan gelap dengan semangat dan tawa yang mengalir tanpa beban.
Sensasi membawa obor bambu memberikan rasa petualangan yang berbeda. Tangan terasa hangat menggenggam batang bambu, mata terhipnotis oleh kilau api yang lembut, dan hidung menangkap aroma khas dari asapnya. Dalam gelapnya malam, obor menghadirkan cahaya yang menenangkan, seolah menyatukan langkah semua orang dalam satu tujuan: merayakan kebersamaan dalam suasana yang sederhana namun penuh makna.
Keindahan dari deretan obor yang menyala adalah suguhan estetika yang jarang bisa ditemukan di zaman serba digital ini. Cahaya temaram berpadu dengan gelapnya malam menciptakan kontras yang menyejukkan mata. Obor bambu memberi sentuhan tradisional yang menghidupkan kembali jiwa-jiwa yang rindu akan suasana desa, nuansa gotong royong, dan kebersamaan tanpa sekat teknologi.
Obor bambu juga menyimpan makna filosofis yang dalam. Ia mungkin kecil dan mudah padam jika sendiri, namun jika dinyalakan bersama-sama, ia menjadi barisan cahaya yang menghidupkan harapan. Begitulah perasaan yang muncul saat melihat puluhan bahkan ratusan obor menyala di sepanjang jalan seolah mengajarkan kita bahwa dalam gelap, cahaya sekecil apa pun akan selalu bermakna.
Mengingat obor bambu adalah mengingat masa lalu yang hangat, ketika malam tak hanya berarti gelap, tetapi juga waktu untuk berkumpul, berjalan bersama, dan menyalakan semangat di hati. Semoga keindahan ini tidak pudar oleh zaman, melainkan tetap dijaga sebagai warisan yang tak hanya menyala di jalanan, tetapi juga di ingatan setiap orang yang pernah merasakannya.
Pada akhirnya, obor bambu bukan hanya tentang api yang menyala, tapi tentang semangat kebersamaan, kehangatan tradisi, dan kesadaran kolektif. Mari jaga tradisi ini tetap hidup, namun dengan cara yang bijak, aman, dan bertanggung jawab. Dengan begitu, kita bisa menikmati keindahan malam dalam balutan cahaya obor tanpa rasa cemas akan bahaya yang mengintai.