Aku Ingin Menyapa Dengan Sebuah Kata
Oleh Khoirul Waro
Aku bukan penguasa
Tapi aku masih punya mata untuk melihat keadaan yg ada
Aku masih punya rasa
Untuk mengerti kondisi yang semakin membuat kita risih
Semakin rusuh
Semakin lusuh
Semakin keruh
Aku hanya ingin menyapa dengan sebuah kata
Tentang asa yang masih ada
Tentang rasa yang masih tersisa
Dimanakah kedamaian yang dulu ada?
Sabit
Oleh Khoirul Waro
Kau tak sempurna
Tapi kaulah jalan menuju kesempurnaan
Kau tak seindah purnama
Tapi Kaulah awal keindahannya
Sedikit demi sedikit
Kau jelmakan cahaya hingga menjadi purnama
Meskipun kau tau
Setelah itu semua seolah lupa
Bahwa kaulah mulanya
Semua takjub melihat indah purnama
Semua terpesona karena pancar cahayanya
Tapi kau tak marah
Kau mulai lagi setelah purnama berganti
Kau rangkai lagi
Lalu kau hadirkan lagi
Meskipun kau merasa
setelah itu semua kembali lupa
Bahwa kaulah keindahan sebenarnya
BUMIKU YANG TERLUKA
Oleh Khoirul Waro
Bumi ini sudah tua…
Bumi ini sudah terlalu lelah melihat tingkah kita
yang selalu menyakitinya
Lantas ketika bumi mulai murka
Kita baru bertanya-tanya
Bumi ini kenapa?
Kita tak pernah menyadari betapa berharganya bumi
Kita tak pernah mengerti betapa bumi ini ingin kita sayangi
Bumi telah memberikan semua yang ia miliki
Bumi pun telah merelakan tubuhnya kita singgahi
Lalu apa yang telah kita berikan untuk bumi kita ini?
Sayangilah bumi ini
Jangan buat bumi menangis lagi..
Sajak Untuk Indonesia
Oleh Khoirul Waro
Apa kabar Indonesia?
Apa kabar tanah air tercinta
Lama sekali aku tak mendengar senyum ceriamu
Lama sekali aku tak mendengar kabar bahagia darimu
Kau nampak murung
Karena permasalahan yang tak berujung
Kau nampak kusut
Karena keadaan yang semakin carut marut
1945 dengan gagahnya kau berikan kabar bahagia
Kau berikan harapan bangsa dengan kata “merdeka”
Kau yakinkan dunia bahwa perjuangan panjang bangsa tak sia-sia
Ya… saat itu kita merdeka
Tapi sekarang..
Apakah kita masih merdeka?
Ataukah kemerdekaan bagi sebagian orang saja??
Kemerdekaan itu telah ternoda
Senyum cerah bangsamu kini hilang entah kemana
Mereka semakin merasa susah
Mereka semakin tak tau pada siapa harus berkeluh kesah
Kemerdekaan itu kian ternoda
Terlihat ketika pandir-pandir tanah ini bebas berkeliaran dimana-mana
Bahkan sengaja dibebaskan dengan alasan yang tak masuk logika
Mereka bebas berkeliaran
Merusak, merugikan, bahkan membunuh bangsa secara perlahan
Kita telah merdeka…!!!
Tapi kita terasa terpenjara dengan kebijakan-kebijakan yang ada
Kita telah terlepas dari penjajah
Tapi raut muka bangsa tak kunjung sumringah
Ya… inilah indonesia
Tanah kita tercinta
Tanah dimana kita dibesarkan
Bahkan mungkin tanah dimana kita dikebumikan
SAJAK UNTUK SEORANG IBU
Oleh Khoirul Waro
Sembilan bulan engkau mengandung kami
Engkau lahirkan kami dengan mempertaruhkan nyawa engkau sendiri
Kau rawat kami, kau besarkan kami dengan lembut belai kasihmu ibu
Nyanyianmu untuk menenangkan kami dimasa kecil kami adalah suara terindah yang pernah kami dengar dalam kehidupan kami
Lantas apa yang telah kami perbuat untuk engkau
Yang mampu membuat engkau merasa bangga dan bahagia
dan apakah itu ada?
Yang terlihat kini adalah kebodohan-kebodohan kami
yang selalu membuat kau murka dan terluka
Keangkuhan kami
Kesombongan kami
Dan ketidaksesuaian tingkah laku kami
Bahkan seringkali kami membiarkanmu berjalan sendiri
Tapi engkau tetap tersenyum
meski sebenarnya engkau terluka, murka, dan tak bahagia
Betapa mulia hatimu ibunda…
Betapa tak ternilai kasihmu dengan semua yang ada
Kini kami semakin menyadari
Engkaulah surga kami di dunia ini