Oleh : Khansa Aisyatul Nabilla
Di era digital yang serba cepat ini, tren datang dan pergi dalam hitungan jam. Istilah trend velocity digunakan untuk menggambarkan seberapa cepat sebuah tren muncul, menyebar, dan kemudian menghilang. Dulu, perubahan tren biasanya terjadi dalam hitungan bulan atau tahun. Namun sekarang, hanya dalam satu malam, sebuah lagu, gaya rambut, tantangan TikTok, atau meme bisa mendunia dan diikuti jutaan orang. Yang lebih mengejutkan, tren tersebut tidak hanya diikuti oleh remaja atau orang dewasa, tapi juga menjalar hingga ke anak-anak usia dini, bahkan murid taman kanak-kanak. Ini menandakan betapa kuatnya daya jangkau dan kecepatan penyebaran tren saat ini.
Fenomena ini bisa dilihat dari bagaimana anak-anak kecil ikut-ikutan tren viral seperti joget TikTok, gaya berpakaian ala selebgram, atau menyanyikan lagu-lagu yang sedang viral meskipun tidak tahu maknanya. Mereka bisa dengan mudah meniru ekspresi wajah, gaya berbicara, bahkan pose selfie yang sering mereka lihat dari ponsel orang tua atau video di YouTube. Trend velocity membuat anak-anak tumbuh di lingkungan yang terus berubah dengan cepat, di mana apa yang mereka anggap keren hari ini bisa langsung tergeser oleh tren baru keesokan harinya. Kecepatan ini membuat anak-anak tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku dari perubahan sosial digital.
Penyebab utamanya tentu tidak lepas dari paparan media digital. Anak-anak masa kini sangat dekat dengan teknologi sejak usia dini. Ponsel, tablet, dan televisi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Mereka melihat apa yang viral melalui gawai milik orang tua atau saudara, lalu meniru secara spontan. Misalnya, saat ada tantangan joget viral di TikTok, anak-anak TK bisa dengan mudah menirukan gerakan itu di sekolah atau saat bermain. Bahkan beberapa guru dan orang tua kadang ikut merekamnya untuk konten lucu. Ini memperlihatkan bahwa tren tidak lagi mengenal batas usia. Trend velocity menciptakan realitas baru di mana batas antara “anak-anak” dan “dunia dewasa” menjadi semakin kabur.
Di satu sisi, fenomena ini menunjukkan bahwa anak-anak saat ini tumbuh dengan kemampuan adaptasi tinggi terhadap teknologi dan informasi visual. Mereka cepat belajar, cepat meniru, dan cepat terpengaruh. Ini bisa jadi potensi positif jika diarahkan pada konten yang mendidik dan inspiratif. Namun, di sisi lain, kecepatan tren juga bisa membawa dampak negatif jika anak-anak terpapar pada tren yang tidak sesuai usia mereka. Beberapa konten viral mengandung unsur dewasa, kekerasan verbal, atau body image yang bisa memengaruhi perkembangan psikologis anak. Dalam konteks ini, trend velocity menjadi tantangan baru dalam mendidik anak di era digital.
Bukan hal aneh saat ini melihat anak TK yang tahu istilah seperti “gaskeun,” “healing,” atau ikut-ikutan gaya bicara influencer. Bahkan, tren fesyen anak-anak pun mengikuti arus TikTok dan Instagram dengan outfit mini yang meniru gaya remaja. Semua ini membuktikan bahwa tren menyebar lebih cepat daripada pemahaman. Anak-anak menyerap dengan cepat, tapi belum tentu tahu konteks dan nilai dari apa yang mereka tiru. Maka dari itu, orang tua, guru, dan lingkungan sosial perlu mengambil peran aktif sebagai penyaring tren bukan dengan melarang sepenuhnya, melainkan dengan membimbing dan memberi pemahaman yang sesuai dengan usia.
Dalam konteks pendidikan, trend velocity bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang efektif. Guru bisa menyisipkan tren positif dalam kegiatan belajar, seperti membuat tantangan hafalan doa atau lagu anak bernuansa edukatif yang mengikuti gaya tren populer. Hal ini bisa membuat anak-anak lebih semangat belajar karena pendekatannya relevan dengan dunia mereka. Di sisi lain, sekolah dan lembaga pendidikan juga perlu membekali anak dengan literasi digital sejak dini, agar mereka kelak tumbuh sebagai generasi yang kritis dan selektif terhadap arus informasi dan tren yang berubah-ubah.
Kesimpulannya, trend velocity adalah bagian dari realitas digital yang tidak bisa dihindari. Ketika anak-anak TK pun sudah mulai menjadi bagian dari arus tren global, kita sebagai orang dewasa tidak boleh tinggal diam. Penting bagi kita untuk mengiringi kecepatan tren dengan kebijaksanaan, pendampingan, dan edukasi yang tepat. Trend velocity bukan masalah jika disikapi dengan bijak ia justru bisa menjadi pintu masuk untuk membentuk generasi yang kreatif, cerdas, dan tetap berpijak pada nilai-nilai kebaikan.