Esai

Masa Depan yang Ditakuti, Kasur yang Dirindukan

Masa Depan yang Ditakuti, Kasur yang Dirindukan

Oleh: Ghaida Mutmainnah

Ada sebuah ironi yang kerap muncul di antara remaja masa kini: mereka sering berbicara tentang kegelisahan terhadap masa depan, tetapi di saat yang sama justru memilih tenggelam dalam kenyamanan kasur. Kekhawatiran tentang pekerjaan, pendidikan, dan hidup mandiri membayangi, tetapi langkah yang diambil untuk menghadapi semua itu sering kali nihil. Mengapa fenomena ini begitu nyata, dan apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Di era serba cepat ini, tekanan untuk sukses datang dari berbagai arah orang tua, sekolah, media sosial, bahkan diri sendiri. Banyak remaja yang tumbuh dengan standar tinggi: harus punya nilai bagus, harus diterima di universitas bergengsi, harus bekerja di perusahaan besar, harus sukses di usia muda seperti influencer idola mereka. Ketika beban itu terlalu berat, kasur menjadi satu-satunya tempat yang terasa aman. Tidur, bermain ponsel sambil rebahan, atau menonton serial berjam-jam menjadi bentuk pelarian yang tidak disadari.

Sayangnya, pelarian itu hanya memberikan ketenangan semu. Setelah bangun, realitas tetap sama, bahkan sering kali terasa lebih menekan. Rasa bersalah karena terlalu banyak waktu terbuang pun ikut menumpuk, menciptakan lingkaran setan antara gelisah dan kemalasan.

Ada beberapa alasan mengapa remaja memilih untuk tidak segera bertindak.

Banyak yang berpikir lebih baik tidak mencoba daripada mencoba lalu gagal. Mereka takut menghadapi kenyataan bahwa usaha keras pun tidak selalu berbuah manis.

Sistem pendidikan jarang memberi bekal untuk menghadapi ketidakpastian hidup. Remaja tahu harus sukses, tetapi tidak tahu langkah-langkah konkret untuk mencapainya.

Teknologi memberikan akses instan pada hiburan. Satu scroll di media sosial bisa membuat waktu berjam-jam terasa hilang tanpa sadar, terlalu banyak memikirkan kemungkinan terburuk membuat mereka lelah bahkan sebelum memulai.

Mimpi tanpa aksi hanyalah angan. Kekhawatiran tanpa langkah nyata tidak akan mengubah apa pun. Masa depan hanya bisa diraih jika ada keberanian untuk keluar dari zona nyaman, meski sedikit demi sedikit. Memulai tidak harus dengan langkah besar—cukup dengan hal kecil: membuat jadwal belajar, mengurangi waktu layar, atau mencoba hal baru di luar rutinitas.

Kasur akan selalu ada, tetapi waktu tidak. Semakin lama kita memilih rebahan, semakin dekat kita dengan penyesalan. Istirahat itu penting, tapi jangan sampai menjadikannya alasan untuk lari dari kenyataan. Masa depan memang menakutkan, tetapi diam di tempat jauh lebih menakutkan.

Tinggalkan Balasan

Exit mobile version