Internasional

Mahasiswa PGMI PPL Internasional di Chariyathamsuksa Foundation School Thailand

Mahasiswa PGMI PPL Internasional di Chariyathamsuksa Foundation School Thailand

Thailand, Distingsi.com – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Institut Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung berhasil melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) Internasional di Chariyathamsuksa Foundation School, Provinsi Songkhla, Thailand. Program yang berlangsung dari Februari hingga September 2025 ini memperkenalkan permainan tradisional Indonesia, yaitu Engklek dan Gobak Sodor.

Mahasiswa yang melakukan PPL Internasional di Chariyathamsuksa Foundation School, Provinsi Songkhla, Thailand yaitu terdiri atas beberapa kelompok. Salah satu kelompok tersebut yaitu Deby Arum Sari, Fitria Agustin Indah Yulianti, Futimatul Islamiyah, Ratna Sari dengan didampingi dosen pembimbing lapangan Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd.


Chariyathamsuksa Foundation School merupakan sekolah swasta di bawah Yayasan Pendidikan Sekolah Etika yang telah berdiri sejak 1971. Sekolah ini melayani siswa dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Atas dengan 67 ruang kelas dan 135 tenaga pendidik. Dipimpin oleh Ustaz Abdul Aziz, sekolah ini menekankan pendidikan Islam dengan karakter global dan multikultural, sehingga sangat terbuka terhadap program pertukaran budaya internasional seperti kolaborasi dengan INISNU Temanggung.


Program PPL ini dirancang dengan pendekatan Participatory Action Research (PAR) melalui tiga tahapan sistematis. Tahap pertama adalah identifikasi dan perencanaan (Februari-Juni) yang meliputi studi pendahuluan melalui Focus Group Discussion, kajian literatur tentang permainan tradisional Indonesia, koordinasi melalui zoom meeting, serta persiapan brosur dwibahasa, modul pendampingan, dan peralatan permainan. Tahap kedua adalah pelaksanaan program (Agustus) dimana mahasiswa berperan sebagai fasilitator yang mendampingi siswa dalam praktik permainan Engklek dan Gobak Sodor sambil menanamkan nilai-nilai kejujuran, kerjasama, sportivitas, kepemimpinan, kreativitas, dan tanggung jawab. Permainan Engklek dilaksanakan selama tiga puluh menit dengan sepuluh siswa per sesi, sementara Gobak Sodor melibatkan sepuluh siswa yang dibagi menjadi dua tim. Pada akhir Agustus, dilaksanakan pelatihan untuk guru sebagai fasilitator berkelanjutan. Tahap ketiga adalah evaluasi dan penyusunan laporan (September) yang dilakukan secara kolaboratif menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk mengukur dampak program terhadap pemahaman budaya dan perubahan perilaku siswa.


Hasil program menunjukkan capaian yang sangat positif. Data observasi menunjukkan 87% siswa mampu menguasai aturan dasar Engklek dalam waktu 10 menit, sedangkan Gobak Sodor memerlukan waktu adaptasi sekitar 15 menit karena strategi yang lebih kompleks. Kedua permainan ini berhasil mengintegrasikan pembelajaran motorik, kognitif, dan afektif dalam kegiatan yang menyenangkan. Engklek efektif mengembangkan keseimbangan, koordinasi mata-kaki, dan kemampuan berhitung, sementara Gobak Sodor meningkatkan kemampuan strategi, kerjasama tim, dan komunikasi non-verbal siswa Thailand.


Program ini juga mengembangkan empat kompetensi calon guru. Kompetensi pedagogik berkembang melalui kemampuan merancang strategi pembelajaran lintas budaya dan mengelola kelas multikultural. Kompetensi kepribadian terbentuk melalui sikap dewasa, arif, dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru. Kompetensi sosial terasah melalui komunikasi efektif meskipun ada perbedaan bahasa dan budaya. Kompetensi profesional meningkat melalui penguasaan materi pembelajaran berbasis permainan tradisional dan integrasi nilai-nilai karakter.


Penerapan permainan tradisional ini memperkuat konsep pembelajaran outdoor di Chariyathamsuksa Foundation School. Pembelajaran di luar ruangan memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan fisik dan memanfaatkan ruang terbuka sebagai media belajar yang menyenangkan. Aktivitas outdoor meningkatkan motivasi belajar karena siswa dapat bergerak bebas dan berekspresi tanpa batasan ruang kelas, sekaligus memberikan manfaat kesehatan fisik dan mengurangi stres akademik. Lingkungan outdoor juga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih rileks sehingga siswa lebih terbuka dalam berinteraksi sosial dan mengembangkan kreativitas.


Dari perspektif budaya, program ini berhasil menciptakan apresiasi tinggi terhadap kearifan lokal Indonesia di kalangan siswa Thailand. Permainan Engklek dan Gobak Sodor yang memiliki kemiripan dengan permainan tradisional Thailand memberikan rasa familiar namun tetap mempertahankan keunikan budaya Indonesia. Program ini membuktikan bahwa permainan tradisional dapat menjadi media diplomasi budaya yang efektif karena memiliki bahasa universal yang dapat dipahami dan dinikmati tanpa batasan bahasa dan budaya.


Berdasarkan hasil evaluasi, mahasiswa menyusun beberapa rekomendasi untuk pengembangan program ke depan, antara lain: penyiapan materi pembelajaran yang lebih sistematis termasuk video tutorial dan buku panduan bergambar dengan terjemahan bahasa Thailand, pelatihan intensif bagi calon mahasiswa PPL dalam komunikasi lintas budaya dan pemahaman konteks sosial Thailand, serta pengembangan sistem evaluasi yang lebih komprehensif untuk mengukur dampak jangka panjang program.


Program PPL Internasional ini menunjukkan komitmen INISNU Temanggung dalam menghasilkan calon guru yang kompeten secara akademik dan memiliki wawasan global. Keberhasilan program ini memberikan pembelajaran berharga tentang potensi permainan tradisional sebagai media diplomasi budaya dan pembelajaran yang efektif. Program ini diharapkan dapat menjadi model bagi pelaksanaan PPL Internasional selanjutnya dan memperkuat kerjasama pendidikan antara Indonesia dan Thailand, sekaligus menjadikan mahasiswa PGMI sebagai duta budaya Indonesia yang membawa nilai-nilai luhur bangsa ke tingkat internasional.

Tinggalkan Balasan

Exit mobile version