Distingsi.com – Di balik lebatnya hutan, sunyinya pemakaman, hingga sudut-sudut kampung tua di Jawa, terselip satu sosok hantu yang namanya kerap membuat bulu kuduk berdiri: Gundul Pringis. Sosok ini tak hanya dikenal di satu daerah saja, melainkan punya banyak nama tergantung dari mana kisahnya berasal.
Soal si kepala botak yang suka meringis ini memang menarik! Di berbagai daerah, cerita tentangnya hidup subur dengan nama yang berbeda-beda, tapi intinya tetap satu: sosok tanpa badan dengan kepala plontos yang menakutkan sekaligus bikin penasaran. Mari kita telaah lebih dalam soal sejarah, legenda, penampakan, sampai cara menghadapinya.
Di daerah Pantura Timur seperti Pati, Rembang atau Tuban, hantu gundul pringis disebut sebagai dengis/denges karena meringis sembari tertawa-tawa saat menggoga orang. Di sebagian tempat yang lain, sesuai hasil penelusuran distingsi.com ia disebut glundung pringis, sementara di tempat lain dikenal sebagai glundung plecek, ndhas glundung, cumplung, gundul pecengis, gundul dengis, glundung kecek dan sebutan lain. Namun satu hal yang sama dari semua penyebutannya: ia adalah sesosok kepala botak yang berguling-guling sambil tertawa menyeramkan.
Sejarah dan Asal Usul Gundul Pringis
Sejujurnya, menelusuri akar sejarah pasti dari Gundul Pringis ini agak sulit. Kisahnya lebih banyak beredar dari mulut ke mulut, menjadi bagian dari folklore atau cerita rakyat yang diturunkan dari generasi ke generasi. Kemungkinan besar, cerita ini muncul sebagai cara masyarakat zaman dulu untuk menjelaskan hal-hal yang tidak bisa mereka pahami, atau sebagai pengingat tentang bahaya dan norma-norma sosial.
Beberapa ahli menduga, legenda tentang kepala melayang ini bisa jadi terinspirasi dari kejadian nyata yang dibesar-besarkan. Misalnya, mungkin ada cerita tentang seseorang yang kepalanya terluka parah hingga tampak botak dan menakutkan, atau bahkan kisah tentang praktik ilmu hitam tertentu yang melibatkan kepala manusia. Namun, seiring waktu, cerita ini kemudian berkembang menjadi sosok hantu yang kita kenal sekarang.
Di berbagai daerah, meskipun namanya beda, inti ceritanya seringkali mirip. Gundul Pringis digambarkan sebagai arwah penasaran yang gentayangan. Alasan kenapa ia menjadi hantu pun bermacam-macam. Ada yang bilang ia adalah korban pembunuhan yang belum terbalaskan dendamnya, ada pula yang percaya ia adalah orang yang semasa hidupnya melakukan perbuatan jahat atau memiliki ilmu hitam yang tidak sempurna.
Tidak ada catatan sejarah resmi yang mendokumentasikan kelahiran legenda Gundul Pringis, namun dari cerita rakyat yang tersebar luas, dapat ditarik benang merah bahwa sosok ini berasal dari ruh penasaran seseorang yang mati tidak wajar. Ada versi yang mengatakan bahwa Gundul Pringis dulunya adalah seorang anak kecil atau orang gila yang mati dianiaya atau tidak dikuburkan secara layak. Arwahnya kemudian gentayangan, tidak tenang, dan menjelma menjadi makhluk mengerikan.
Nama “gundul pringis” berasal dari bahasa Jawa, gundhul yang berarti botak, dan pringis yang berarti menyeringai atau meringis tertawa. Nama ini merujuk pada ciri khas penampakan hantu ini: kepala botak yang menyeringai lebar dengan tawa menakutkan yang sering kali muncul di tengah malam.
Legenda dan Kisah-Kisah Gundul Pringis
Di banyak desa di Jawa Tengah dan Jawa Timur, legenda Gundul Pringis diceritakan turun-temurun. Salah satu kisah yang paling populer menyebutkan bahwa hantu ini muncul di pemakaman atau jalanan sunyi, terutama ketika malam tiba. Ia akan menggulingkan dirinya sambil tertawa-tawa dan kadang mengeluarkan bau busuk menyengat. Jika seseorang melihatnya dan tidak segera menjauh, Gundul Pringis bisa melompat dan menempel di punggung orang tersebut hingga menyebabkan kesurupan atau sakit berkepanjangan.
Di tempat lain, ada cerita bahwa Gundul Pringis muncul untuk menakut-nakuti anak-anak yang bermain terlalu malam. Kisah ini digunakan sebagai bentuk kontrol sosial agar anak-anak tidak keluyuran hingga larut. Meski terdengar seperti dongeng, banyak masyarakat yang bersumpah pernah melihatnya secara langsung.
Penampakan Gundul Pringis
Penampakan Gundul Pringis sering digambarkan sebagai kepala besar tanpa badan, dengan wajah menyeringai lebar, mata melotot, dan gigi-gigi tajam yang terlihat jelas saat tertawa. Ia menggulingkan diri di tanah dengan cepat, kadang disertai suara tawa cekikikan yang menyeramkan dan aroma busuk seperti bangkai. Dalam beberapa kisah, ia tampak berdarah-darah atau memiliki lidah panjang yang menjulur-julur saat tertawa.
Gundul Pringis tidak hanya muncul di alam terbuka, beberapa cerita menyebutkan bahwa ia juga bisa muncul di dalam rumah, terutama jika penghuni rumah memiliki energi negatif atau melakukan tindakan tercela. Ia hadir sebagai bentuk gangguan supranatural, kadang hanya untuk menakut-nakuti, tapi bisa juga menyebabkan kesurupan atau bahkan kematian mendadak.
Lalu, sebenarnya bagaimana sih wujud si kepala botak ini kalau menampakkan diri? Umumnya, deskripsinya cukup konsisten di berbagai daerah. Ia digambarkan sebagai kepala tanpa badan, benar-benar hanya kepala botak yang melayang-layang di udara. Ekspresi wajahnya yang paling khas adalah seringai atau tawa meringis yang menakutkan, sesuai dengan namanya “pringis”.
Konon, penampakannya sering terjadi di tempat-tempat yang dianggap angker atau sepi, seperti kuburan, hutan, atau bangunan kosong. Ada juga cerita yang menyebutkan ia muncul di jalanan pada malam hari, terutama saat bulan purnama. Beberapa saksi mata mengaku melihatnya melayang dengan cepat, kadang mengeluarkan suara cekikikan atau tangisan yang membuat bulu kuduk berdiri. Yang lebih menyeramkan, ada kepercayaan bahwa Gundul Pringis bisa membawa penyakit atau kesialan bagi siapa saja yang melihatnya. Bahkan, dalam beberapa cerita yang lebih ekstrem, ia digambarkan bisa mencelakai manusia.
Cara Menangani Gundul Pringis
Menghadapi makhluk halus seperti Gundul Pringis tentu bukan perkara mudah. Namun, masyarakat Jawa memiliki berbagai cara tradisional untuk menangkal atau mengusir kehadirannya. Salah satunya adalah dengan membawa benda-benda yang dipercaya memiliki kekuatan spiritual, seperti keris, bawang putih, atau air kelapa muda yang telah dibacakan doa-doa.
Penggunaan doa-doa seperti ayatul kursi, Surat Yasin, atau bacaan-bacaan ruqyah syar’iyyah juga diyakini mampu melindungi seseorang dari gangguan makhluk seperti ini. Dalam beberapa tradisi, dibutuhkan juga bantuan dari dukun atau orang pintar untuk melakukan “penutup aura” agar seseorang tidak mudah dilihat oleh makhluk halus.
Sementara itu, cara paling sederhana yang dipercaya cukup efektif adalah tetap menjaga sikap dan ucapan di tempat-tempat yang dianggap angker. Tidak berbicara sembarangan, tidak menghina tempat-tempat sunyi, dan tidak sompral tentang makhluk halus merupakan etika dasar agar terhindar dari gangguan seperti Gundul Pringis.
Nah, kalau sampai berhadapan dengan sosok menakutkan ini, apa yang bisa dilakukan? Karena ini adalah makhluk legenda, cara “menghadapinya” pun lebih banyak bersifat tradisional dan kepercayaan. Berikut beberapa hal yang sering disebut. Pertama, membaca ayat suci atau berdoa. Teknik ini adalah cara yang paling umum dianjurkan. Kekuatan spiritual diyakini bisa menangkal energi negatif dari makhluk halus.
Kedua, membunyikan benda-benda kebisingan. Beberapa orang percaya bahwa suara keras seperti pukulan kentongan atau alat musik tradisional bisa mengusir hantu. Ketiga, menaburkan garam. Garam sering dianggap memiliki kekuatan untuk menangkal roh jahat.
Keempat, menghindari tempat-tempat angker. Pencegahan tentu lebih baik daripada mengobati. Sebisa mungkin hindari tempat-tempat yang dikenal memiliki aura negatif atau sering menjadi lokasi penampakan.
Kelima, tidak menunjukkan rasa takut. Konon, makhluk halus bisa merasakan ketakutan manusia dan justru semakin mengganggu. Berusaha tetap tenang dan tidak panik mungkin bisa membantu.
Keenam, mencari bantuan orang yang lebih berpengalaman. Jika gangguan terasa sangat parah, mencari bantuan dari tokoh agama atau orang yang dianggap memiliki kemampuan spiritual bisa menjadi pilihan. Mintalah bantuan kepada Allah Swt melalui perantara kiai, ulama, atau gus setempat yang Anda percaya.
Penting untuk diingat bahwa semua cara ini berakar pada kepercayaan dan tradisi. Efektivitasnya tentu saja tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Namun, bagi sebagian masyarakat, keyakinan ini memberikan rasa aman dan cara untuk menghadapi rasa takut terhadap hal yang tidak terlihat.
Kisah tentang Gundul Pringis, dengan segala variasinya, adalah bagian menarik dari kekayaan budaya dan kepercayaan masyarakat kita. Meskipun menakutkan, cerita ini juga menyimpan nilai-nilai tentang kebaikan dan kejahatan, serta bagaimana manusia berusaha memahami dan menghadapi misteri di sekitar mereka.
Gundul Pringis bukan sekadar cerita untuk menakut-nakuti, tetapi bagian dari warisan budaya lisan masyarakat Jawa yang kaya akan mitologi dan simbolisme. Ia hadir sebagai peringatan, sebagai pengingat akan pentingnya tata krama, dan sebagai manifestasi dari ketakutan manusia terhadap hal-hal yang belum terjelaskan. Entah ia nyata atau tidak, keberadaannya telah tertanam kuat dalam memori kolektif masyarakat, menjadi legenda yang tak lekang oleh waktu.