Oleh : Ratna Sari
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau dan perbukitan, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Candra. Usianya delapan tahun, dan ia terkenal sebagai anak yang ceria, suka menolong, dan sangat menyukai sepeda. Sayangnya, Candra belum pernah memiliki sepeda sendiri. Setiap hari, ia hanya bisa memandangi anak-anak lain bersepeda di jalan depan rumahnya.
“Bu, Candra boleh pinjam sepeda teman nggak?” tanyanya suatu sore.
“Boleh, Nak. Tapi hati-hati ya. Jangan sampai rusak, itu punya orang,” jawab Ibu sambil menyapu halaman.
Candra hanya tersenyum dan segera berlari ke rumah Roni, sahabatnya yang punya sepeda merah mengilap. Mereka bermain berdua, bergantian mengayuh di jalanan desa yang lengang. Tapi tetap saja, di hati Candra, ia ingin sekali memiliki sepeda miliknya sendiri.
Suatu hari, guru di sekolah mengumumkan bahwa akan ada lomba menggambar dengan tema “Cita-citaku”. Hadiahnya adalah sepeda baru berwarna biru! Mendengar itu, mata Candra berbinar.
“Aku harus ikut! Aku harus menang!” bisiknya penuh semangat.
Di malam harinya, Candra menggambar dengan sepenuh hati. Ia menggambar dirinya sedang bersepeda di jalan desa, dikelilingi sawah, dengan senyum lebar di wajah. Di langit gambarnya, ia tulis: “Aku ingin punya sepeda agar bisa berangkat sekolah lebih cepat dan bantu Ibu belanja ke pasar.”
Seminggu kemudian, hasil lomba diumumkan. Semua siswa berkumpul di halaman sekolah. Kepala sekolah berdiri di depan, membawa kertas pengumuman.
“Dan… pemenang lomba menggambar dengan tema ‘Cita-citaku’ adalah… Candra!”
Suasana hening sejenak, lalu semua murid bersorak. Candra berdiri terpaku. Ia tak percaya. “Aku menang? Aku menang!” pekiknya, berlari ke depan dengan senyum paling lebar yang pernah ia buat.
Ia pun pulang sore itu dengan sepeda biru yang cantik. Bukan hanya hadiah, tapi juga bukti bahwa mimpi bisa jadi nyata jika kita berusaha.
Sejak hari itu, setiap pagi Candra mengayuh sepedanya ke sekolah dengan semangat. Ia tak hanya membawa buku dan bekal, tapi juga harapan: bahwa anak desa sepertinya pun bisa menggapai cita-cita dengan kerja keras dan hati yang tulus.