Oleh : Fitria Agustin Indah Yulianti
Zaman sekarang, kesehatan mental menjadi masalah yang serius. Terlalu banyak main media sosial, selalu ingin online, dan suka membanding-bandingkan diri dengan orang lain bisa bikin pikiran jadi stres dan sedih. Apalagi ditambah dengan tekanan dari dunia nyata seperti tugas kuliah yang menumpuk, deadline yang ketat, atau tuntutan orang tua untuk selalu jadi yang terbaik.
Bagi mahasiswa, kombinasi antara tekanan akademik dan media sosial bisa jadi sangat mematikan. Bayangkan saja, siang hari harus mengerjakan skripsi, tugas kelompok, dan persiapan ujian, malam hari malah scrolling Instagram dan TikTok sampai larut. Lihat teman-teman yang kelihatan sukses di media sosial, sementara diri sendiri masih bingung dengan masa depan. Belum lagi kalau ada dosen yang galak, teman kelompok yang tidak kooperatif, atau orang tua yang terus menuntut nilai sempurna.
Tekanan dari lingkungan sekitar juga bisa bikin mental down. Ada tetangga yang suka nyinyir, “Kok belum lulus juga?” atau keluarga yang suka bandingkan dengan sepupu yang sudah kerja. Teman-teman yang toxic, selalu kompetisi dan bikin merasa tidak berharga. Bahkan pacar atau gebetan yang memberikan tekanan emosional juga bisa memperburuk kesehatan mental. Yang lebih menakutkan lagi, banyak remaja dan anak muda yang sampai bunuh diri karena masalah gabungan dari dunia nyata dan internet.
Seringkali kita tidak sadar kalau kesehatan mental kita sudah terganggu. Beberapa tanda yang perlu diperhatikan adalah cemas berlebihan kalau tidak bisa buka internet atau HP mati, merasa tidak berharga setelah lihat postingan orang lain, susah tidur karena terus mikirin deadline tugas dan notifikasi HP, dan takut ketinggalan info yang bikin stres terus. Buat mahasiswa, sering merasa overwhelmed dengan tugas, prokrastinasi berlebihan, atau menangis karena merasa tidak mampu menyelesaikan semuanya.
Tanda yang lebih serius adalah pola tidur berubah drastis, nilai kuliah atau kerja turun, tidak mau bergaul dengan orang lain, dan mulai ada pikiran untuk menyakiti diri sendiri. Sering merasa tidak berguna, berpikir “lebih baik mati aja” ketika menghadapi deadline, atau merasa keluarga dan teman-teman akan lebih baik tanpa kehadiran kita.
Ada beberapa cara sederhana untuk menjaga kesehatan mental di era digital. Matikan HP secara berkala, terutama saat mengerjakan tugas besar. Atur waktu main HP dengan aplikasi khusus, jangan bawa HP ke kamar tidur ketika lagi deadline. Fokus pada aktivitas fisik seperti olahraga atau jalan-jalan untuk mengurangi stres dari tugas kuliah. Jangan lupa istirahat yang cukup, meskipun tugas menumpuk.
Bertemu teman secara langsung bukan cuma chat, ikut kegiatan yang menyenangkan seperti hobi atau komunitas yang positif, dan habiskan waktu berkualitas dengan keluarga atau orang-orang yang mendukung. Jangan terlalu sering bergaul dengan orang-orang yang toxic atau suka membanding-bandingkan. Meditasi atau relaksasi juga membantu mengatasi stres dari tugas dan tekanan hidup, begitu juga belajar cara kerja media sosial supaya tidak mudah terpengaruh dan belajar memilah informasi yang baik dan buruk.
Penting juga untuk mengatur ekspektasi yang realistis. Tidak apa-apa kalau tidak selalu jadi yang terbaik, tidak apa-apa kalau lulus agak telat, dan tidak apa-apa kalau hidup tidak semulus yang terlihat di media sosial. Bicarakan masalah dengan orang yang dipercaya, jangan simpan sendiri semua beban pikiran.
Kalau merasa ada masalah dengan kesehatan mental, jangan malu untuk minta bantuan. Konsultasi dengan psikolog atau psikiater sekarang sudah tidak tabu lagi. Banyak kampus yang menyediakan layanan konseling gratis untuk mahasiswa. Bahkan bisa konsultasi online kalau malu bertemu langsung. Jangan tunggu sampai terlalu parah, segera cari bantuan ketika mulai merasa tidak bisa menghadapi masalah sendiri.
Orang tua dan keluarga harus bisa mengenali tanda-tanda anak atau saudara yang bermasalah dan jangan meremehkan keluhan mereka. Daripada terus memberikan tekanan, lebih baik memberikan dukungan dan pengertian. Teman-teman juga harus saling support, bukan malah kompetisi yang tidak sehat. Sekolah dan kampus perlu punya program kesehatan mental yang mudah diakses. Pemerintah dan perusahaan teknologi juga harus ada aturan ketat untuk konten berbahaya dan sistem laporan yang mudah serta efektif.
Kesehatan mental itu sangat penting dan harus dijaga. Kita semua punya tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat, baik di dunia nyata maupun digital. Mulai dari diri sendiri dengan mengatur penggunaan teknologi dan tidak memberikan tekanan berlebihan pada diri sendiri, membantu orang-orang di sekitar yang butuh bantuan, sampai menciptakan lingkungan yang lebih supportive di kampus, rumah, dan media sosial.
Ingat, minta bantuan itu bukan tanda lemah, tapi tanda kuat. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan kalau kita mau minta bantuan dan mendapat dukungan yang tepat. Hidup memang penuh tekanan, tapi kita tidak harus menghadapinya sendirian. Kalau kamu atau orang di sekitarmu mengalami pikiran untuk menyakiti diri sendiri, segera hubungi hotline kesehatan mental, dosen wali, atau orang dewasa yang dipercaya. Jangan biarkan tekanan hidup dan media sosial menghancurkan masa depan yang masih panjang.